Ilmu Tanah, dan Kaitannya
dengan Ilmu-ilmu Lain
|
I.
Pendahuluan
Mengapa
Dasar ILmu Tanah perlu dipelajari (untuk
Pertanian)
Tanah
adalah media tumbuh tanaman, dan tempat hidup jasad hidup tanah, baik makro
maupun mikro
Tanaman
tumbuh karena ada interaksi antara tanah dan tanaman
Akar
tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah
èè Tanaman akan tumbuh
dengan baik apabila tanah mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologi yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman.
Ruang
lingkup yang dipelajari (untuk Pertanian)
Pedologi
à ilmu
yang mempelajari tanah secara utuh sebagai tubuh alam
Edaphologi
à ilmu
yang mempelajari hubungan tanah, air dan tanaman
Sifat
Kimia, Fisika, dan Biologi tanah
1.1. Definisi Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, berdimensi tiga, menduduki sebagian (besar) permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk pada kondisi topografi/relief tertentu dan selama waktu tertentu (Donahue, 1970).
Jadi Tanah merupakan
fungsi dari iklim, jasad hidup, bahan induk, topografi, dan waktu:
Bahan Organik (5%)
T
= f {iklim ,jasad hidup, bahan induk, topografi, waktu}
Bahan Organik (5%) |
Gambar. 1. 1.
Komposisi Utama Tanah Bertekstur Lempung berdebu
1. 2. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TANAH
1.
Permulaan abad 17.
Percobaan
yang dilakukan oleh van Helmont (1577-1644) merupakan era baru dalam penelitian
bidang pertanian.
Pada awal percobaan:
q Tanaman
seberat 2,3 kg ditanam dalam pot berisi 90,8 kg tanah dan tanaman hanya disiram
air hujan selama 5 tahun
Pada akhir percobaan:
q
Tanaman tumbuh hingga seberat 76,8 kg,
dan tanah dalam pot berkurang 57 g.
Kesimpulan: air merupakan azas tumbuh dari tanaman
Alasan bahwa percobaan tersebut tidak benar
adalah:
1. 57
g tanah yang hilang ternyata tersusun dari mineral-mineral, misalnya: kalsium,
kalium, fosfor yang diabsorbsi oleh tanaman.
(Jika tanaman tersebut dibakar, maka akan diperoleh kembali 57 g mineral
tanah dalam bentuk abu tanaman tersebut).
2.
Tanaman tersebut terutama terdiri dari karbon yang berasal dari karbon
dioksida dan oksigen dari atmosfer, bukannya berasal dari air.
2. Pada tahun 1731.
Jethro Tull dari Oxford, menyimpulkan mengolah tanah merupakan
salah satu dari pekerjaan utama dalam bercocok tanam karena tanaman mudah
menyerap makanan.
3. Pada tahun 1757.
Francis Home,
menyatakan bahwa magnesium sulfat, natrium dan kalium nitrat, kalsium sulfat
dan olive oil merupakan bahan-bahan yang meningkatkan pertumbuhan tanaman.
4. Pada tahun 1840.
Justus von Liebig, ahli kimia dari Jerman, melaporkan bahwa:
q
Karbon
hara tanaman berasal dari karbon yang terdapat dalam udara dan air.
q Nitrogen
berasal dari amoniak.
q
Fosfor
dibutuhkan untuk produksi biji dan kalium untuk perkembangan tanaman
rumput-rumputan dan sereal.
Dengan
menganalisis abu tanaman, dapat diformulasi pupuk yang akan dipergunakan untuk
mensuplai semua unsur esensial untuk tanaman berikutnya.
(dalam
hal ini Justus von Liebig gagal).
Hukum minimum (Law of the minimum):
q Pertumbuhan
tanaman dibatasi oleh unsur esensial yang berada dalam jumlah yang relatif
paling sedikit
|
5. Pada tahun 1870.
Pasteur di Perancis, mengemukakan
bahwa nitrifikasi (konversi ammonium menjadi nitrat) adalah merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh bakteri.
6. Pada tahun 1890.
S. Winogradsky, berhasil mengisolasi
bakteri nitrifikasi.
7. Pada periode yang sama.
H. Hellriegel dan H. Wilfarth,
membuktikan bahwa bakteri pada nodula legum mengasimilasi gas nitrogen dan
sebagian nitrogen tersebut kemudian dapat tersedia bagi tanaman.
8. Semenjak 1940.
Pengetahuan
tentang tanaman telah tumbuh luar biasa.
Hal
ini sangat menguntungkan sebab:
q ada urgensinya
dengan kebutuhan bercocok tanam untuk menghasilkan makanan dan serat untuk
kebutuhan manusia.
9. Pada tahun 1825 – 1840.
Edmund Ruffin, ahli pertanian dari Virginia, adalah yang
pertama kali menggunakan kapur untuk memperbaiki produktivitas yang rendah dari
suatu tanah yang disebabkan oleh kemasaman tanahnya.
10. Pada tahun 1843.
J.
B. Lawes dan J.H Gilbert di Rothamsted, Inggris, adalah pembaharu penyelididkan
pertanian secara ilmiah, yang membuat Pusat Percobaan pertama kali di dunia.
Dari
hasil percobaannya pada 1855, disimpulkan bahwa:
q Tanaman membutuhkan
garam kalium dan fosfor
q Tanaman membutukan
sumber nitrogen dalam tanah
q Penambahan pupuk
buatan dapat menjaga kesuburan tanah
11. Pada akhir abad 19.
Dimulai
pengkajian tanah dengan tanpa mempertimbangkan peranannya sebagai media untuk
pertumbuhan tanaman.
12. Pada tahun 1886.
V.
V. Dokuchaiev, mengklasifikasikan tanah ke dalam:
q Normal (upland)
q Transisional (padang rumput, calcareous,
alkali)
q Abnormal (organik,
alluvial, aeolin)
13. Pada tahun 1912.
Coffey
mengklasifikasikan tanah ke dalam 5 kategori, yaitu:
1.
Arid
soil
2.
Dark
– colored prairie soils
3.
Light
– colored timbered soils
4.
Black
swamp soils
5.
Organic
soils
1. 3. FAKTOR PERTUMBUHAN TANAMAN
Tanah dapat dipandang sebagai campuran
partikel organic dan mineral dengan berbagai ukuran dan komposisi.
Ruang
Pori, berfungsi:
1. sebagai saluran untuk pergerakan udara dan
air
2. lalu lintas binatang tanah
3. sebagai jalan untuk perluasan dan pertumbuhan
akar
Akar
tanaman dengan cara mengkait/menjangkar tanah menyangga bagian atas tanaman
serta akar tanaman mengabsorbsi air dan hara.
Lingkungan tanah perakaran harus bebas
dari faktor penghambat.
Tiga
hal esensiil dimana tanaman mengabsorbsi dari dalam tanah dan menggunakannya:
1. air dievaporasikan dari daun
2. hara untuk nutrisi
3. udara untuk respirasi akar.
II. PROSES PEMBENTUKAN TANAH
2. 1. Faktor pembentuk tanah:
Tanah = f {Iklim, Jasad hidup, Bahan induk, Topografi, Waktu}
1.
Iklim
2.
Jasad hidup
3.
Bahan induk
4.
Topografi/relief
5.
Waktu
Proses
Pelapukan batuan induk menjadi bahan induk dibedakan dalam dua kategori.
1. Pelapukan fisika à
disintegrasi
2. Pelapukan kimia dan transformasi à dekomposisi
2.
2. Proses pelapukan fisika meliputi:
1. Pembekuan dan pencairan
Gaya yang dihasilkan oleh air saat
membeku cukup kuat untuk memisahkan/memecahkan mineral/batu. Tekanannya dapat mencapai 146 kg/cm2.
2. Pemanasan dan pendinginan
Perbedaan temperatur dapat menimbulkan
ekspansi dan kontraksi diferensial, yang mampu memecahkan mineral. Perubahan temperatur juga menyebabkan
pengelupasan keseluruhan permukaan mineral/batuan.
3. Pembasahan dan pengeringan
Pembasahan dan pengeringan menyebabkan
pengembangan dan pengkerutan, serta abrasi diantara partikel dalam tanah
sehingga membuat partikel lebih halus.
4. Tindakan penggosokan (saling berbenturan)
Gesekan (gosokan) batuan atau partikel
tanah yang bergerak apakah karena air, angin, atau gravitasi menyebabkan
desintegrasi yang efektif.
5. Tindakan organisme (tanaman, binatang, dan manusia)
Gerakan akar cukup mampu untuk
memecahkan batuan. Pengerongan/ pelubangan yang terus menerus oleh binatang
juga menambah aksi disintegrasi fisik tanah.
Sedangkan tindakan manusia mempercepat proses pelapukan fisik dengan
pembajakan dan penanaman.
Pelapukan Kimia dan Transformasi (dekomposisi)
|
|
Perubahan Kelarutan
|
Perubahan Struktur
|
1. Pelarutan:
NaCl + H2O à Na+ + Cl- +
H2O
2. Hidrolisis:
KAlSi3O8 + H2O à HAlSi3O8 + KOH
3. Karbonatasi:
CO2 + H2O à H+ + HCO3-
CaCO3 + H+ + HCO3- à Ca(HCO3)2
|
1. Hidrasi:
2Fe2O3 + 3 H2O à 2Fe2O3۰3 H2O
hematite
limonit
2. Oksidasi: (proses pemberian e-)
oksidasi
4FeO
+ O2 2Fe2O3
reduksi
3. Reduksi:(proses penerimaan e-)
|
Pelapukan Fisika (Disintegrasi)
Merupakan
proses mekanik, dimana batuan-batuan masif pecah menjadi fragmen berukuran
kecil à namun tanpa perubahan
kimia.
Faktor
yang sangat dominan berpengaruh adalah suhu dan air.
Contoh:
Air à masuk ke dalam
celah batuan à membeku
à
volumenya bertambah besar à
memberikan tekanan à
batuan pecah è
proses hydrothermal.
Batuan terdiri dari berbagai mineral
dengan sifat berbeda. Jika suhu berubah
dengan tiba-tiba, mineral dalam batuan berkontraksi dan berekspansi à batuan pecah.
Gerakan akar tumbuhan mempunyai
tekanan yang cukup memecahkan batuan.
2. 3. Pelapukan Kimia (Dekomposisi)
Merupakan proses kimiawi dan
menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi mineral/batuan (dekomposisi).
Terdiri dari proses-proses:
1. Yang menyebabkan perubahan kelarutan
a. Pelarutan
NaCl + H2O à Na+ + Cl- + H2O
Garam Air (Ion-ion terlarut dalam air)
terlarut
b. Hidrolisis
(yang terpenting dalam pelapukan
kimia) tergantung pada disosiasi partial
air menjadi H+ dan OH-, dibantu oleh CO2-
dan asam-asam organik.
KAlSi3O8 +
H2O à HAlSi3O8 +
KOH
Ortoklas asam
silikat
lempung
proses ini dianggap sebagai awal terbentuknya lempung.
c. Karbonatasi (persenyawaan dengan
asam karbonat)
CO2 + H2O à H+ + HCO3-
CaCO3 + H+ + HCO3- à Ca(HCO3)2
Kalsit Asam Kalsium
bikarbonat
Karbonat mudah larut
2. Yang menyebabkan perubahan
Struktur
a. Hidrasi/Hidratasi
2Fe2O3 + 3 H2O à 2Fe2O3۰3 H2O
hematite limonit
merah kuning
b. Oksidasi (penambahan oksigen pada mineral)
oksidasi
4FeO + O2 ------à 2Fe2O3
Ferroues
Ferric
Oxide
oxide
3. Reduksi (pemindahan oksigen)
Terjadi
pada kondisi air tergenang à redoks potensial rendah
reduksi
2Fe2O3 ------à 4FeO + O2
Ferric Ferroues
Oxide oxide
(hematit)
III. GENESA TANAH
3. 1. Faktor Pembentuk Tanah:
Lima
faktor dominan yang mengendalikan pembentukan tanah adalah:
1. Bahan induk à
pasif
2. Iklim à
aktif
3. Organisme/biosfer à
aktif
4. Relief/Topografi à pasif
5. Waktu à
netral
Gambar 3.
1. Outline Bahan Induk
Kelima faktor tersebut saling
berhubungan. Hubungan antara faktor dan
sifat tanah oleh Jenny diekspresikan sebagai berikut:
Sifat Tanah
= F {Bahan induk, Iklim, Jasad hidup, Topografi, Waktu}
Atau
Soil Properties = f {p, cl, b, r, t, …}
F = fungsi atau ketergantungan
pada
p = parent material
cl = climate
b = biosphere
r = relief (position or landform)
t = time
1. Bahan Induk dan Pembentukan
Tanah
Lumut à mati à
pembusukan à peningkatan bahan
organik à asam-asam
organik à mempercepat
penghancuran batuan.
Contoh: batuan granit à melapuk à melepaskan hara-hara rendah, dan
pasiran
2. Iklim dan Pembentukan Tanah
Faktor
iklim yang dominan terhadap pembentukan tanah adalah curah hujan dan suhu.
Pengaruh langsung Iklim terhadap
Pembentukan tanah
(1)
akumulasi
kapur
(2)
tanah masam
(di wilayah humid)
(3)
erosi
(4)
pengendapan
bahan-bahan tanah ke lapisan bagian bawah
(5)
pelapukan,
pelindian dan erosi
Pengaruh tidak langsung Iklim
terhadap Pembentukan tanah
(1) Hutan (vegetasi dominan daerah humid) è profil berkembang à banyak horison.
(2) Padang rumput (daerah arid, semi arid) è profil tanah sedikit
berkembang à horison sedikit
Hutan à banyak B.O à aktivitas organisme à banyak horison
Padang
lapisan permukaan aktivitas org. horison
Rumput à kurang
terdekomposis à kurang à sedikit
3. Organisme (Biosfer) dan Pembentukan Tanah
Aktivitas: tanaman
dan binatang, serta dekomposisi bahan organik
Yang dominan berperan adalah:
(1) akar tanaman
(2) binatang penggali tanah (cacing, serangga tanah, tikus, kelinci)
(3) manusia (kegiatan manusia à merubah struktur tanah)
(4) mikro organisme
(jamur, bakteri)
PEDOTURBASI: proses bercampurnya
tanah secara fisik.
ARGILI – PEDOTURBASI: by shrinking and swelling to clay.
CRYO: by
growth of ice crystal followed by freezing and thawing
SEISMI: by earth quake
ANTHRO: by human activity (plowing and cultivation).
4. Relief dan Pembentukan Tanah
Relief mempengaruhi pembentukan tanah
melalui terutama yang berhubungan dengan hubungan air dan suhu. Tanah-tanah yang berada dalam area iklim yang
sama, dibentuk dari bahan induk yang sama dan berkembang pada tebing yang curam
umumnya memiliki horison A dan B yang tipis, karena sedikitnya air yang meresap
ke dalam profil (sebagai akibat dari runoff yang cepat dan karena permukaan
tanah tererosi dengan cepat).
Tanah yang terdapat pada tebing yang
landai memiliki kemampuan meloloskan air ke profilnya lebih banyak. Profil tanah umumnya lebih dalam, lebih
banyak variasi vegetasinya, dan kandungan bahan organik juga lebih tinggi
dibandingkan dengan yang terdapat pada tebing yang lebih curam.
Dalam daerah geografik tertentu,
sifat-sifat tanah berikut umumnya berhubungan dengan relief.
(1) kedalaman solum tanah
(2) ketebalan dan kandungan bahan organik dalam horison A
(3) kebasahan (kelengasan) profil tanah
(4) warna profil
(5) derajat/tingkat diferensiasi horison
(6) reaksi tanah
(7) kandungan garam-garam terlarut
(8) macam dan tingkat perkembangan pan
(9) suhu tanah
Gambar 3. 2.
Relief dan Pembentukan Tanah.
5. Waktu dan Pembentukan Tanah
Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu tanah untuk
mengembangkan lapisan-lapisan yang disebut horison bergantung pada beberapa
faktor yang saling berkaitan. Faktor-faktor
tersebut adalah iklim, sifat bahan induk, organisme, dan relief.
Horison cenderung berkembang pesat pada kondisi: (a) hangat/panas; (b) humid/lembab; (c) kondisi
hutan dimana tersedia cukup air untuk memindahkan koloid dan menyebabkan bahan
organik mudah dirombak.
Pada kondisi yang ideal, profil tanah yang lengkap dibentuk
dalam kurun waktu 200 tahun. Pada
kondisi yang kurang mendukung, waktu tersebut dapat diperpanjang sampai ribuan
tahun.
Faktor-faktor yang menghambat perkembangan profil tanah:
(1) curah hujan rendah
à
pelapukan lambat, sedikit pencucian
(2) kelembaban relatif rendah
à
sedikit lumut, jamur, dan algae
(3) kandungan kapur (Ca, Mg)
atau Na bikarbonat bahan induk, tinggi
(4) Tanah didominasi oleh pasir kuarsa dengan sedikit debu
dan lempung yang mudah dilapukkan à
pelapukan lambat, sedikit koloid dapat dipindahkan
(5) Kandungan lempung yang tinggi à aerasi buruk, pergerakan air lambat
(6) Bahan induk yang resisten (tahan lapuk), seperti
granit à pelapukan lambat
(7) Kemiringan lereng yang curam à hilangnya tanah karena erosi,
sedikit air yang masuk ke dalam tanah, mengurangi pencucian
(8) Muka air tanah yang tinggi à daya pencucian rendah, kecepatan
pelapukan rendah
(9) Temperatur rendah/dingin à proses kimia diperlambat
(10) Akumulasi bahan tanah secara konstan oleh deposisi à bahan selalu baru untuk membentuk
tanah baru
(11) Erosi angin dan air yang hebat terhadap bahan tanah à memunculkan bahan baru
(12) Pencampuran oleh
tindakan hewan (penggali lubang) dan manusia (pengolahan tanah, penggalian)
IV. MORFOLOGI TANAH
Pembentukan
tanah identik dengan (merupakan) perkembangan horison secara alami.
Pengkajian
bentuk dan sifat profil tanah dan horison-horisonnya disebut morfologi
tanah.
Umumnya
horison dapat dikenali karena mereka berbeda dalam kandungan lempung, warna
tanah, kandungan bahan organik, dan jenis serta jumlah berbagai garam.
Penamaan Horison (Simbol Horison)
Oi,Oe
|
Horison organik (20-30% BO) umumnya merupakan bagian tanaman (daun,
ranting, dahan, akar) terdapat pada permukaan tanah sebagai lapisan paling
atas.
|
Oa,Oe
|
Horison organik, mengalami perombakan ekstensif à bentuk bahan asal tidak dikenali.
Umumnya terdapat di atas lapisan tanah mineral di bawah Oi,Oe
|
A1
|
Horison mineral paling atas.
Permukaan tanah terolah (Ap), agak berwarna gelap karena kandungan BO
|
E
|
Horison mineral. Warna lebih cerah dari A1. Lempung halus dan sedikit bahan organik
terlindi ke bawah oleh hujan. Umum
terdapat pada daerah curah hujan tinggi
à hutan
|
AB/EB
|
Horison transisi. Lebih mirip A2 daripada B di bawahnya.
|
BA/BE
|
Horison transisi. Lebih mirip dengan B2 daripada A1 atau E di atasnya.
|
B/Bw
|
Horison mineral lebih dalam, di bawah A1 atau A2. Partikel halus yang tercuci dari A1 dan A2
terakumulasi di sini, karena filtrasi, pelonggokan, kekurangan air. Kandungan lempung sering > dari A1, dan
selalu > dari A2.
|
BC/CB
|
Horison transisi ke horison C atau R
|
C
|
Bahan mineral lepas-lepas tanpa perkembangan horison
|
R
|
Batuan padat terpadu.
|
i
= fibrik, e = hemik, a = saprik
Gambar 4.1. Profil
Tanah (Hipotetik)
Simbol Indeks Horison
Indeks tambahan dapat
ditambahkan pada penamaan horison untuk mencirikan sifat horison lebih
tepat/rinci. Indeks ini selalu ditulis
dengan huruf kecil.
a bahan
organik melapuk lanjut (sangat lapuk) à digunakan dengan
horsion O. Kandungan BO mentah < 17%
dari volume.
b Horison
genetik tertimbun à digunakan bagi
tanah mineral untuk menandakan horison-horison dengan kenampakan genetik utama
yang terbentuk sebelum penimbunan.
Sedangkan horison pada tanah penimbun, dapat atau tidak terbentuk. Simbol ini tidak berlaku untuk tanah organik
atau untuk memisahkan lapisan organik dari lapisan mineral.
c konkresi
(concretions) atau nodul diperkaya mineral mengandung Fe, Al, Mn, dan Ti,
dan selain dolomit, kalsit, atau garam-garam mudah larut.
e bahan
organik setengah melapuk à menandakan bahan organik hemik yang melapuk sedang à dipadukan dengang horison O
f tanah beku à
menandakan horison yang mengandung es permanen.
g gleisasi
kuat, pengudaraan yang jelek dalam waktu lama akibat air berlebih. Warna tanah
kelabu hingga biru dan hijau.
Misal: B1g
h akumulasi
(illuvial) humus
i bahan
organik sedikit melapuk à menandakan bahan organik yang paling sedikit melapuk.
j jarosit
(K. Na, Fe-SO4 mineral,-kekuningan), ada dan diyakini dibentuk dalam
horison oleh proses asam Sulfat.
k akumulasi
Ca, Mg-Karbonat à kapur (lime)Misal: B2k
m sementasi
kuat (pengerasan, seperti batuan lunak) beberapa lapisan keras (padas)
n akumulasi
Na tertukar
o akumulasi
residual sesquioksida
p pembajakan
(plowing) atau pengadukan yang lain, umumnya pada A1
q sementasi
oleh silika terlarut dalam alkali (hanya pada horison C)
s akumulasi
illuvial sesquioksida dan bahan organik
t pengendapan/akumulasi
(illuvial) lempung silika, umumnya pada B2.
v plinthite
à menandakan adanya bahan berwarna
merah, sedikit humus, kaya Fe yang keras atau sangat keras jika lembab, dan
mengeras terus jika terkena udara serta pembasahan–pengeringan bergantian.
x sifat
dan ciri Fragipan (keras dan rapuh)
y akumulasi
gipsum, (CaSO4)
z akumulasi
garam yang lebih mudah larut daripada CaSO4
Horison dalam Profil Tanah
Tanah dapat saja memiliki sedikit atau
banyak horison. Deposit dataran banjir (floodplains)
yang baru mungkin hanya memiliki horison C, atau horison A1 yang tipis di atas
C. Daerah padang rumput yang tua mungkin
memiliki A1, A3, B1, B2t, B3, C, dan R. Tanah pegunungan dengan vegetasi hutan
mungkin mempunyai O1, O2, suatu A1 tipis, A2 yang dalam, B1, B2, B3, C, dan R
(batuan kapur, limestone, pada kedalaman 183 cm).
Penggunaan simbol horison membantu
memperjelas sifat dan ciri profil.
(lihat Notes 2-3 dan 2-4).
Taksonomi Tanah
Berasal dari kata Yunani, taxis,
berarti pengaturan/penyusunan/ pengelompok-an, adalah pengelompokan barang yang
sama/mirip secara sistematik.
Taksonomi tanah merupakan pengelompokan
tanah-tanah yang mirip/sejenis secara ilmiah.
Semua tanah dimasukkan ke
dalam 12 Order, terdiri atas > 54 suborder, >>
200 great-group, >> dari 1000 sub-group, >> 4500
famili, dan >> 10 500 seri tanah.
HORISON
|
DESKRIPSI
|
O
|
Terdiri/tersusun atas bahan organik tanah Oi (filorik),
Oe (hemik); Oa (saprik)
|
A
|
Terbentuk dari bahan mineral tanah, tetapi digelapkan
oleh bahan organik tanah terhumifikasi yang tercampur dengan mineral tanah
|
E
|
Horison mineral dengan lempung silikat, Fe, Al, atau
kombinasinya tercuci dan tereluviasi, meninggalkan horison berwarna cerah
yang didominasi oleh mineral tanah lapuk (kuarsa berukuran pasir dan debu)
|
AB
|
Horison transisi antara A dan B, tetapi lebih
menyerupai A dari pada B
|
EB
|
Horison transisi antara E dan B, lebih meyerupai E dari
pada B
|
A/B
|
Horison transisi yang lebih cocok sebagai horison A,
kecuali untuk inklusi yang < 50 % volume material yang cocok sebagai B
|
E/B
|
Horison transisi yang lebih cocok sebagai E, kecuali
untuk inklusi < 50 % volume bahan yang cocok sebagai B.
|
BA
|
Horison transisi antara A & B, lebih menyerupai B
dari pada A
|
BE
|
Horison transisi antara B dan E, lebih menyerupai B
dari pada E.
|
B/A
|
Horison transisi yang lebih cocok sebagai B, kecuali
inklusi < 50 % volume materi yang cocok sebagai A
|
B/E
|
Horison transisi yang cocok sebagai B, kecuali untuk
inklusi < 50 % volume materi yang sesuai sebagai E
|
B
|
Horison yang terbentuk dibawah A, E dan O, dan didominasi
oleh adanya struktur batuan asalnya, dan oleh adanya: (1) konsentrasi
illuvial silica; (2) bukti hilangnya karbonat; (3) konsentrasi residu
sesquioksida; (4) pembungkusan sesquioksida, meyebabkan horison memiliki
value rendah, chroma tinggi, atau hue lebih merah daripada horison diatasnya
maupun dibawahnya tanpa illuviasi Fe; (5) alterasi yang membentuk lempung
silikat, dan yang membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik; (6)
gabungan/kombinasi semuanya.
|
BC
|
Horison transisi antara B dan C, lebih menyerupai B
dari pada C
|
CB
|
Horison transisi antara B dan C, lebih menyerupai C
dari pada B
|
C
|
Horison mineral, relatif tidak dipengaruhi oleh proses
pedogenik dan tidak memiliki sifat-sifat horison O, A, E, atau B
|
R
|
Lapisan terdiri dari batuan induk yang padat/keras,
tidak dapat dihancurkan/digali dengan cangkul/skop.
|
Diskripsi 12 Order Tanah
(USDA)
Taksonomi Tanah
|
Diskripsi
|
|
Histosols
|
Tanah Organik
|
Berbagai kedalaman akumulasi sisa tanaman di air tergenang dan rawa
|
Andisols
|
Tanah abu volkan
|
Bagian permukaan tanah mineralnya berketebalan 30-60 cm dan memiliki
sifat andic
|
Alfisols
|
Pedalfers (Al-Fe)
|
Beriklim subhumid. Umumnya pada
vegetasi hutan. Akumulasi lempung pada
B2, sedang A2 umumnya tebal
|
Spodosols
|
Tanah berabu
|
Pasiran, tanah hutan dingin koniferus terlindi. Hor O sangat masam, A2 terlindi. Akumulasi
BO dan/ Fe, Al –oksida pada hor B2.
|
Oxisols
|
Tanah oksida
|
Tanah melapuk lanjut, dalamnya > 3m, kesuburan rendah, didominsai
lempung Fe & Al oksida dan asam.
|
Ultisols
|
Tanah pelindihan
|
Sangat asam, tanah tropika dan subtropik yang melapuk lanjut. Hor A2 dalam. Dicirikan dengan akumulasi
lempung di B2
|
Vertisols
|
Tanah membalik
|
Kandungan lempung (mengembang –mengkerut) tinggi. Membutuhkan musim basah dan kering untuk
berkembang. Umumnya hanya memiliki hor
A1 mencampur sendiri yang dalam.
|
Mollisols
|
Tanah lunak
|
Tanah padang rumput, hor A1
berwarna gelap, mungkin memiliki B2 dan akumulasi kapur.
|
Inceptisols
|
Tanah muda
|
Tanah dengan pembentukan horison lemah. Seperti Entisols, dengan cukup
waktu membentuk hor A1 yang tegas dan B2 lemah. Tanah tergenang menghambat
pengembangan hor.
|
Entisols
|
Tanah baru berkembang
|
Tanah tanpa perkembangan profil, kecuali mungkin hor A1 yang tipis. Deposit dataran banjir tepi sungai, deposit
abu volkan, dan pasir merupakan Entisols.
|
Aridosols
|
Tanah Arid (Pedocals)
|
Tanah daerah beriklim kering/arid.
Ada perkembangan akumulasi kapur/gipsum, lapisan garam, dan/ hor A1
dan B2.
|
Gelisols
|
Tanah Beku
|
Tanah daerak kutub utara/selatan
|
Sifat tanah Andic:
Pedalfter: pedon
with accumulation of Al dan Fe
V. SIFAT FISIK TANAH
5. 1. Pendahuluan
Sifat fisik tanah meliputi:
·
Tekstur
(Texture)
·
Struktur (Structure)
·
Kerapatan (Density)
·
Konsistensi (Consistency)
·
Porositas (Porosity)
·
Warna (Color)
·
Temperatur (Temperature)
Sifat
fisik tanah sangat mempengaruhi: pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman. Sebab, sifat fisik tanah menentukan:
·
Retensi/penahanan
air à mobilitas air dalam tanah
·
Drainase
·
Aerasi/pengudaraan
tanah à ketersediaan O2
·
Nutrisi
tanaman
Sifat fisik tanah juga mempengaruhi sifat kimia dan
biologi tanah.
Sifat fisik tanah bergantung pada:
·
Jumlah,
ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari pertikel tanah.
·
Macam
dan jumlah bahan organik tanah.
·
Volume
dan ukuran pori-porinya, serta perbandingan air: udara yang menempatinya.
5. 2. Tekstur Tanah (Distribusi Ukuran Partikel Tanah)
Tekstur tanah secara khusus menyatakan perbandingan relatif berbagai ukuran partikel (separasi/fraksi) dalam tanah, dinyatakan dalam %.
Separasi Tanah: pengelompokan ukuran partikel tanah.
è Pasir (Sand) |
è Debu (Silt) |è gabungan
proporsionil ketiganya disebut
è Lempung (Clay) |
geluh è Loam
Ukuran separasi tanah yang
umum dipakai untuk keperluan pertanian (termasuk ilmu tanah) adalah separasi tanah
berdasarkan sistem klasifikasi partikel tanah oleh USDA (Departemen Pertanian
Amerika Serikat), yiatu:
Separasi Tanah |
Kisaran Diameter (mm)
|
|
Kerikil (Gravel)
|
³ 2.0
|
|
Pasir sangat kasar
|
Sand |
1.0 - 2.0
|
Pasir kasar
|
0.5 – 1.0
|
|
Pasir sedang
|
0.25 – 0.5
|
|
Pasir halus
|
0.10 – 0.25
|
|
Pasir sangat halus
|
0.05 – 0.10
|
|
Debu
|
Silt |
0.002 – 0.05
|
Lempung
|
Clay |
< 0.002
|
5. 3. Peranan Tekstur
Tekstur tanah mempengaruhi
beberapa karakter (ciri) tanah seperti:
·
Tingkat
penyerapan air
·
Penyimpanan/penahanan
air
·
Pengudaraan
tanah
·
Kemudahan
pengolahan tanah
·
Kesuburan
tanah
Contoh:
Tanah Lempungan Tanah
Pasiran
partikel halus - mudah diolah
ikatan kuat - cukup udara
pori makro < - pori makro dominan
pori mikro dominan - mudah dibasahi
sulit dibasahi - mengering secara cepat
sulit diatuskan - terdrainase secara cepat
- mudah kehilangan
hara
Gambar 5. 1. Klasifikasi partikel tanah menurut ukuran
berdasarkan empat
sistem. Sistem USDA yang digunakan dalam teks.
Gambar 5. 1. Klasifikasi partikel tanah menurut ukuran
berdasarkan empat
sistem. Sistem USDA yang digunakan dalam teks.
|
5. 4. Kelas Tekstur Tanah
Sebagaimana tanah tersusun dari
pertikel dengan banyak variasi ukuran dan bentuknya, istilah khusus dibutuhkan
untuk membawa beberapa ide pembentukan teksturnya dan memberikan beberapa
penandaan sifat dan ciri fisikanya.
Penamaan
tekstur tanah diberikan berdasarkan perbandingan relatif (dalam %) fraksi
pasir, debu, dan lempung.
Penamaan
kelas tekstur diberikan berdasarkan pembacaan pada diagram segitiga tekstur.
Contoh: jika tanah memiliki kandungan
- lempung tinggi à kelas tekstur lempung
- debu tinggi àkelas teksturnya debu
- pasir tinggi à kelas tekstur pasir
Contoh lebih
spesifik: jika suatu tanah mengandung
pasir 30%, debu 40%, dan lempung 30% maka kelas teksturnya adalah geluh
(loam).
Analisis Distribusi Ukuran Partikel
Analisis distribusi ukuran partikel
dilakukan untuk menentukan kelas tekstur tanah.
(a) Metode Perasaan (Feeling Method)
Umumnya dilakukan di lapangan. Dikenal pula sebagai metode lapangan.
Dilakukan dengan meraba/merasakan (rubbing) tanah diantara ibu jari dan
jari-jari lain. Umumnya tanah dibasahi
lebih dulu untuk diperkirakan plastisitasnya secara lebih tepat.
Jika tanah digenggam dan diperas, mengeluarkan
bentuk menyerupai pita kontinyu diantara ibu jari dan sela-sela jari, itu
menandakan adanya sejumlah lempung.
Kandungan lempung yang tinggi ditandai dengan makin lengketnya tanah
basah. Partikel pasir dapat dirasakan
dari kekasarannya. Sedangkan debu memiliki rasa rabaan yang licin seperti
tepung atau bedak jika kering, dan hanya sedikit plastik dan lekat jika
basah.
(b) Metode Laboratorium
(1)
metode pipet à dilakukan dengan pemipetan sedimen
tanah dalam tabung sedimentasi pada jarak dan waktu tertentu è
menunjukkan kecepatan yang menentukan diameter partikel tertentu.
(2)
metode hidrometer à dilakukan dengan pengukuran kekentalan
sedimen tanah dalam tabung sedimentasi pada kedalam dan jangka waktu tertentu è
kekentalan mengekspresikan konsentrasi partikel berukuran (berdiameter)
tertentu.
Gambar 5. 2. Segitiga Kelas Tekstur Didasarkan pada
Perbandingan Kadar Pasir, Debu, dan Lempung, yang Dikembangkan oleh USDA
Kedua
metode di atas berdasarkan pada hukum Stokes kecepatan jatuhnya partikel
butiran (bulat) dalam larutan yang diketahui kerapatan dan kekentalannya.
2 g r2 (D1 – D2)
V = ----------------------
9 h
V = kecepatan jatuh partikel (cm/detik)
g = percepatan gravitasi (cm/detik2)
r = dengan jari-jari partikel (cm)
D1 = kerapatan partikel (g/cm3)
D2 = kerapatan jenis larutan (g/cm3)
h = kekentalan
(viskositas) larutan (dyne-detik/cm2)
5. 5. Struktur Tanah (Pengelompokan/pengaturan
partikel tanah kedalam agregat atau kumpulan yang mantap)
Agregat: unit sekuder/granula
yang tersusun dari ikatan/sementasi partikel tanah oleh bahan penyemen (oksida
besi, karbonat, lempung/silika, humus)
Ped: agregat alami
Clod: agregat yang terbentuk
karena aktivitas manusia (peng-olahan tanah).
Kelas Struktur
Tanah
Unit
struktur tanah (ped) dapat dijelaskan dengan3 macam ciri: tipe, kelas, dan derajat
struktur.
(1) Tipe Struktur
(a)
Lempeng (platy)
(b)
Prisma dan kolum (prismtatic & columnar)
(c) Gumpal menyudut dan gumpal membulat (angular blocky & subangular
blocky)
(d) granular dan remah (granular & crumb)
(2) Kelas Struktur
(a)
Sangat halus atau sangat tipis (very fine or very thin)
(b)
Halus atau tipis (fine or thin)
(c)
Sedang (medium)
(d)
Kasar atau tebal (coarse or thick)
(e) Sangat kasar atau sangat tebal (very coarse or very thick)
(3) Derajat Struktur
(a)
Tidak berstruktur (structureless)
(b)
Lemah (weak)
(c)
Sedang (moderate)
(d)
Kuat (strong)
Gambar 5. 3. Tipe (bentuk dan susunan), Kelas (ukuran),
dan Derajad (ketahanan/stabilitas) Struktur Tanah.
Gambar 5. 4. Bermacam Tipe Struktur pada Tanah-tanah Mineral
Genesa Struktur
Tanah
Ped terbentuk karena adanya kombinasi kembang
kerut dan sementasi.
Tanah à
basah à mengembang |
à kering à
mengkerut | è garis-garis
lemah
terbentuk
membentuk ped ß retakan ßß ß Retakan
gumpal ke arah horisontal
|
|
·
Kembang kerut ke arah vertikal tidak
membentuk retakan à struktur prismatik
·
Ped membulat à granuler, remah, sementasi oleh BO à pencampuran
oleh cacing, tikus, dll. à semua sisinya membulat dan berukuran kecil.
·
Ion tunggal yang menyebabkan perubahan
struktur secara cepat à Na à ion terhidrasi > dalam larutan dengan muatan
yang rendah à tidak menetralkan secara efektif.
·
Hasilnya penolakan partikel yang
berdampingan sebab muatan sama terjadi destruktif
terhadap struktur.
|
|
5.
6. Berat Jenis Volume = Kerapatan
Isi (=BV) (Bulk Density = BD)
à ρb
(Kerapatan
Ruah/Kerapatan Jenis Volume)
Kerapatan
isi merupakan perbandingan antara massa total tanah kering (padatan) dengan
volume total tanah.
Nilai
BV (BD) sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah (ukuran dan kepadatan
jenis partikel), struktur tanah (ruang pori), dan kandungan bahan organik
tanah. Nilai BV tanah-tanah pertanian
bervariasi antara 1.1-1.6 g/cm3.
|
5. 7. Berat Jenis Partikel (=BJP) (Particle Density) à ρp
(Kerapatan
Jenis Partikel)
Berat
jenis partikel (BJP) merupakan perbandingan antara massa tanah kering (padatan)
dengan volumenya (volume padatan).
Berat
jenis partikel merupakan fungsi perbandingan antara komponen bahan mineral dan
bahan organik. BJP untuk tanah-tanah
mineral berkisar antara 2.6 - 2.7 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2.65
g/cm3, sedang BJP tanah
organik berkisar antara 1.30 – 1.50 g/cm3.
5. 8. Konsistensi Tanah
Menerangkan
daya tahan tanah pada berbagai kandung-an lengas (kelembaban) terhadap tekanan
atau manipulasi mekanik.
Menyatakan/merupakan
ekspresi gabungan gaya-gaya kohesi dan adhesi yang menerangkan kemudahan suatu
tanah dapat diubah bentuknya atau hancur.
Umumnya
diukur dengan perasaan, dan manipulasi tanah dengan tangan
|
(1) Tanah Basah
Untuk
tanah basah konsistensi didiskripsikan dalam istilah berikut:
(a) kelekatan (stickiness)
Derajat
kelekatan dibedakan sebagai berikut:
tidak melekat (non sticky)
melekat
sedikit (slightly sticky)
melekat
(sticky)
sangat
melekat (very sticky)
(b) plastisitas (plasticity)
kapasitas
tanah dapat di bengkok-kan (molded) è berubah bentuk
sebagai respons terhadap gaya dan mempertahankan bentuk tersebut walaupun
gayanya dihilangkan.
Derajat
plastisitas dinyatakan sebagai berikut:
tidak
plastik (non plastic)
sedikit
plastik (slightly plastic)
plastik (plastic)
sangat
plastik (very plastic)
(2) Tanah Lembab
Konsistensi
tanah lembab sangat penting karena mene-rangkan keadaan tanah terbaik di
lapangan kapan untuk diolah. Dalam
praktik, itu merupakan ukuran umum daya tahan tanah bila dihancurkan antara
ibu-jari dan telunjuk. Dibedakan dalam
istilah-istilah berikut mulai dari yang paling tidak koherens sampai yang
saling melekat kuat (bertahan) terhadap gaya hancur ibu-jari dan telunjuk.
Lepas-lepas
(loose: noncoherent)
Sangat mudah hancur (very friable: coherent but very easily crushed)
Mudah hancur (friable: easily crushed)
Kuat (firm: crushable under moderate pressure)
Sangat kuat (very firm: crushable only under strong pressure)
Sangat-sangat kuat (extremely firm: resistant to crushing between thumb
and forefinger)
Karena
konsistensi tanah lembab sangat bergantung pada tingkat kelembaban tanah. Ketepatan pengukuran karakteristik tanah ini
di lapangan bergantung pada pendugaan tingkat kelembaban tanah. Tanah kasar pasiran diharapkan memiliki konsistensi
lepas-lepas. Loams dan silt
loams yang berganulasi baik diharapkan sangat mudah hancur, atau mungkin
kuat. Clays, silty clays dan silty clay loams diharapkan memiliki konsistensi
kuat atau sangat kuat, khususnya jika rendah kandungan bahan organiknya. Namun, generalisasi di atas harus disertai
kehati-hatian karena konsistensi tanah bergantung pada banyak faktor seperti
jenis lempung, dan macam serta banyaknya humus.
(3) Tanah Kering
Jika
kering, tanah cenderung tahan terhadap gaya penghancuran atau manipulasi
lainnya. Derajat ketahanan ini
dihubungakan dengan gaya tarikpertikel satu dengan lainnya dan dinyatakan dalam
istilah kekakuan (rigidity) dan kemudahan hancur (brittleness).
Lepas-lepas (loose: noncoherent)
Lunak (soft: breaks under slight pressure between thumb and forefinger)
Agak keras (slightly hard: breaks under moderate pressure)
Keras (hard: breaks with difficulty under pressure)
Sangat keras (Very hard: very resistant to pressure, cannot be broken between thumb and forefinger)
Sangat-sangat keras (extremely hard: extreme resistant to pressure;
cannot be broken in the hand).
5. 9. Tetapan atau Angka ATTERBERG
Atterberg,
Cassagrande, Puchner, dan Mohr telah me-nguji dan menetapkan tetapan
konsistensi tanah yang dikenal dengan istilah sebagai berikut.
Batas Cair (BC) à kadar lengas yang menyebabkan tanah dapat
menggelincir terhadap pengaruh getaran standar atau ketukan tertentu. Disebut juga batas alir atau batas
plastisitas tanah tertinggi.
Batas Gulung (BG) à kadar lengas yang memungkinkan tanah dapat
digulung-gulung menjadi batang kecil berdiameter » 3mm, dan mulai retak-retak serta pecah. Disebut pula batas plastisitas terendah.
Batas Lekat (BL) à kadar lengas yang memungkinkan tanah dapat melekat
pada alat pengukur tertentu.
Batas Berubah Warna (BBW) à kadar lengas
yang menunjukkan keadaan tanah mulai berubah warnanya.
Kisaran
nilai antara dua batas tetapan menghasilkan:
Indeks
Plastisitas (IP) = BC -BG
Jangka Olah (JO) =
BL - BG
Surplus (S) =
BL – BC
Persedian Air
Maksimum (PAM) = BC - BBW
5. 10. WARNA TANAH
Warna
tanah dapat menunjukkan beberapa gambaran tentang keadaan tanah.
- Menunjukkan perbedaan asal mineral tanah (bahan induk) atau dalam
perkembangan tanah.
- Warna putih menunjukkan adanya
endapan garam atau karbonat (kapur).
- Bercak (mottles) umumnya
warna karat menunjukkan tanah mempunyai periode pengudaraan yang tidak cukup
dalam setiap tahun.
- Warna kebiruan, kelabu dan kehijauan, (gleisasi) menunjukkan adanya
periode panjang keadaan tergenang dan pengudaraan yang tidak mencukupi.
- Warna yang lebih gelap menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang
lebih banyak. Makin tua warna tanah
makin tinggi kandungan bahan organiknya.
- Warna terang umumnya disebabkan oleh adanya/banyaknya kandungan mineral yang tidak bernilai gizi
(kandungan haranya sedikit).
Untuk
mencapai suatu kesepakatan atau obyektifitas, dipergunakan suatu warna standar
yang dinyatakan dalam sistem numerik.
Salah satu contoh yang terkenal dan dipakai untuk membedakan warna tanah
adalah Munsell Soil Colour Charts.
Parameter
yang digunakan pada Munsell Soil Colour Charts adalah:
HUE à spektrum warna
atau warna pelangi yang dominan (merah, kuning, biru, dan hijau).
Menggambarkan warna yang
dominan suatu berkas panjang gelombang cahaya, atau kualitas yang membedakan
antara merah dan kuning.
Misal: 5R; 7.5 R; 10R; 2.5YR; 5YR; 7.5YR; …
VALUE à Kehitaman atau (ke) putih (an) relatif, banyaknya
cahaya yang direfleksikan.
Menggambarkan nisbah
(warna kecerahan) : (warna putih mutlak). Atau, kisaran berangsur-angsur dari putih ke
hitam.
1/ ..
(hitam)
2/..
9/..
(putih)
CHROMA à Kemurnian (purity) warna, yang meningkat
bila kekelabuan menurun.
Berkisar dari kelabu
netral à ???
Atau dari putih à ???
Dalam Musell:
../1 ../2 ../3 ... ../8
Contoh: Menuliskan suatu warna
dengan Munsell Chart
7.5YR 3/2 m à Dark brown, moist
7.5YR 6/4 d à Light brown, dry
|
5.11 AIR TANAH
I. Fungsi Air Tanah
(1)
sebagai penyusun utama protoplasma
(85-95%)
(2)
sebagai bahan esesnsial untuk proses
fotosintesa dan konversi karbohidrat menjadi gula.
(3)
sebagai pelarut hara ke dalam dan
melewati bagian-bagian tanaman.
(4)
memberi ketegaran tanaman (turgidity),
yang memberikan bentuk dan posisi bagian tanaman yang pas untuk menangkap sinar
matahari.
Udara
|
Air tersedia
|
Air tak tersedia
|
Padatan tanah
|
25%
25%
50%
|
II. Prinsip
Kapilar dan Air Tanah
Kapilaritas
terjadi karena dua gaya:
(1)
gaya adhesi oleh dinding (permukaan)
padatan pada rongga , dan
(2)
tegangan permukaan air, yang disebabkan
oleh gaya tarik molekul-molekul air satu dengan yang lain (kohesi).
Mekanisme
Kapilar
Molekul-molekul
air ditarik oleh dinding tabung oleh gaya adhesi dan bergerak naik. Gaya kohesi antara molekul-molekul air juga
menyebabkan air yang tidak berkontak dengan dinding tabung naik. Tinggi naiknya air dalam tabung sama dengan
beratnya untuk mengimbangi gaya-gaya adhesi dan kohesi.
|
Naiknya
kapilar dapat diekspresikan sebagai:
2T 2 T Cos a
h = ------- » h = --------------
rdg rdg
h =
tinggi naiknya kapilar dalam tabung, T =
tegangan permukaan, r = jari-jari
tabung, d = densiti (kerapatan) larutan,
dan g = percepatan gravitasi. Untuk air,
persamaan di atas menjadi:
Naiknya Air
dalam Tanah
Gaya
kapilar juga bekerja untuk semua tanah basah.
Tetapi, kecepatan dan ketinggian naiknya air lebih lambat dalam pori
tanah, karena pori tanah tidak lurus dan tidak seragam. Belum lagi adanya udara yang terperangkap
dalam pori yang menyebabkan lambatnya gerakan kapilar.
Umumnya,
tingginya kenaikan kapilar lebih besar pada tanah bertekstur halus, tetapi
tidak terlalu halus atau kompak.
|
Konsep Energi
Air Tanah
Beberapa
fenomena yang berhubungan dengan energi adalah: retensi (penambatan) dan
pergerakan air dalam tanah, pengambilan dan translokasi dalam tanaman, serta
hilangnya air ke atmosfer. Berbagai macam energi terkait termasuk energi
potensial, kinetik, dan elektrik. Tetapi, istilah energi bebas digunakan
untuk mencirikan status energi air.
Energi bebas merupakan gabungan (penjumlahan) semua bentuk energi
tersedia.
Gerakan
air dalam tanah terjadi dari zona (kedudukan) dengan energi bebas air tinggi ke
kedudukan dengan energi bebas air lebih rendah.
Gaya-gaya yang mempengaruhi
Energi Bebas
(1)
Adhesi, atau penarikan oleh padatan
(matriks) tanah terhadap air, memberikan gaya matriks (menyebabkan
kapilaritas).
(2)
Osmotik, penarikan oleh ion-ion dan
larutan lain terhadap air, cenderung mengurangi/menurunkan energiu bebas larutan
tanah.
(3)
gravitasi, gaya gravitasi cenderung menarik air tanah ke
bawah.
|
|
5. 11. Potensial
Air Tanah Total
Perbedaan
energi bebas dari suatu tempat ke tempat lain merupakan pengetahuan praktik
yang penting. Perbedaan ini sering
disebut sebagai potensial air tanah total (Yt).
Yt
= Yw
+ Yz
Yt = potensial total; Yw =
potensial air; Yz =
potensial gravitasi (sering ditulis Yg). Sedang Yw merupakan gabungan dari Yp, Ym, dan Ys.
Yw = Yp
+ Ym
+ Ys
Yp = potensial tekanan; Ym =
potensial matriks; Ys =
potensial larutan (osmotik). Jadi
potensial total:
Yt
= Yp
+ Ym
+ Ys
+ Yz
5. 12. Potensial Gravitasi (Yz atau Yg)
Gaya
gravitasi bekerja terhadap air sama seperti terhadap benda lainnya, yaitu
penarikan ke pusat bumi. Dinyatakan
sebagai.
Yz = gh
h, ketinggian (jarak air tanah dari kedudukan referensi)
|
Berat
merupakan salah satu metod yang paling mudah untuk menspesifikasi satuan
air. Jadi dalam hal Yz,
merupakan perbedaan jarak-vertikal/ketinggian suatu titik/kedudukan yang
ditanyakan dengan titik/kedudukan referensi.
Jika titik tersebut berada di atas titik referensi, maka Yz positif (+), dan jika berada di bawah
titik referensi, maka Yz negatif
(-).
Catatan:
Potensial
= Y = usaha = gaya
* jarak = F * h
sedang F
= m*a (dimana a = percepatan = g)
jadi
jika unit potensial dinyatakan dalam satuan berat, maka
Y = (F * h)/berat
= (F * h)/(F) = h (satuan jarak)
5. 13. Potensial Matriks
Potensial
matriks, Ym,
dihubungkan dengan gaya-gaya adsorpsi matriks tanah. Jika kuantitas satuan air dinyatakan dalam
berat, maka Ym pada
suatu titik, adalah jarak vertikal titik tersebut dalam tanah terhadap
permukaan air dalam manometer yang dihubungkan dengan titik tersebut melalui
mangkuk keramik.
Potensial matriks
merupakan ciri tanah yang dinamik. Pada
tanah jenuh, Ym = 0.
5. 14. Potensial Tekanan (Yp)
Pada
kondisi lapangan , potensial tekanan, Yp, berlaku terutama untuk tanah yang
jenuh air. Jika satuan kuantitas air
dinyatakan dalam berat, maka Yp adalah
jarak vertikal dari titik yang ditanyakan (dalam tanah) terhadap permukaan air
dalam piezometer (» permukaan air tanah) yang dihubungkan ke titik tersebut.
Di
lapangan Yp = 0 jika berada di atas atau pada
permukaan air dalam piezometer.
Di bawah level tersebut Yp selalu
positif, dan bertambah besar dengan bertambahnya kedalaman dibawah
permukaan air.
5. 15. Potensial Osmotik
Potensial
osmotik muncul dengan adanya bahan larutan dalam larutan tanah. Bahan larutan mungkin ionik atau non-ionik,
tetapi pengaruhnya adalah mengurangi energi bebas air. Hal itu terjadi terutama karena
molekul-molekul bahan larutan menarik molekul-molekul air.
Tidak
seperti potensial matriks, potensial osmotik mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap gerakan massa air dalam tanah.
Pengaruh utamanya adalah terhadap penyerapan air oleh akar tanaman.
|
|
|
|
|
|
5. 16. Pengukuran Kelangasan/Kelembaban Tanah
Beberapa
metod untuk mengukur kelengasan tanah (kandungan air tanah).
1. Metode Gravimetri
Menyatakan
kandungan air dalam tanah (kelengasan tanah) dalam persen berat air (dalam
tanah tersebut) terhadap berat tanah kering (kering oven, 100-105 s.d 110oC).
2. Metode Daya Hantar Listrik (metod
Tahanan, Resistance Method)
Kenyataannya
bahwa bahan porous seperti gipsum, nilon, dan fiberglas memiliki tahanan
listrik yang berhubungan dengan kandungan airnya.
Jika
blok bahan tersebut dihubungkan dengan elektroda, dan kemudian ditempatkan
tanah basah di atasnya, maka blok bahan tersebut akan menyerap air sampai mencapai
kesetimbangan. Tahanan listrik blok
ditentukan oleh kandungan air. Hubungan
antara pembacaan tahanan dan kandungan air dapat ditentukan melalui
kalibrasi. Akurasi pembacaan kelengasan
dalam kisaran 1-15 bars.
3. Metode Tegangan
Tensiometer
lapangan mengukur tegangan dimana air diikat/dipegang oleh matriks tanah. Kisaran kemampuannya untuk mengukur
kelengasan tanah antara 0 –0.8 bar.
Ada
pula yang disebut tension plate untuk kondisi di laboratorium. Tanah ditempatkan pada piring porus kemudian
dilakukan penghisapan (suction).
Kisaran ukurannya 0-1 bar.
Pressure
membrane, menggunakan piring porous yang tahan sampai tekanan 100 bars.
4. Metode Neutron Probe (Metode Radioaktif
Neutron)
|
5. 17. Pergerakan Air dalam Tanah
1. Pergerakan Air Jenuh
Rumus: V = K f
(cm/jam)
V
= total volume air yang dipindahkan (digerakkan) per satuan waktu; K = konduktivitas
hidraulik (cm/jam); f = gaya penggerak air (gaya yang menyebabkan air bergerak)
à f = ∆Y/L à f = ∆h/L
Faktor-faktor
yang mempengaruhi konduktivitas hidraulik (K) tanah jenuh.
Semua
faktor yang mempengaruhi ukuran dan konfigurasi pori tanah akan mempengaruhi
konduktivitas hidraulik.
Yang terutama adalah tekstur
dan struktur, disamping itu
kandungan bahan organik tanah (BO) dan kandungan air dalam tanah juga mempengaruhi
nilai K.
|
2. Pergerakan Air Tak Jenuh
Pada
kondisi lapangan pergerakan air tanah terjadi terutama pada kondisi dimana pori
tanah tidak jenuh air.
Pada
tegangan rendah K > pada tanah pasiran daripada tanah lempungan, sebaliknya
pada tegangan tinggi K > pada tanah lempungan daripada pasiran. Hal itu karena pada tanah bertekstur kasar
pori-pori besar mendorong terjadinya aliran jenuh. Sebaliknya tanah dengan pori-pori kecil
mendorong terjadinya aliran tak jenuh.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Aliran Tak Jenuh
Terjadinya
aliran tak jenuh juga sama dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
aliran air jenuh, yaitu perbedaan tegangan/hisapan lengas/air à
perbedaan potensial.
Perbedaan
tegangan disebabkan oleh perbedaan kandungan lengas. Kandungan air yang lebih tinggi menyebabkan
perbedaan tegangan (perbedaan potensial) lebih besar à aliran lebih cepat.
5. 18. Retensi Kelengasan Tanah di Lapangan
1. Kapasitas Menahan Air Maksimum
2. Kapasitas Lapangan
3. Titik Layu Permanen
4. Koefisien Higroskopik (air higroskopik)
5. Kelengasan vs tegangan.
|
|
|
|
Pengambilan Air oleh Tanaman
Tampaknya
ada dua fenomena yang mempelajari pengambilan air oleh tanaman, yaitu: (a)
pergerakan kapilar air tanah menuju akar tanaman, dan (b) pertumbuhan akar
tanaman ke arah lengas tanah.
1. Kecepatan Pergerakan Kapilar.
2. Kecepatan Perkembangan Akar.
3. Distribusi Akar.
4. Kontak Akar-Tanah.
Faktor-Faktor yang Mengendalikan Kecepatan Air ke dalam Tanah
Ø
%
pasir, debu, lempung (Clay) è Tektur tanah
Ø
Struktur
tanah
Ø
Jumlah
bahan organik dalam tanah
Ø
Kedalam
tanah terhadap lapisan padas, batuan induk dan lapisan kedap lain
Ø
Jumlah
air dalam tanah
Ø
Temperatur
tanah
Kecepatan infiltrasi diklasifikasikan: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi
Hara-hara yang sering hilang oleh pelindian:
- Ca à Jumlah yang besar
- Mg, S,K à Terbesar berikutnya
- N à NO3-
4. P
Mekanisme absorpsi air
1. Absorpsi pasif
2. Perluasan
perakaran
3. Absorpsi aktif
·
Adanya
akumulasi garam pada perakaran
Jeluk pengambilan air
Ø
Pada
umumnya diambil pada jeluk dangkal
Ø
Pada
daerah kering à akar mencari air sp pada zona + 3m
Saat tanaman membutuhkan air
Penggunaan air konsumtif
Jumlah kehilangan air
oleh evapotranspirasi (ET) + yang terkandung dalam jaringan tanaman
(a) Evapotranspirasi
(ET)
(b) Efisiensi
penggunaan air
Jumlah kebutuhan air (transpirasi, pertumbuhan,
evapotranspirasi, drainase) à untuk menghasilkan unit bahan berat à ukuran efisiensi penggunaan air.
5. 19. Aerasi Tanah
Dua
reaksi biologi paling penting yang melibatkan gas/udara yang terdapat dalam
tanah adalah:
(1) respirasi tanaman tingkat tinggi
(2) proses dekomposisi residu organik oleh
mikroorganisme.
Walaupun
berbeda dalam beberapa hal, kedua proses tersebut sama-sama merupakan proses oksidasi komposisi/rangkaian
organik. Reaksi umumnya dapat digambarkan
sebagai berikut:
[C] + O2 à CO2
Komposisi
Organik
Jadi,
setiap proses di atas menggunakan O2 dan menghasilkan CO2.
Masalah aerasi
tanah di lapangan
(1) Kelebihan kelembaban
Kondisi air tanah yang jenuh
dapat menyebabkan mala-petaka terhadap tanaman tertentu hanya dalam waktu
singkat, terutama tanaman yang
sebelumnya sudah tumbuh pada kondisi aerasi yang baik.
Untuk pencegahan, dibutuhkan
pembuangan air yang cepat baik dengan drainase atau dengan aliran permukaan (run-off)
terkendali.
(2) Pertukaran gas
Ketidak-cukupan
pertukaran gas antara tanah dengan atmosfer bebas diatasnya bergantung terutama
pada dua faktor yaitu:
(a) kecepatan reaksi biokimia yang mempengaruhi
gas tanah.
(b) kecepatan aktual gas bergerak
masuk ke- dan keluar dari- tanah.
Makin
cepat penggunakan O2 dan dengan sendirinya pelepasan CO2, makin besar pula pertukaran
pertukaran gas yang dibutuhkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi biologi ini, seperti temperatur,
residu organik, dll, sangat penting dalam menentukan status udara tanah.
Pertukaran
gas a dalam tanah dengan atmosfer difasilitasi oleh faktor yaitu: (a) aliran masa (mass flow) à
perbedaan tekanan , dan (b) difusi.à tekanan parsialnya.
Pengkarakteran
Aerasi Tanah
Status
aerasi tanah dapat dicirikan dalam tiga cara:
(1) kandungan O2 dan gas lainnya dalam
atmosfer tanah,
(2) kecepatan difusi O2 (oxygen diffusion rate, ODR),
(3) potensial oksidasi-reduksi (redox)
(1) Oksigen (O2) Tanah
Jumlah
O2 dalam tanah ditentukan oleh banyaknya pori berisi udara dan
proporsi dari pori tersebut yang terisi O2. Kedua parameter ini saling berhubungan, karena apabila jumlah pori berisi udara
terbatas, maka banyaknya O2 yang sedikit dalam ruang tersebut akan
cepat dikonsumsi oleh akar tanaman, dan mikrobia tanah, serta CO2
dilepaskan.
Dalam
atmosfer di atas tanah mengandung 21% O2, 0.03% CO2 , dan
hampir 79% N2. Sebagai
perbandingan udara tanah mengandung sama atau sedikit lebih tinggi N2,
tetapi mengandung O2 yang selalu lebih rendah dan CO2 yang lebih tinggi. Kandungan O2 sedikit < 20% pada
lapisan permukaan tanah dengan struktur yang mantap dan banyak pori
makronya. Kandungan O2 akan
turun cepat sampai <5% atau bahkan 0% dalam tanah lapisan bawah (subsoil)
yang berdrainase jelek dengan sedikit pori makro.
Terdapat
hubungan yang berbalikan antara kandungan O2 dan CO2
dalam udara tanah, yaitu kandungan O2 berkurang bila kandungan CO2
meningkat.
Kandungan
CO2 dalam udara tanah larut
dalam air tanah membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam ini secara umum berguna, khususnya dalam
hubungannya dengan pH dan kelarutan mineral-mineral tanah.
(2) Kecepatan Difusi Oksigen
Pengukuran
status udara tanah yang terbaik, mungkin dinyatakan dalam kecepatan difusi
oksigen (ODR), yang menyatakan/menentukan kecepatan O2 dapat
diganti/diisi ulang apabila telah terpakai oleh respirasi akar tanaman atau
oleh mikroorganisme tanah, atau diganti oleh air.
ODR
berkurang seiring dengan kedalaman tanah.
Walaupun sampai menggunakan udara atmosfer bebas dengan kandungan
21% O2, ODR pada 97 cm < dari ½ kali ODR pada 11 cm. Apabila konsentrasi O2 yang
digunakan lebih rendah, maka ODR akan berkurang lebih cepat lagi.
Secara
alami beberapa tanaman terpengaruhi oleh ODR yang rendah. Rumput-rumputan cenderung lebih toleran
terhadap ODR rendah daripada kacang-kacangan (legume). Gula bit dan alfalfa membutuhkan ODR lebih
tinggi daripada cengkih ladino (ladino clover).
(3) Potensial Oksidasi-Reduksi (Redox) (Eh)
Jika
suatu tanah memilki aerasi baik, maka tanah didominasi oleh bentuk/keadaan
teroksida Fe-ferik (Fe3+), Mn manganik (Mn4+), nitrat (NO3-),
dan sulfat (SO42-).
Dalam kondisi tanah berdrainase dan beraerasi buruk, maka elemen-elemen
tersebut didapatkan dalam bentuk tereduksi, yaitu: Fe-fero (Fe2+), Mn-mangano (Mn2+),
amonium (NH4+),
dan sulfida (S2-).
Indikasi
status oksidasi-reduksi dari suatu sistem (termasuk dalam tanah) dinyatakan
dengan potensial oksidasi-reduksi (redox
potential) (=Eh), yang memberikan pengukuran
kecenderungan suatu sistem untuk mereduksi atau mengoksidasi senyawa kimia, dan
umumnya dinyatakan dalam volts (v) atau milivolts (mv). Jika nilainya positif dan tinggi, menunjukkan
kondisi oksidasi yang kuat. Sebaliknya
jika nilainya rendah dan bahkan negatif, maka elemen-elemen atau senyawa kimia
akan didapatkan dalam bentuk tereduksi.
Aerasi
tanah mempunyai pengaruh yang nyata terhadap terdapatnya unsur-unsur kimia
khusus dalam tanah dan tentunya juga berkaitan dengan ketersediaan dan
tingkatan keracunan spesies-spesies kimia tersebut.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Aerasi Tanah
Komposisi
udara tanah sangat bergantung pada banyaknya pori udara tersedia,
bersama-sama dengan reaksi bio-kimia, dan pertukaran gas.
Porositas
total tanah ditentukan oleh BD-nya.
Dan itu berhubungan dengan tekstur dan struktur tanahnya, dan bahan
organik tanah.
Konsentrasi
O2 dan CO2 dalam
udara tanah sangat berhubungan dengan aktivitas biologi dalam tanah. Komposisi mikrobial dari residu organik
sangat menentukan porsi utama CO2 yang terbentuk. Pemberian pupuk kandang (manur), residu
tanaman, atau lumpur pembuangan kotoran (sewage sludge) dalam jumlah
banyak, khususnya apabila kelembaban dan temperaturnya optimum, akan merubah
komposisi udara tanah. Pengaruhnya
digambarkan pada Figure 4.5.
Pengaruh Aerasi
Tanah terhadap Aktivitas Biologi
(1) Pengaruhnya terhadap Aktivitas Tanaman
Tanaman
(tingkat tinggi) sangat dipengaruhi oleh aerasi tanah yang buruk dalam 4 cara,
yaitu:
(a) pertumbuhan tanaman, khususnya akar,
terhambat. Lihat Tabel 4.3.
(b) penyerapan (absorpsi) nutrien/hara
berkurang. Lihat Tabel 4.4.
(c) penyerapan air juga terhambat, dan
(d) pembentukan senyawa anorganik yang meracuni tanaman umumnya terjadi pada kondisi aerasi yang buruk.
(2) Pengaruhnya terhadap
Mikroorganisme
Dalam
sebagaian besar tanah. Metabolisme mikrobial sangat berperan pada respirasi,
walaupun ketika tanaman tumbuh dengan cepat/sehat. Karena respirasi membutuhkan O2
dan melepaskan CO2, mikroorganisme tanah sangat dipe-ngaruhi oleh
aerasi tanah.
Bukti
nyata pengaruh aerasi tanah terhadap aktivitas mikrobial adalah perombakan
residu tanaman yang lambat pada daerah rawa (swampy areas).
Aerasi
tanah juga menentukan macam mikroorganisme yang ada dalam tanah. Jika O2 tersedia, terdapat
mikroorga-nisme aerobik yang menggunakan O2 untuk mengoksidasi bahan
organik. Pada kondisi sebaliknya,
mikroorganisme anaerobik menjadi dominan dan akan mengkonsumsi O2
dalam senyawa-senyawa NO3, Fe2O3, dan SO4,
sehingga menimbulkan bentuk tereduksi dari senyawa tersebut.
Secara
umum, kondisi yang menunjang bentuk-bentuk aerobik juga akan menunjang juga
pertumbuhan sebagian besar tanaman.
(3) Pemadatan Tanah dan Aerasi
Semua
efek negatif pemadatan tanah tidak disebabkan oleh aerasi yang buruk. Lapisan-lapisan tanah menjadi begitu padat
sehingga menghambat pertumbuhan akar walaupun jika kandungan O2 nya
mencukupi dan tersedia.
|
5.
20. Temperatur Tanah
Temperatur
tanah sangat mempengaruhi proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang terjadi
dalam tanah. Dalam tanah yang dingin,
kecepatan proses kimia dan biologi lambat.
Dekomposisi biologi mendekati tidak berubah, sehingga menghambat
kecepatan beberapa nutrien seperti N, P, S, dan Ca menjadi tersedia.
Pertumbuhan
terbaik tanaman sangat bervariasi dalam hubungannya dengan temperatur
tanah. Sebagai contoh:
- perkecambahan jagung è 7-10oC
dan optimumnya ≈ 380C, walaupun ini bervariasi pada kondisi
temperatur udara dan kelembaban tanah yang berbeda.
- ubi kentang berkembang baik pada
temperatur tanah 16-210C.
- Oats juga tumbuh baik pada temperatur tanah 210C,
tetapi akar tanaman ini tumbuh lebih baik jika temperatur tanahnya ≈ 150C.
- Pertumbuhan vegetatif apel dan peach yang optimum tercapai pada
temperatur tanah ≈ 180C, sedang untuk citrus ≈ 250C. Pada daerah dingin, hasil beberapa sayuran
dan tanaman buah-buahan meningkat dengan penghangatan tanah (Figure 4.10). Siklus hidup tanaman bunga dan ornamen juga dipengaruhi oleh temperatur
tanah. Umbi bunga Tulip membutuhkan
pendinginan untuk pembentukan kuncup bunga di awal musim dingin, walaupun
perkembangan bungannya terhambat sampai tanah menghangat pada musim semi
berikutnya.
Penyerapan dan
Kehilangan Energi Matahari
Banyaknya
panas yang diserap tanah ditentukan terutama oleh banyaknya radiasi efektif
yang mencapai bumi. Hanya sebagian dari radiasi solar yang mencapai tanah. Sisanya, sebelum mencapai bumi, dikembalikan
kembali ke atmosfer oleh awan, diserap oleh gas-gas atmosfer, atau disebarkan
ke atmosfer.
Pada
daerah arid yang relatif bebas awan, 75% radiasi solar mencapai
bumi/tanah. Sebaliknya, pada daerah
humid hanya 35-45% yang mencapai tanah.
Rata-rata umum ≈ 50%.
Temperatur
tanah pada daerah lereng yang menghadap ke arah tertentu juga bervariasi
berdasarkan waktu/ musim dan lintangnya.
Apakah
suatu tanah dibiarkan terbuka atau
ditutupi dengan vegetasi atau mulsa merupakan faktor lain yang juga menentukan banyaknya radiasi
soalr mencapai tanah. Pengaruh hutan
yang rapat/padat juga dapat diketahui.
Tanah-tanah gundul/terbuka akan menghangat dan mendingin lebih cepat daripada tanah-tanah yang ditutupi vegetasi
atau oleh mulsa tambahan/buatan.
Panas Spesifik
Tanah
Faktor
lain yang mempengaruhi temperatur tanah adalah panas spesifik tanah atau
kapasitas thermalnya dibandingkan dengan
kapasitas thermal air.
Panas
spesifik dinyatakan sebagai perbandingan kuantitas panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur subtansi 10C (dari 150C ke 160C)
dengan panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur yang sama dari
air. Sifat tanah ini sangat penting
dalam mengontrol temperatur tanah.
Penyerap-an sejumlah panas yang diberikan oleh tanah tidak menjamin
kecepatan naiknya temparaturnya. Jika
semuanya sama, suatu tanah dengan panas spesifik tinggi menunjukkan perubahan
temperatur lebih lambat daripada tanah dengan panas spesifik rendah.
Kelembaban
merupakan penyangga tanah dari perubahan temperatur yang cepat. Dalam kondisi lapangan aktual, kandungan
lengas tanah merupakan faktor penentu (daripada faktor lainnya) energi yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur tanah.
Panas Penguapan
Kelembaban
tanah juga merupakan faktor yang penting dalm menentukan jumlah panas yang
digunakan dalam proses evaporasi air tanah.
Penguapan terjadi karena meningkatnya aktivitas molekul air tanah yang
menyerap panas dari sekeli-lingnya. Ini
menghasilkan efek pendinginan, khususnya dipermukaan tanah dimana evaporasi terjadi.
Penguapan 1 g air pada 200C membutuhkan ≈ 40
kalori.
Pergerakan Panas
Dalam Tanah
Radiasi
solar masuk kedalam profil tanah sebagian besar dengancara konduksi. Konduksi panas dipengaruhi oleh beberapa
faktor, tetapi yang terpenting adalah kandungan air dalam lapisan tanah
(kelengasan tanah). Panas lebih mudah
150 kali bergerak melalui tanah ke air daripada tanah ke udara. Jiak kandungan air dalam tanah meningkat,
udara berkurang dan hambatan transfer panas juga berkurang.
Terjadinya
perubahan-perubahan hampir selalu lebih kecil dalam tanah bagian bawah, (subsoil). Di daerah sedang, permukaan tanah cenderung
lebih hangat selama musim panas, dan lebih dingin selama musim dingin daripada
tanah bagian bawah, khususnya horison bawah dari subsoil.
Pengendalian
Temperatur Tanah
Terapat
dua macam praktik manajemen tanah yang mempengaruhi temperatur tanah, yaitu:
(a) yang mempertahankan macam
penutup atau mulsa pada tanah, dan
(b) yang mengurangi kelebihan air
tanah.
Efek dari keduanya memberikan implikasi biologi yang
berarti.
(a) Mulsa dan Pengolahan Tanah.
Temperatur
tanah dipengaruhi oleh penutup tanah dan khususnya oleh residu organik dan
mulsa macam lainnya yang ditempatkan pada permukaan tanah. Efek penggunaan mulsa juga dipelajari
terutama yang dikaitkan dengan praktik pengolahan tanah yang mengikutinya. Praktik pengolahan tanah telah menyebabkan
terakumulasinya hampir semua residu tanaman di dekat permukaan. Pengaruh dari
pengolahan konservasi terhadap temperatur tanah digambarkan pada Figure 4.17.
Pengendalian
Kelengasan Tanah
Tanah
berdrainase buruk mempunyai panas spesifik yang tinggi, oleh karenanya
dibutuhkan sejumlah besar energi radiasi untuk menaikkan temperaturnya di awal
musim semi. Dan, karena kelebihan air
tidak berperkolasi melalui tanah yang berdrainase buruk ini, maka harus dibuang
dengan cara pe-nguapan, suatu proses yang mahal dalam pengertian penggunaan
energi.
Seperti
halnya terhadap udara tanah, pengaruh pengendalian air tanah terhadap
temperatur tanah juga nyata dimana-mana.
Pengaturan air tampaknya merupakan kunci terhadap praktik pengendalian
temperatur tanah dilakukan dilapangan.
|
VII. Bahan
Organik dan Jasad Hidup (Tanah)
Bahan
organik (BO) mempengaruhi sifat fisik (memperbaiki struktur, meningkatkan
porositas, memperbaiki hubungan air dan udara), dan kimia tanah (meningkatkan
KTK. sumber hara N, P [5-60%], S [80%], B, dan Mo), walaupun terdapat dalam
jumlah sedikit.
Umumnya mempengaruhi sedikitnya setengah dari KTK
permukaan tanah, dan bertanggung jawab atas stabilitas agregat tanah melebihi
faktor tunggal lainnya. Disamping itu BO
mensuplai energi dan bahan pembentuk tubuh untuk kebanyakan mikro-organisme.
7. 1. Asal Bahan
OrganikTanah
v
Sumber
utama BO adalah jaringan tanaman. Bagian
atas, akar pohon, perdu, rerumputan, dan tanaman asli/asal menyumbang sejumlah
besar residu organik per tahun à 1/20 – 1/3 bagian tanaman tertinggal dalam tanah.
v
Saat
bagian tanaman tersebut di-dekompos dan dicerna oleh berbagai macam
mikro-organisme,mereka menjadi bagian dari/menyatu dengan horison tanah dibawahnya
melalui infiltrasi atau penyatuan fisik.
Jadi jaringan tanaman tingkat tinggi menjadi sumber utama tidak saja
untuk makan berbagai mikroorganisme, tetapi juga sebagai utama BO yang sangat
penting untuk pembentuk-an tanah.
v
Binatang
dianggap sebagai sumber BO kedua. Saat
mereka menyerang jaringan tanaman, mereka menyumbangkan produk sampingan dan
meninggalkan tubuhnya untuk dikmonsumsi.
v
Hewan-hewan
tertentu seperti cacing tanah, kaki seribu (centipedes), dan semut juga
berperanan penting dalam pemindahan residu tanaman.
Komposisi Residu Tanaman
v
Elemen-elemen
C, H, dan O merupakan yang dominan total jaringan organik dalam tanah, à lebih dari
90% berat kering bahan ini merupakan C,
H, dan O. Tetapi, elemen-elemen lainnya
berperan penting dalam nutrisi tanaman dan memenuhi kebutuhan mikro-organisme.
v
N, S,
P, K, Ca, dan Mg, merupakan hara-hara penting, demikian juga hara mikro yang
dikandung dalam bahan tanaman.
v
Komposisi
yang aktual dalam jaringan tanaman secara umum digambarkan dalam Fig. 8.2.
o
Komposisi
umum:
§ Karbohidrat, tersusun atas C, H, dan O. Kisaran ke-kompleksan-nya dari gula sederhana
s.d selulose.
§ Lemak (the fats) dan minyak (oils), juga
tersusun atas C, H, dan O, merupakan gliserida dari asam-asam lemak seperti
butirat, stearat, dan oleat; yang berasosiasi dengan berbagai macam resin dan
lebih kompleks dari karbohidrat umumnya.
§ Lignins, komponen utamanya: C, H, dan O; terdapat pada
jaringan yang tua seperti cabang, batang, dan jaringan berkayu lainnya. Merupakan susunan yang kompleks, beberapa
memiliki struktur cincin. Tahan
terhadap dekomposisi.
§ Protein mentah (crude protein) merupakan salah
satu dari yang lebih kompleks. Tersusun atas C, H, O, N, dan sejumlah kecil S,
Fe, dan P à sebagai pembawa
elemen-elemen esensial.
Dekomposisi Senyawa Organik
v
Kecepatan
Dekomposisi
o
Kecepatan
dekomposisi senyawa organik sangat beragam.
Berikut urutan senyawa organik mulai dari yang paling cepat terdekompos
ke yang paling lambat terdekompos.
§ Gula, karbohidrat, protein sederhana
§ Protein mentah (crude protein)
§ Hemiselulose
§ Selulose
§ Lignin, lemak, lilin, dsb
v Jika jaringan organik diberikan ke tanahàterjadi tiga reaksi umum, yaitu.
o BO utuh à oksidasi
enzimatik è CO2, H2O,
energi, dan panas;
§ -[C, 4H] + 2O2
------------à CO2 + 2H2O + energi
oksidasi
enzimatik
o Pemecahan senyawa proteinàpelepasan N, P, dan S, dan di-imobilasasi melalui
rangkaian reaksi yang unik untuk setiap elemen;
§ Proteinàamida, asam-asam
amino àterhidrolisaàCO2 dan
senyawa NH4+ + lainnya
§
Senyawa
NH4+ à NO3-
;
o
Perombakan
Organik (organik decay)à oleh aktivitas
mikroorganisme. Proses perombakan
organik berdasarkan waktu ditunjukkan pada ilustrasi Fig. 8.3. Senyawa yang
tahan terhadap aksi mikrobia dibentuk melalui modifikasi senyawa dalam jaringan
tanaman asalnya, atau melalui sintesis mikrobia.
v
Proses
dekomposisi residu tanaman dan BO tanah pada prinsipnya merupakan suatu proses
penghancuran enzimatik. Proses tersebut
semata-mata merupakan proses pencernaan seperti halnya bahan tanaman didalam
perut hewan. Produk dari aktivitas
enzimatik itu secara umum dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
o
energi yang dibebaskan sebagai panas,
o
hasil
akhir sederhana seperti CO2, H2O, dan elemen lain ke
dalam larutan tanah atau atmosfer,
o
humus
v
Bakteri
dan fungi merupakan pendekompos residu organik paling aktif, dibantu oleh actinomycetes,
beberapa algae, cacing tanah, serangga, dan cacing benang, serta
nematoda. Bakteri lebih aktif
dibandingkan fungi dalam mendekompos jaringan tanaman.
v
Bakteri
dan fungi bekerja optimal dalam tanah lembab pada temperatur 35oC,
dan pH tanah mendekati netral.
v
Fungi
toleran terhadap kondisi asam (pH<5.5) dan kekeringan.
7. 2. Energi BO Tanah
v
Mikro-organisme
tidak hanya membutuhkan substansi (bahan) untuk sintesis jaringannya, tapi juga
energi à yang keduanya
diperoleh dari BO tanah.
v
BO
mengandung energi potensial yang sebagian besar siap ditransfer ke dalam bentuk
latent atau dibebaskan sebagai panas.
7. 3. Produk Dekomposisi Sederhana
v Produk sederhana yang umum dihasilkan dari aktivitas mikro-organisme tanah
adalah:
o C à CO2,
CO32-, HCO3-, CH4,
C-elemen
o N à NH4+,
NO2-, NO3-, dan gas N
o S à S, H2S,
SO32-, SO42-, CS2
o P à H2PO4-,
HPO42-
o Lainnya à H2O, O2,
H2, H+, OH-, Ca2+, Mg2+,
dll.
7. 4. Siklus C
v
C
merupakan bahan umum penyusun BO dan terkait dengan semua proses kehidupan yang
esensial.
v
Transformasi
elemen C dalam Siklus C dalam kenyataan-nya merupakan siklus hidup (biocycle)
yang memungkin-kan kelangsungan hidup di bumi.
(lihat Fig. 8.4.).
v
Pelepasan
CO2. à melalui proses fotosintesis.
o
CO2
diassimilasi oleh tumbuhan tingkat tinggi dan di-konversikan menjadi berbagai
macam senyawa organik.
o
Saat
senyawa organik masuk ke tanah sebagai residu tanaman àdicerna (digest) oleh (aktivitas) mikrobia dan CO2
dilepas. Pada kondisi optimum, dihasilkan > 100 kg/ha/hari CO2. Secara umum sekitar 25-30 kg/ha/hari.
o
Sejumlah
kecil CO2 bereaksi dengan tanah menghasilkan H2CO3
dan [Ca, K, Mg, dll]-CO3, [Ca, K, Mg, dll]-HCO3.
v Produk C Lainnya
o Sejumlah kecil C-elemen didapatkan dalam tanah;
o Pada kondisi anaerobic à dihasilkan CH4 (methan) dan CS2
(carbon bisulfid) dalam jumlah sedikit.
Tampak jelas bahwa
siklus-C tidak hanya memasukkan tanah beserta jasad hidup (flora dan fauna-nya)
di dalam-nya, dan tumbuhan tingkat tinggi dalam setiap deskripsinya, tetapi
juga hidup hewan, dan manusia. Kegagalan
dalam berfungsi secara tepat dapat berarti bencana untuk semuanya. Hal tersebut juga merupakan siklus energi à
siklus kehidupan.
7. 5. Bahan Organik Aktif
v
Manfaat
yang diberiukan oleh BO sebenarnya berasal atau pengaruh dari BO-aktif, yaitu
merupakan BO yang sedang mengalami dekomposisi lanjut.
v
Jika
hanya residu humus yang tertinggal (terdekomposi
lambat) à pelepasan hara lambat.
v
BO yang sedikit terdekompos menghasilkan sedikit gums
(polisakarida, tersusun atas rangkain gula yang panjang), yang menyemen mineral
tanah menjadi agregat yang stabil à memperbaiki struktur tanah dan
pertumbuhan tanaman.
v
Kebanyakan tanah dengan pengolahan terus menerus kehilangan
BO ≈ 2%/thn, tetapi pemilihan pertanaman yang tepat seperti rumputan, alfalfa,
dan clovers, dapat menambah BO.
v
Pelepasan
N dari BO tiga kelas tekstur tanah selama musim tanam.
% BO tanah
|
Pelepasan N (lb/acre)
|
||
Sandy Loam
|
Silt Loam
|
Clay Loam
|
|
1
|
50
|
20
|
15
|
2
|
100
|
45
|
40
|
3
|
-
|
68
|
45
|
4
|
-
|
90
|
75
|
5
|
-
|
110
|
90
|
7. 6. Residu
Tanaman % Erosi Tanah, Penggunaan Air, dan Insulasi
v
Penambahan
residu tanaman (dan/mulsa) pada atau di dekat permukaan tanah dapat mengurangi
erosi tanah à Pengelolaan mulsa (= mulch tillage) à sering
diapli-kasikan pada hamparan pasiran dimana angin dan air merupakan penyebab
erosi ekstensif.
v
Mulsa
sebagai insulator, menahan gerakan panas antara atmosfer dan tanah:
o
Pada
musim panas àmenguntungkan perakaran tanaman, tetapi di daerah dingin
melambatkan pemanasan tanah pada musim semi.
o
Di
daerah dingin, residu tanaman di permukaan tanah dikurangi (tapi cukup untuk
mengontrol erosi), me-nyebabkan kecepatan pemanasan pada musim semi, maksimum.
v
Apapun
masalahnya, baik erosi atau temperatur tanah, yang paling serius harus
ditanggulangi lebih dulu, tetapi tidak ada yang diabaikan.
7. 7. Ekses Residu Tanaman
v
Pembakaran
residu tanaman merupakan praktik yang umum, tetapi sebenarnya bukan merupakan
solusi yang diharapkan. Pembakaran
residu tanaman merugikan karena:
o
Mengurangi
BO yang melindungi tanah dari erosi,
o
Abu
yang mengandung nutrisi tanaman potensial dapat hilang karena erosi angin atau
air,
o
Kebanyakan
nutrisi di abu dalam bentuk mudah larut dan mudah tercuci melalui tanah, dan
o
BO
yang dekomposisinya menghasilkan gums untuk menyemen tanah ke dalam
agregat, hilang terbakar.
Pengaruh BO pada Sifat Tanah
v
Efeknya
terhadap warna tanah è coklat – hitam.
v
Pengaruhnya
pada sifat fisik tanah:
o
Meningkatkan
granulasi
o
Mengurangi
plastisitas, kohesi, dll
o
Menigkatkan
kapasitas menahan air
v
Memiliki
KTK yang tinggi:
o
20-30
x lebih besar daripada koloid mineral (berdasar-kan berat),
o
menyumbang
30-90% daya absorpsi tanah mineral.
v
Suplai
dan ketersediaan Hara:
o
Adanya
kation yang mudah diganti,
o
N, P,
S, dan hara mikro diikat/ditahan dalam bentuk organik,
o
Humus
melepaskan elemen dari mineral-mineral.
Rasio C/N
v
C
merupakan komponen BO yang relatif dalam jumlah besar dan proporsi
tertentu. Sedangkan N merupakan hara
yang konsentrasinya sering mengontrol kecepatan dekomposisi BO (karena N
digunakan untuk membentuk protein dalam populasi bakteri dan fungi).
v
Kandungan
N dalam mikro-organisme dan BO dinyatakan dalam proporsinya terhadap kandungan
C, dan disebut nisbah C/N.
v
Kenyataan
bahwa C/N rasio tanah cukup konstan (10:1 - 12:1, tapi kisarannya mulai 8:1 s.d
15:1), memberikan arti penting dalam mengontrol:
o
Ketersediaan
N,
o
Total
BO, dan kecepatan perobakan organik,
o
Pengembangan
model pengelolaan tanah yang me-nyeluruh .
v
C/N BO
tanah penting untuk dua alasan utama yaitu:
o
Kompetisi
antara mikro-organisme terhadap keterse-diaan N akibat penambahan residu dengan
nisbah C/N tinggi ke dalam tanah; dan
o
Karena
rasio ini relatif konstan dalam tanah, pemeliharaan C -dan juga BO tanah-
sangat bergantung pada kandungan N tanah.
v Beberapa contoh nisbah C/N BO.
BO
|
Nisbah C/N
|
Bakteria |
4:1; 5:1
|
Fungi
|
9:1
|
Humus tanah
terolah di daerah hangat
|
11:1
|
Legume mature
(alfalfa atau clover)
|
20:1
|
Sampah hutan
|
30:1
|
Jerami, batang jagung |
90:1
|
Serbuk gergaji
|
250:1
|
v
Banyaknya
mikro-organisme terbatas jika N tersedia tidak mencukupi. Bakteria membutuhkan 1 kg N untuk setiap 4-5
kg C à pengguna N yang
berat.
v
Jika
jerami dengan C/N 90:1 ditambahkan ke dalam tanah dengan N rendah, banyaknya
bakteria akan me-ningkat lambat karena keterbatasan N. Jerami akan terdekompos lambat karena
rendahnya hara makanan untuk mikro-organisme perombak.
v
Proses
perombakan ini dapat dipercepat dengan menambahkan pupuk N untuk mensuplai
kebutuhan mikroorganisme dan kebutuhan tanaman.
v
Pada
kondisi BO dengan C/N tinggi di tambahkan ke dalam tanah à merugikan tanamanàtanaman akan kahat N, karena mikroorganisme menggunaan N dari tanah untuk
menyusun tubuhnya.
v
Akibat
dekomposisi:
o
Bahan
terdekompos cepat à hilang,
o
Bahan
yang terdekompos lambat à tinggal
v
Jika
sebagian bakteri dan fungi mati à tubuhnya memiliki kandungan N tinggi à didekompos oleh
mikro-organisme lain àmenghasilkan CO2 dan N kedalam la-rutan
tanah. N yang dibebaskan ini tersedia
untuk pertumbuhan tanaman.
v
Perubahan
C/N berkorelasi dengan:
o
Curah
hujan
o
Suhu
o
C/N
dalam jasad sendiri.
v
Jika
pupuk hijau (C/N 20/1-30/1) dan pupuk kandang (C/N 90/1) ditambahkan ke dalam
tanah, maka terjadi:
o
Penurunan
C/N tumbuhan dan pupuk kandang,
o Penyesuaian C/N organisme (C/N meningkat),
o Pengambilan N dari dalam tanah (immobilisasi) à N digunakan
mikrobia,
o Terjadi persaingan antara N tanaman dan mikrobia è tanaman layu.
v Sebaliknya, jika nitrifikasi baik à C/N rendah
v Pada saat immobilisasi terjadi sampai humifikasi selesai à NO3
rendah,
v Setelah N tidak di-imobilisasi à NO3 tinggi
è C/N rendah.
VIII.
Pupuk dan Pemupukan
8. 1. Pendahuluan
v
Walaupun
penggunaan kotoran hewan (sebagai pupuk kandang) pada lahan pertanian merupakan
praktik yang sudah umum dilaksanakan, garam-garam mineral sudah digunakan
secara sistematik dan meluas untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, lebih dari
100 tahun.
v
Sekarang
sudah merupakan kebutuhan ekonomik pada hampir semua lahan.
v
Semua
garam anorganik, seperti amonium-nitrat, ataupun senyawa/substansi organik,
seperti lumpur-manure (sewage sludge), yang dibeli dan diaplikasikan
pada lahan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dianggap sebagai pupuk
komersiil.
v
Terdapat
14 elemen nutrisi esensiil, yang diperoleh oleh tanaman dari tanah. Dua diantaranya, Mg dan Ca,diaplikasikan
sebagai kapur. Meski umumnya tidak
dianggap sebagai pupuk, kapur memberikan efek nutrisi yang nyata.
v
Belerang
terdapat pada beberapa pupuk komersiil, dan pengaruhnya dianggap penting,
khususnya di daerah tertentu.
v
Hal
itu menyisakan 3 elemen selain hara mikro, -N, P, dan K. Dan karena ketiganya
sangat umum diaplikasikan dalam pupuk komersiil, mereka sering diacu sebagai elemen-elemen
pupuk.
8. 2. Tiga Grup Pupuk
1. Pupuk Pembawa N
a. Kelompok
Organik-N
v
Termasuk
biji kapas, guano, kotoran ikan, gambut beramonia, dan kotoran ternak, dll.,
v
Kandungan
N rendah,
v
Perlu
biaya tinggi per unit N yang diaplikasikan,
v
mensuplai
< 2% dari total N yang diberikan sebagai pupuk komersiil,
v
beberapa
digunakan sebagai pupuk khusus untuk rumput halaman, kebun bunga, dan tanaman
pot,
v
N
dilepas secara lambat (sedikit demi sedikit) oleh aksi mikrobiologi,
v
Membantu
menyediakan suplai N kontinyu,
b. Kelompok
Anorganik-N
v
Banyak
pembawa anorganik digunakan untuk mensuplai N dalam pupuk campur (mixed
fertilizers),
v Kisaran kandungan N, dari 3% dalam superfosfat beramonia
s.d. 82% dalam Anhydrous ammonia, (lihat Tabel 18.1),
v Proses sintesis pupuk N membutuhkan energi sangat tinggi,
> 80% dari energi yang dibutuhkan untuk memproduksi pupuk.
Amonia
v
Mungkin
merupakan proses sintetik terpenting, yaitu gas amonia dibentuk dari elemen H
dan N.
o
N2
+ 3 H2 à 2 NH3
o
Proses
tsb membutuhkan temperatur dan tekanan tinggi, serta energi yang banyak,
o
H
berasal dari gas alam, dan N berasal dari atmosfer,
o
Reaksi
tsb menghasilkan senyawa (dalam Tabel 18.1) dengan harga unit N paling murah.
v
Amonia
digunakan dalam pembentukan senyawa sintetik lainnya, paling tidak dalam 3
cara:
o
Pertama,
dicairkan dibawah tekanan, menghasilkan anhydrous ammonia, yang sebagian
besar digunakan sebagai bahan untuk penggunaan langsung,
o
Kedua,
gas amonia, dilarutkan dalam air menghasilkan NH4OH, yang sering
digunakan tersendiri (amonia cair), tetapi lebih sering digunakan sebagai
solven pembawa N, seperti Urea, à kini,banyak digunakan,
o
Ketiga,
penggunaan gas amonia dalam pembuatan pupuk N anorganik lainnya.
v
Amonium
Sulfat:
o
N-nya lebih mahal dari bentuk cairnya dan
urea,
o
digunakan
pada tanah yang di kapur, karena pengaruh keasaman dari residunya.
v
Na-
dan NH4-Nitrat:
o
Oksidasi
amonia à asam nitrat, digunakan untuk pembuatan NH4-
dan Na- Nitrat,
o
Biaya
per unit N dari Na- Nitrat cukup mahal, à dianggap sebagai sumber N yang minor.
v
Urea:
o
Dalam
tanah mudah terhidrolisis membentuk (NH4)2CO3:
CO(NH2)2 + H2O à (NH4)2CO3
, yang ideal untuk nitrifikasi. Khususnya jika terdapat banyak basa-basa dapat
ditukar,
o
Produk
akhirnya dalam bentuk ion NH4+ dan NO3-
untuk diserap tanaman,
o
(NH4)2CO3
tidak stabil pada pH > 7, melepas gas amonia ke atmosfer,
o
Konsekuensinya
lebih baik meberikan urea ke dalam tanah daripada memberikannya pada permukaan
tanah, khususnya bila tanahnya alkalin.
v
Amonium-Fosfat:
o
Merupakan
pupuk pembawa N dan P yang paling penting,
o
Dibuat
dari asam fosfat dan amonia (Fig. 18.2.),
v
Pembawa
N-sintetik lainnya:
o
Nitrofosfat,
dibuat dengan pengasaman (acidulating) batuan fosfat dengan nitrat.
v
Pembawa
N Melepas-lambat:
o
Pupuk
N yang ketersediaanya terlalu siap kurang meng-untungkan, karena menjadi tidak
tersedia untuk waktu yang lama,
o
Dibuat
bahan yang memenuhi persyaratan melepas N-lambat:
§
Kompleks
urea-formaldehid (ureaform),
§
Crotonylidene
diurea (CDU),
§
Isobutylidene
urea (IBDU),
§
Mg-NH4-fosfat
juga merupakan sumber N melepas lambat,
§
Kecepatan
melepas N, bergantung terutama pada ukuran partikelnya,
§
Kesulitannya,
adalah biayanya mahal.
§
Lapisan
bahan-bahan lilin, parafin, resin acrylic, dan elemen S merupakan bahan
yang melambatkan kelarutannya dan melindungi dari “serangan” mikrobia, à mekanismenya
dengan melambatkan masuknya kelembaban kedalam granul, dan menahan keluarnya
larutan N.
v
Penghambat
Nitrifikasi,
o
Banyak
dikembangkan bahan-bahan/senyawa yang mampu menahan proses nitrifikasi,
o
Fungsinya
adalah mempertahankan N dalam bentuk NH4 sehingga melambatkan
kemungkinan hilangnya N oleh pencucian dan denitrifikasi,
o
Bahan/senyawa
tsb dicampur dengan pupuk N, atau diaplikasi sebagai pelapis permukaan pada
pelet.
2. Bahan Pupuk Fosfatik
v Sumber utamanya adalah batuan fosfat. Komponen esensiilnya adalah mineral apatit,
Ca3(PO4)2•CaX, dimana X mungkin F, OH, Cl,
dll.,
v Klasifikasi pupuk Fosfat:
o
Larut
dalam air, -Ca(H2PO4)2; NH4H2PO4;
K-fosfat
o
Larut
dalam sitrat, - CaHPO4,
o
Tidak
larut, -batuan fosfat, Ca3(PO4)2•CaX (tak
tersedia).
v
Pupuk
fosforus dicirikan dengan kandungan ketersediaan fosfat yang dinyatakan dalam
%-P2O5 bukan elemen P,
v
Superfosfat:
o
Kualitas
yang biasa mengandung 16-21% P2O5, dibuat dari batuan
fosfat dengan H2SO4 dalam jumlah yang sesuai,
o
Reaksi
yang terjadi dalam proses pembuatannya,
Ca3(PO4)2 + 2H2SO4
à Ca(H2PO4)2
+ 2CaSO4 + bahan
(insoluble) (water soluble) tak murni
o
Juga
sering terbentuk CaHPO4 (asam fosfat larut dalam sitrat), karena
banyaknya asam yang ditambahkan tidak mampu menyelesaikan reaksi,
v
Triple
superfosfat:
o
Mengandung
40-47% P2O5 tersedia (17-21% P). àlebih banyak P dan tanpa gypsum dibandingkan dengan
superfosfat biasa,
o
Dibuat
dari sintesis batuan fosfat berkualitas tinggi de-ngan asam fosfat,
Ca3(PO4)2 + 4H3PO4
à 3 Ca(H2PO4)2 + bahan
tak murni
(insoluble) (water
soluble)
v
Amonium
Fosfat:
- Paling banyak digunakan di USA,
- Diamonium fosfat mengandung s.d. 21% N dan 53% P2O5 (23% P),
- Diamonium fosfat dibuat dengan mereaksikan asam fosfat (dari batuan fosfat) dengan amonia:
Ca3(PO4)2
+ H2SO4 à H3PO4 + 3 CaSO4
H3PO4
+ 2NH3 à (NH4)2HPO4
o
Bahan
lain yang mengandung amonium fosfat adalah ammophos, terutama
monoammonium fosfat (11% N, dan 48% fosfat),
dan superfosfat beramonia (3-4% N dan 16-18% fosfat).
v
Batuan
Fosfat:
o
Harus
digerus halus karena sifat ketidak-larutannya,
o
Ketersediaannya
sangat meningkat dengan adanya Bo yang melapuk,urutan kerterlarutan senyawa
fosfat adalah:
Amonium fosfat dan superfosfat, basic slag, tulang, dan batuan fosfat,
o
Batuan
fosfat yang halus sangat efektif bila ditambahkan pada tanah asam dan tanah
yang kaya BO,
o
Karena
kelarutannya yang rendah, selalu digunakan sebagai sumber pembuatan
senyawa-senyawa lain yang mudah larut.
v
Fosfat
Analisis-tinggi (High-Ananlysis Phosphate):
o
Terdapat
dua pupuk fosfat analisis-tinggi, Ca-metafosfat [Ca(PO3)2]
denga 62-63% P2O5
tersedia, dan asam-superfosfat, denga 76% P2O5
o
[Ca(PO3)2]
sering disebut meta-fos, dibuat dari
batuan fosfat atau batuan kapur dicampur dengan fosforus pentaoksida,
o
biaya
produksinya sangat tinggi, à mungkin tidak dikomersiailkan,
o
Asam-superfosfat,
produk sintetik baru dan merupakan bahan dengan kandungan P2O5
tertinggi. Dibuat dari campuran dari
orthofosfat, pyrofosfat, dan asam poly-fosforic lainnya. Senyawa cair ini digunakan untuk membuat
pupuk campur cair, atau membuat superfosfat analisis-tinggi (54% P2O5)
v
Nitro-fosfat:
o
Merupakan
suatu proses penting dalam pembuatan pupuk yang menggunakan asam nitrat, bukan
asam sulfat atau asam fosfat untuk menambah kelarutan batuan fosfat,
o
Produk
dari proses ini disebut nitrofosfat, rekasinya:
Ca3(PO4)2 + 4 H2NO3
à Ca(H2PO4)2
+ 2 (CaNO3)2
Ca3(PO4)2 + 6 HNO3 à
2 H3PO4 + 3
Ca(NO3)2
o
Ca(NO3)2
selanjutnya dirubah menjadi NH4NO3 dengan interaksi
dengan amonia dan CO2:
Ca(NO3)2 + 2 NH3 CO2
+ H2O à 2 NH4NO3
+ CaCO3
3. Pupuk Kalium
v K diperoleh terutama dengan menambang dibawah hamparan garam,
v Semua garam K yang digunakan sebagai pupuk adalah larut
dalam air, dan karenanya di anggap sebagai pupuk yang siap tersedia,
v Tidak seperti halnya garam-garam N, pupuk K walaupun
digunakan dalam jumlah besar, memberikan sedikit atau tanpa pengaruh pada pH
tanah.
v K-Mg sulfat, walaupun rendah kandungan K-nya, digunakan
untuk daerah-daerah dengan Mg-rendah.
Karena ketersediaan Mg dalam material ini; tampak lebih diharapkan
sebagai sumber Mg daripada salah satu dari batuan kapur (Dolomitik atau
Dolomite).
4. Pupuk
Campur(an)
v
Telah
lama petani menggunakan bahan yang mengan-dung lebih dari dua elemen, dan umumnya
mengandung ketiganya dalam perbandingan jumlah yang diharapkan untuk memenuhi
kebutuhan elemen hara,
v
Larutan
amonia, TSP, K-nitrat, dan pupuk organik mungkin diberikan jika pemupukan
lengkap diharapkan.
5. Pengaruh
Pemupukan Campur pada pH Tanah
v
Pupuk
pembentuk asam:
- Pupuk yang lengkap cenderung membentuk residu asam dalam tanah. Ini karena efek dari bahan pembawa N yang mensuplai amonia, atau membentuk amonia saat diberikan ke tanah à nitrifikasi.
- Oksidasi senyawa amonium meningkatkan keasaman:
NH4+
+2 O2 à 2 H+ +
NO3- + H2O
- Urea yang terhidrolisis juga akan melepaskan amonium, yang potensial sebagai sumber keasaman,
- Pupuk P dan K memiliki sedikit pengaruh pada keasaman tanah kecuali jika mengandung N,
- Perlu diketahui bahwa beberapa bahan mengandung elemen ditambahkan untuk meningkatkan keasaman tanah, misalnya S dalam Fe- atau Al- SO4.
v
Pupuk
bukan pembentuk asam:
- Penambahan batuan kapur dolomit dalam pupuk N pembentuk asam, sebagai campuran.
Tetapi, secara ekonomi lebih disukai untuk menggunakan
pupuk pembentuk keasaman terpisah de-ngan penggunaan kapur dalam jumlah banyak.
6. Metod
Pengaplikasian Pupuk Padat
v
Disebar
secara random à padang/taman rumput
v
Dibenam
dengan kedalaman dan jarak tertentu:
- diantara baris tanaman, atau di antara gulutan/bukit tanah,
- di sekitar individu tanaman.
o
7. Aplikasi Pupuk
Cair
v
Aplikasi
langsung ke tanah, menggunakan alat tertentu,
v
Aplikasi
dalam air irigasi,
v
Disemprotkan
melalui daun.
8. Faktor-faktor
yang mempengaruhi macam dan jumlah aplikasi pupuk
v
Macam
tanamannya:
- Nilai ekonominya
- Penghilangan hara
- Kemampuan penyerapan
v
Kondisi
kimia tanah berkaitan dengan:
- Total kandungan hara
- Kandungan hara tersedia
v
Status
fisik tanah berkaitan dengan:ßefek tak langsung
o
Kandungan
lengas tanah
o
Penghawaan
(aerasi)
B.3 Pengelolaan Pupuk & Upaya Meningkatkan Efisiensinya
1. Konsep Pemupukan Berimbang
v
Pelandaian
produktivitas dapat disebakan oleh kemundur-an kesehatan tanah baik
fisik, kimia, maupun biologi akibat pengelolaan yang kurang tepat.
v
Penggenangan
lahan terus-menerus (penanaman padi intensif) menyebabkan beberapa unsur hara
kurang tersedia (K, S, Cu, dan Zn), menimbulkan gejala kekahatan hara dan
gangguan fisiologi, tanaman rentan hama/penyakit dan efisiensi pupuk menurun.
v
Upaya
untuk mengatasi gejala tsb adalah dengan perbaik-an kesehatan tanah melalui
perbaikan pengelolaan dan tata air diantaranya rotasi tanaman dengan palawija.
v
Rotasi
tanaman bertujuan untuk memberi aerasi tanah, membuang sulfida-sulfida, besi
dan mangan berlebihan, serta asam-asam organik yang bersifat meracun bagi
tanaman.
v
Konsep
pemupukan berimbang seharusnya diartikan sebagai pemberian pupuk/hara sesuai
kebutuhan tanaman baik jumlah maupun jenisnya, pada waktu dan
cara yang tepat, yang didasarkan pada sifat tanah, status hara
tanah dan kemampuan tanah menyediakan hara, serta cara pengelolaan yang
tepat yang memungkinkan serapan hara secara optimal tanpa merusak sumber
daya tanah.
2. Pengelolaan Hara Terpadu
v
Tanah
merupakan system hidup yang mampu mengolah pupuk anorganik yang diberikan menjadi
bentuk tersedia atau tidak tersedia bagi tanaman,
v
Kunci
proses tsb adalah BO tanah yang berperanan sebagai penyangga biologi, kimia,
dan fisika tanah yang mampu menyediakan hara untuk tanaman dalam jumlah
berimbang,
v
BO
memegang peranan penting dalam mempertahankan produktivitas tanah secara
berkelanjutan.
v
è Pengelolaan hara
terpadu terdiri dari pupuk anorganik dan pupuk organik apapun sumbernya
disertai dengan pengelolaan tanah dan tata air (missal: pengolahan dalam,
drainase, rotasi tanaman) pada suatu lahan, merupakan kunci utama untuk
menghilangkan pelandaian produktivitas dan mencapai produksitinggi
berkelanjutan.
v
Pupuk
anorganik diberikan dengan jenis, takaran, cara, dan waktu yang tepat, sesuai
kebutuhan tanaman berdasarkan uji tanah (dan tanaman).
(Fertilzer Annex)
IX. PENCEMARAN TANAH
9. 1. Pendahuluan
Secara ringkas pencemaran tanah dapat dicirikan sebagai
tidak berfungsinya tanah sebagai komponen lingkungan yang disebabkan oleh
masuknya senyawa-senyawa asing yang dihasilkan karena aktivitas manusia. Pencemaran dapat terjadi misalnya dari
pembuangan limbah rumah tangga, limbah industri, penggunaan bahan pupuk buatan
dan pestisida secara berlebihan.
Untuk menjaga ekosistem tanah sebagai akibat pencemaran,
perlu diketahui suatu pengertian umum mengenai senyawa pencemar, perangainya
dalam tanah, cara-cara mengendalikannya, cara menghancurkan atau menghilangkan
sifat keaktivannya, dan sebagainya.
9. 2. Bahan-Bahan
Pencemar
Terjadinya
pencemaran yang banyak terdapat di sekitar kita dan sangat mempengaruhi ekologi
tanah, berdasarkan jenis bahan pencemarnya, dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Bahan pestisida yang sebagian besar dipakai dalam usaha
pertanian dan semuanya mencapai tanah;
2. Bahan pencemar anorganik seperti Hg, Cd, dan Pb yang ditemukan
dalam tingkat beracun dalam rantai bahan pangan;
3. Bahan pencemar organik, seperti yang dihasilkan dari
kandang ternak dan industri makanan;
4. Bahan pencemar garam;
5. Bahan pencemar radionuklida.
1. Bahan Pestisida
Penggunaan
pestisida telah lama dikenal, misalnya orang-orang Yunani pada tahun ±400 SM
telah me nggunakan serbuk belerang untuk mengendalikan suatu penyakit
tanaman. Penggunaan bubur Bordeaux
(campuran kapur dan CuSO4), larutan senyawa arsenik, dan sebagainya
telah digunakan hampir satu abad yang lalu.
Dengan
majunya teknologi kimia, pada tahun 1939 diketemukan DDT sebagai pemberantas
serangga (insektisida) dan tahun 1942 diketemukan 2,4 D yang mematikan gulma
dan penemuan ini merupakan awal dari revolusi kimia di bidang pertanian dan
semenjak itu telah dibuat bahan pestisida secara besar-besaran di negara-negara
maju. Pada tahun 1970 lebih dari 500
juta kg pestisida digunakan di Amerika dan kurang lebih 50% digunakan dalam
bidang pertanian. Telah dibuat sekitar
900 macam senyawa kimia sebagai bahan pokok untuk pembuatan pestisida dan dari
bahan pokok tersebut telah dibuat 60.000 macam ramuan untuk mengendalikan hama.
9. 3. Keuntungan Bahan Pestisida
1. Tertolongnya berjuta-juta manusia dari demam kuning,
malaria, dan penyakit lain yang disebabkan oleh insektisida.
2. Terlindungnya tanaman dan ternak dari gangguan berbagai
macam hama.
3. Pengendalian gulma secara kimia, merupakan cara
pemberantasan gulma yang biasanya dilakukan secara mekanis dengan tenaga
manusia.
4. Melindungi bahan pangan selama perjalanan dari tempat
dihasilkan melalui proses penyiapan. Pemasaran, sampai akhirnya di meja makan.
9. 4. Problem dan Bahaya Pemakaian Pestisida
Ada 4 problem utama:
1. Pemakaian pestisida yang terus menerus menyebabkan
beberapa organisme hama, terutama serangga mempunyai kemampuan menjadi kebal
terhadap bahan kimia.
2. Beberapa pestisida tidak segera dapat dihancurkan secara
biologik, dan cenderung untuk tetap aktif dalam waktu yang lama. Hal demikian bila ditinjau dari segi
pemberantasan hama bersifat menguntungkan, tapi di sisi lain bersifat merugikan
karena kemungkinan akan turut bergerak dengan rantai lingkungan.
3. Kemungkinan terjadinya efek merusak/mematikan terhadap
organisme yang bukan tujuannya.
4. Kemungkinan terjadinya penimbunan dalam tubuh organisme
dan dengan jalan ini akan membahayakan rantai makanan.
9. 5. Macam Pestisida
Pestisida pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan
kelompok pengganggu yang dituju, yaitu:
1. Insektisida: untuk membunuh serangga;
2. Fungisida: untuk membunuh fungi;
3. Herbisida: untuk membunuh herba;
4. Rodentisida: untuk membunuh tikus;
5. Nematosida: untuk membunuh cacaing.
Yang banyak dipakai dalam pertanian adalah pestisida no.1
s/d 3 dan oleh karena itu sering mencemari tanah.
9. 6. Perangai Pestisida dalam Tanah
Setelah pestisida masuk ke dalam tanah, ada 5 kemungkinan
yang terjadi pada pestisida tersebut, yaitu:
1. Bahan itu dapat hilang dan menguap ke atmosfer, tanpa
mengalami perubahan kimia, contoh: DDT, dieldrin, aldrin, diazinon, paration,
dsb.
2. Bahan itu dapat diserap oleh tanah, umumnya merupakan
senyawa yang mempunyai gugusan: -OH, NH2, NHR, COONH2,
-COOHR, dan R3N+.
3. Bahan itu dapat bergerak ke bawah melalui tanah, dalam
bentuk cairan atau larutan dan hilang bersama air cucian.
4. Bahan itu dapat bereaksi secara kimia di dalam atau pada
permukaan partikel tanah.
5. Bahan itu dapat dihancurkan oleh mikrobia tertentu.
9. 7. Pengaruh Pestisida terhadap Jasad Tanah
Walaupun tujuan pestisida adalah untuk membunuh suatu
organisme tanah tertentu tapi kenyataanya pestisida tersebut akan membunuh organisme-organisme
tanah lainnya. Hal demikian menyebabkan
terjadinya kegoncangan keseimbangan ekologi dalam tanah. Dari mikrobia tanah, berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan oleh para ahli, tampaknya nematoda, bakteri dan fungi yang
paling banyak terkena.
9. 8. Pencemaran
oleh Senyawa Anorganik
Akhir-akhir ini perhatian
banyak ditujukan kepada pencemaran yang disebabkan oleh senyawa-senyawa
anorganik, yaitu senyawa-senyawa yang mengandung Hg, Cd, Pb, As, Ni, Cu, Zn,
Mn, F, dan B. Bahan-bahan tersebut
sangat beracun bagi manusia dan binatang.
Cd dan As: sangat beracun;
Hg, Pb, Ni, F: tingkat keracunannya sedang;
B, Cu, Mn, dan Zn: tingkat keracunannya rendah.
9. 9. Menghindari dan Menghilangkan Pencemaran Senyawa Anorganik
Ada dua cara:
1. Menghilangkan atau secara drastis menurunkan penambahan
bahan beracun ke dalam tanah (misalkan dengan dibuatnya peraturan-peraturan)
2. Mengelola tanah dan tanaman sedemikian rupa hingga
peredaran bahan-bahan beracun untuk selanjutnya dapat dihindarkan (misalnya menurunkan
sifat mobil unsure-unsur beracun dengan pemberian kapur atau tanah dikeringkan
hingga terbentuk oksida-oksidanya).
Kegunaan beberapa Unsur dan Sumber Pencemarnya
Bahan
|
Kegunaan utama:
|
Sumber Pencemar |
As |
Obat-obatan, pestisida, cat
|
Pestisida
|
B
|
Detergen, gelas, pupuk, bahan additif pada bensin
|
Pembakaran bensin, air irigasi
|
Cd
|
Campuran logam
|
Kotoran pupuk
|
Cu
|
Kawat listrik, uang logam, pipa, campuran logam
|
Buangan pabrik, bahan-bahan fungisida
|
F
|
Bahan sprayer, pupuk, pestisida
|
Pupuk, pestisida, pencemar udara
|
Pb |
Additif pada bensin, baterai akkumulator
|
Pembakaran bensin bertimah, pestisida
|
Mn
|
Ferromangan, batu baterai, pupuk
|
Bocoran tambang, pembuangan baterai
|
Hg
|
Bahan untuk penutup lubang gigi, obat-obatan, lampu
fluorescence
|
Fungisida, penguapan Hg
|
Ni
|
Baja tak berkarat, campuran logam, additif pada bensin
|
Pupuk, pembakaran bensin
|
Zn
|
Campuran logam, logam kuningan, cat, kosmetik
|
Buangan industri, pupuk, pestisida
|
Sumber Bahan Pencemar Anorganik
Pembakaran batu bara dan bensin beradditif à pencemaran Pb
Penggunaan detergen dan pupuk à pencemaran B
Pupuk superfosfatà pencemaran Cd, Cu, Mn, Ni, dan Zn
Penggunaan bahan-bahan insektisida untuk kapas, tembakau,
buah-buahan à pencemaran As
Siklus Logam Berat
9. 10. Perangai
Bahan Pencemar Anorganik
Zn, Cu, Mn, dan Ni
Reaksi unsur-unsur tersebut dipengaruhih oleh pH, kadar
bahan organic, dan redoks tanah. Pada pH
6,5 atau lebih cenderung lambat tersedia bagi tanaman terutama bila dalam
bentuk bervalensi tinggi.
Cd
Sifat racun unsure Cd baru diketahui beberapa tahun yang
lalu.
Perangai unsure Cd dalam tanah dan dalam bahan makanan
belum banyak diketahui.
Hg
Hg yang mudah tersedia adalah yang bervalensi dua, yaitu
Hg++. Mula-mula Hg dalam
bentuk anorganik yamg sukar larut dan tak tersedia bagi organisme, kemudian
berubah menjadi bentuk organic yang mudah diasimilasikan. Hg++ oleh mikrobia diubah menjadi
ion methyl merkuri yang kemudian berubah menjadi dimethyl merkuri.
Hg++ CH3Hg+ dapat
berlangsung dalam suasana aerobik
CH3Hg+ à CH3HgCH3, maupun anaerobic.
Methyl air raksa dapat tertimbun dalam tubuh ikan melalui
makanan ikan dan dapat mencapai tingkat racun bagi manusia.
Pb
Pada saat ini ada kekhawatiran makin meningkatnya Pb di
udara yang dihasilkan dari pembakaran bensin.
Pb dalam tanah sebagian besar tidak tersedia bagi
tanaman, dan bila ada pencemaran Pb pada tanaman pangan biasanya berasal dari
atmosfer.
Senyawa Pb sebagian besar sukar larut dalam air,
terutama bila tanah tidak terlalu masam.
Diketemukannya Pb pada lapisan permukaan tanah,
menunjukkan suatu bukti tidak adanya pergerakan ke bawah.
Ketersediaan Pb dalam tanah dapat dikurangi dengan
pengapuran.
As
Pemberian pestisida As yang cukup berat selama
bertahun-tahun telah menyebabkan terjadinya penimbunan dan bersifat racun. As
bersifat seperti P, dan dikenal senyawa oksidanya yaitu arsenat AsO43-. Oleh karena itu sebagian besar arsenat yang
ditambahkan ke dalam tanah, relatif tidak tersedia bagi tanaman. Pada suasana sedikit masam arsenat diikat
oleh Al dan oksidasi hidrous besi.
Al+++ + H2AsO4 à 2H+ +
Al(OH)2H2AsO4
Fe(OH)3 + H2AsO4
à Fe(OH)2H2AsO4 + OH-
Pemakaian pestisida As yang terus menerus dalam jangka
panjang dapat menimbulkan keracunan pada beberapa tanaman yang peka seperti
kentang, jagung manis, kacang-kacangan, dsb.
Keracunan As dapat ditekan dengan menambah garam-garam
Zn, Fe dan Al-sulfat ke dalam tanah. Hal
ini mungkin karena terbentuknya senyawa arsenat dari Zn, Fe, dan Al yang sukar
larut.
Boron (B)
Pencemaran boron dalam tanah dapat terjadi karena air
irigasi kaya unsure boron atau karena pemberian pupuk yang berlebihan. Boron agak kurang larut dalam tanah dan sifat
racunnya dapat tercuci pada tanah berpasir dan bersifat masam. Keracunan boron bersifat setempat.
Fluor (F)
Keracunan fluor bersifat setempat. Senyawa fluorida banyak dibentuk dari hasil
iindustri. Fluorida yang terbentuk dalam
tanah sangat tidak larut, dan kelarutannya menurun bila tanah mengandung cukup
kapur.
9. 11. Pencemaran
oleh Senyawa Organik
Menurut sumbernya pencemaran senyawa organik dapat
terjadi karena:
1. Penimbunan sampah organik dari rumah tangga, pasar,
industri makanan, pengolahan bahan pangan dan serat.
2. Sampah ternak, berupa kotoran ternak dan urine.
Dari tempat pemeliharaan ternak, dengan adanya air hujan,
akan terangkut bahan organik yang dapat dihancurkan dan nitrat dalam jumlah
yang banyak. Pada musim kemarau biasanya
terjadi pencemaran udara yang disebabkan oleh pembentukan ammonia (NH3)
dan gas-gas lainnya.
9. 12. Keuntungan
dan Kerugian Sampah Organik
Keuntungan:
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah;
2. Meningkatkan produksi tanaman;
3. Meningkatkan produktivitas tanah;
4. Melindungi tanah terhadap bahaya erosi.
Kerugian:
1. Karena kandungan haranya sangat rendah, bila sampah
organik akan digunakan sebagai pupuk akan dibutuhkan dalam volume yang besar;
2. Comberan kotoran ternak mempunyai kadar logam berat dan
senyawa racun anorganik yang cukup besar.
Mempertahankan pH tinggi merupakan syarat agar kemungkinan keracunan
logam berat dapat dikurangi.
9. 13. Pembuangan
Sampah Organik
Sampah kota dan rumah tangga sebagian besar terdiri dari
bahan organik berupa sisa-sisa sayuran, buah-buahan, daun-daunan, kertas dan
bahan-bahan yang sukar dihancurkan berupa plastik, gelas, logam, dsb.
Pembuangan sampah di Indonesia pada umumnya berupa
penimbunan sampah secara terbuka pada lubang-lubang bekas galian.
Bahan organik berupa sisa sayuran, buah-buahan dan
daun-daunan dapat mudah mengalami pelapukan dengan dibentuknya berbagai senyawa
organik sederhana dan senyawa-senyawa anorganik yang sebagian besar mudah larut
dalam air, hingga mudah mengalami pencucian.
Pencucian dan aliran permukaan dari daerah penimbunan sampah dapat
mencemari air tanah. Bahan pencemarnya
dapat berupa larutan senyawa-senyawa organik dan anorganik, dan senyawa-senyawa
logam berat yang tadinya terdapat sebagai senyawa organik dari sampah.
Pembuangan sampah secara terbuka mempunyai keuntungan dan
kerugian.
Keuntungan:
1. Pada tempat pembuangan sampah akan berkembang berbagai
macam mikro organisme penghancur sampah.
2. Senyawa-senyawa anorganik yang dibentuk dari perombakan
sampah dapat bereaksi dengan beberapa jenis mineral tanah atau akan diserap
oleh koloid tanah.
Kerugian:
1. Sampah organik dalam jumlah besar dapat menyebabkan
terjadinya keracunan logam berat dan nitrat pada air tanah;
2. Sampah organik kaya nitrogen bila melapuk menghasilkan
senyawa nitrat yang cukup banyak yang dapat mencemari air tanah.
X. Konservasi
Tanah dan Air
10. 1. Pendahuluan
Konservasi tanah
adalah usaha-usaha untuk menjga agar tanah tetap produktif, atau memperbaiki
tanah yang rusak karena erosi dan/atau mengalami degradasi kesuburannya, agar
menjadi lebih produktif.
Konservasi air
adalah usaha-usaha agar air dapat lebih banyak disimpan di dalam tanah sehingga
dapat digunakan seoptimal mungkin dan mengurangi terjadi-nya banjir dan erosi.
10. 2. Erosi
Erosi merupakan
suatu proses di mana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan oleh
kekuatan air, angin, atau gravitasi. Di
Indonesia erosi yang terpenting adalah yang disebabkan oleh air.
Erosi Geologi dan Erosi dipercepat
Erosi Geologi, adalah erosi yang berjalan sangat lambat, dimana jumlah tanah yang
tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi macam ini tidak membahayakan karena terdapat
keseimbangan antara tanah yang hilang tererosi dan tanah baru yang terbentuk.
Erosi dipercepat, (accelerated erosion), adalah erosi yang
berjalan relatif cepat, dimana jumlah tanah yang tererosi jauh lebih besar
daripada tanah baru yang terbentuk, akibatnya tanah atas (top-soil)
menjadi hilang. Terjadinya erosi ini
sebagai akibat kegiatan manusia yang telah banyak melakukan perubahan terhadap
lingkungan di atas tanah, misalnya penggundulan hutan.
10. 3. Jenis erosi
oleh air
1. Erosi Percikan (splash erosion)
Erosi percikan adalah erosi yang terjadi dalam bentuk
percikan butir-butir tanah ke tempat-tempat lain yang lebih rendah sebagai
akibat adanya pukulan tetesan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah.
2. Erosi lembar (sheet erosion)
Erosi lembar adalah erosi yang terjadi secara merata di
semua tempat, hingga sepintas lalu erosi ini tak tampak, karena kehilangan
lapisan-lapisan tanah seragam. Erosi
macam ini dapat berbahaya, karena baru disadari setelah seluruh top soil
tererosi.
3. Erosi Alur (rill erosion)
Erosi alur adalah erosi yang terjadi karena adanya
genangan-genangan setempat di suatu lereng, yang kemudian air dalam genangan
tersebut mengalir hingga terbentuk alur-alur bekas aliran air. Alur-alur tersebut dapat dihilangkan dengan
pengolahan tanah biasa.
4. Erosi gully (gully erosion)
Erosi ini merupakan lanjutan erosi alur, dimana alur-alur
tersebut terus menerus dikikis oleh aliran air, hingga menjadi lebih dalam dan
lebih lebar seperti selokan dengan aliran air yang lebih kuat.
5. Erosi Parit (channel erosion)
Erosi parit terjadi karena adanya pengikisan pada dinding
atau dasar parit oleh aliran air dalam parit, hingga dapat terjadi tebing di
atas runtuh ke dasar parit atau makin dalamnya dasar parit.
6. Longsor
Longsor adalah bergesernya suatu massa tanah yang besar
dari suatu tempat ke tempat yang lebih rendah, karena adanya lapisan yang licin
dan kedap air di bawah massa tanah yang bergeser tersebut. Longsor termasuk juga peristiwa erosi karena disini juga terjadi perpindahan
sejumlah massa tanah.
10. 4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Erosi
Beberapa
faktor penting yang mempengaruhi besarnya erosi oleh air adalah:
1. curah hujan,
2. sifat kepekaan tanah terhadap erosi,
3. kemiringan dan panjangnya lereng,
4. vegetasi,
5. tindakan manusia.
1. Curah Hujan
Sifat hujan yang perlu diperhatikan adalah:
a. Intensitas hujan, menunjukkan banyaknya
curah hujan per satuan waktu. Umumnya
dinyatakan dalam satuan mm/jam atau cm/jam.
b. Jumlah hujan, menunjukkan banyaknya air
hujan selama terjadi hujan, dapat dihitung selama satu bulan atau satu tahun,
dsb.
c. Distribusi hujan, menunjukkan
penyebaran waktu terjadi hujan.
Dari sifat-sifat
tersebut, yang terpenting dalam mempengaruhi besarnya erosi adalah intensitas
hujan. Jumlah hujan rata-rata
tahunan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi yang berat apabila hujan
terjadi merata, sedikit demi sedikit sepanjang tahun. Sebaliknya, curah hujan rata-rata tahunan
yang rendah mungkin dapat menyebabkan erosi berat bila hujan terseut jatuh sangat
deras meskipun hanya sebentar.
2. Kepekaan
Tanah terhadap Erosi
Kepekaan
tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Tekstur
tanah
Tekstur tanahyang paling peka terhadap erosi adalah debu
dan pasir sangat halus. Tekstur kasar
seperti pasir dan tekstur halus seperti lempung, tahan terhadap erosi.
b. Bentuk dan
Kemantapan Struktur Tanah
Tanah yang mempunyai struktur membulat (granuler, gumpal
membulat), tidak mudah tererosi, karena mempunyai porositas yang tinggi,
sehingga air mudah meresap dan aliran permukaan kecil. Demikian pula tanah dengan struktur mantap,
tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, hingga tahan terhadap erosi.
c. Daya
Inflitrasi atau Permeabilitas Tanah
Tanah mempunyai daya inflitrasi yang besar air akan mudah
meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil, dan akibatnya erosi
yang terjadi juga kecil.
d. Kandungan
Bahan Organik
Tanah-tanah yang cukup mengandung bahan organik umumnya menyebabkan struktur
tanah menjadi mantap sehingga tahan terhadap erosi. Tanah dengan bahan organik yang rendah
(kurang dari 2%), umumnya peka terhadap erosi.
3. Kemiringan
dan Panjang Lereng
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin panjang dan
semakin curam. Lereng yang semakin
panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi semakin besar dan
deras. Lereng yang semakin curam,
kecepatan aliran permukaan semakin meningkat, sehingga kekuatan mengangkut
meningkat pula.
4. Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah:
a. Menghalangi air hujan agar tidak jatuh
langsung di permukaan tanah, sehingga kekuatan untuk menghancurkan tanah sangat
dikurangi. Makin rapat vegetasi yang
ada, makin efektif mencegah terjadinya erosi.
b. Menghambat
aliran permukaan dan memperbanyak air inflitrasi.
c. Penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh
transpirasi (penguapan air) melalui vegetasi.
5. Manusia
Kepekaan tanah
terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih
buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah
yang berlereng curam merupakan pengaruh baik, karena dapat mengurangi
erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di
daerah-daerah pegunungan merupakan pengaruh manusia yang jelek karena dapat
menyebabkan erosi dan banjir.
Pendugaan Erosi
Besarnya erosi
tanah secara kuantitatif dapat dihitung menggunakan suatu rumus yang disebut Universal
Soil Loss Equation (USLE) atau Persamaan Umum Hilangnya Tanah. Persamaan ini dikemukakan oleh Wischmeier
dan Smith (1962) dan digunakan untuk menduga besarnya erosi tanah-tanah di
Amerika. Rumus tersebut kemudian
digunakan juga oleh beberapa negara termasuk Indonesia.
Rumus USLE adalah sbb:
A =
R x K
x L x
S x C
x P
A = jumlah
tanah yang hilang (tererosi) setiap tahun dinyatakan dalam ton/ha/tahun.
R = indeks
daya erosi curah hujan.
K = indeks
kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah).
L = panjang
lereng dinyatakan dalam meter.
S = kemiringan
lereng dinyatakan dalam persen (%).
C = faktor
tanaman (vegetasi).
P = faktor usaha-usaha manusia dalam pencegahan
erosi.
Indeks Daya Erosi Curah Hujan (R)
Indeks Daya Erosi
Curah Hujan (erosivitas hujan) dapat dihitung dari rata-rata daya erosi curah
hujan, yang diperoleh dari pengamatan intensitas hujan (I) dan intensitas hujan
selama 30 menit (I30), dengan menggunakan penakar hujan otomatik
(ombrometer), dimana banyaknya dan penambahan hujan setiap saat dicatat secara
otomatik dalam kertas plas (ombrograf).
Indeks Kepekaan Tanah terhadap Erosi (K)
Indeks kepekaan
tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah (K) merupakan jumlah tanah yang
hilang rata-rata setiap tahun per satuan indeks daya erosi curah hujan ada
sebidang tanah tanpa tanaman (gundul), tanpa usaha pencegahan erosi, kemiringan
lereng 9% dan panjang 22 meter.
Faktor Lereng (LS)
Faktor LS merupakan
rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak dengan panjang dan kecuraman
lereng tertentu pada petak baku, yaitu tanah gundul, panjang lereng 22 meter,
kecuraman (kemiringan) 9%, tanpa ada usaha pencegahan erosi.
Faktor Tanaman (C)
Merupakan rasio
dari tanah yang hilang pada tanaman tertentu dengan tanah gundul. Pada tanah gundul dan petak baku, nilai C
ditetapkan = 1.
Usaha-usaha Pencegahan Erosi
Merupakan rasio
antara tanah yang hilang pada tanah dengan dilakukan usaha konservasi dan tanah
yang hilang bila tanpa dilakukan usaha konservasi.
10. 5.
Kerusakan-kerusakan Akibat Erosi
Akibat dari erosi
dapat terjadi kerusakan-kerusakan yang terjadi di tempat terjadinya erosi dan
di tempat penerima erosi.
1. Kerusakan di
tempat terjadinya erosi, antara lain:
a. penurunan produktivitas tanah.
b. hilangnya unsur hara yang
diperlukan tanaman.
c. menurunnya kualitas tanaman.
d. laju inflitrasi menurun.
e. menurunnya kemampuan tanah
menahan air.
Dari kerusakan tersebut terjadilah tanah kritis. Tanah kritis adalah tanah yang mengalami
kerusakan dan kehilangan fungsi hidro-orologis dan fungsi ekonomi.
2. Kerusakan di
tempat penerima hasil erosi, antara lain:
a. terjadinya
polusi sediment, yaitu pengendapan bahan-bahan tanah.
b. terjadinya polusi kimia dari pupuk, yaitu
penimbunan senyawa unsur-unsur hara dari hara pupuk.
c. terjadinya
polusi kimia dari bahan-bahan insektisida.
10. 6. Metode
Konservasi Tanah
Pada dasarnya ada tiga metode konservasi tanah, yaitu:
I. Metode
vegetatif
II. Metode
mekanik
III. Metode
kimia
I. Metode vegetatif
Tujuan metode ini
adalah melindungi permukaan tanah terhadap pukulan tetesan air hujan,
memperkecil run-off dan meningkatkan daya inflitrasi tanah.
Metode vegetatif yang banyak dilakukan, antara lain:
1. Penamaman strip
Beberapa tanaman pokok ditanam dalam strip yang
berselang-seling dengan tanaman penutup tanah yang disusun memotong lereng.
2. Pergiliran
tanaman (rotation)
Penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan
waktu tertentu.
3. Tanaman penutup
tanah (cover crop).
4. Pemberian mulsa
(seresah) à mulching
Pemberian mulsa (mulching)
dilakukan dengan tujuan menutupi tanah menggunakan sisa-sisa tanaman,
seperti daun, ranting, dsb.
II.
Metode mekanik
Tujuan dari metode
ini adalah mencegah terjadinya erosi dengan tindakan atau membuat suatu
konstruksi (bangunan) dengan tujuan:
a. memperlambat
aliran permukaan (run-off).
b. menampung dan menyalurkan aliran permukaan
agar tidak mempunyai kekuatan yang merusak.
Beberapa metode mekanik, antara lain:
1. Pengolahan
tanah.
2. Pengolahan
tanah menurut kontur.
3. Pembuatan
galengan/saluran menurut kontur.
4. Pembuatan
teras.
1. Pengolahan
tanah
Pengolahan tanah
dilakukan secara terbatas, dengan tujuan agar tanah menjadi gembur, tapi tidak
dibentuk tapak bajak. Dengan cara
demikian, bila turun hujan air akan mudah meresap ke bawah (inflitrasi
meningkat) dan aliran permukaan menjadi kecil.
2. Pengolahan
tanah menurut kontur
Cara ini dilakukan
pada tanah-tanah miring (berlereng).
Pembajakan dilakukan memotong lereng (menurut kontur). Manfaat metode ini adalah terhambatnya aliran
permukaan, hingga erosi dapat diperkecil.
3. Pembuatan
galengan dan saluran menurut kontur
Gunanya:
a. menghambat aliran permukaan.
b. dengan saluran menurut kontur kecepatan aliran
diperkecil.
4. Pembuatan
teras
Gunanya:
a. memperpendek
panjang lereng.
b. memperkecil
kecepatan aliran permukaan.
c. memperbesar
daya inflitrasi tanah.
Dari jenis-jenis
teras yang terkenal adalah teras bangku, yang dibedakan dalam teras datar, teras
miring, dan teran tajam.
III. Metode kimia
Metode ini
dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk meningkatkan kemantapan agregat
tanah dan struktur menjadi lebih ramah.
Dengan demikian tanah menjadi tahan terhadap pukulan tetes air hujan,
inflitrasi tetap besar dan run-off kecil.
Bahan kimia yang banyak digunakan adalah bitumen dan
krilium. Untuk skala yang besar,
pelaksanaan metode ini membutuhkan biaya yang besar, hingga tak menguntungkan,
oleh karena itu metode ini jarang atau tak pernah dilakukan.
Untuk
keperluan khusus, misalkan terhadap lahan miring di halaman rumah mungkin
metode ini akan dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady,
N. C. 1985. The Nature
and Properties of SOILS. Ninth Edition.
MACMILLAN Publishing Co., New York.750p.
Buol,
S. W., F. D. Hole, and R. J. McCracken.
1973. Soil Genesis and
Classification. The Iowa State University Press, Ames.360p.
Donahue,
R. L., R. W. Miller, and J. C. Shickluna.
1977. SOILS. An Introduction to
Soils and Plant Growth. Prentice-Hall,
Inc., New Jersey. 626p.
Fanning,
D. S. and Mary C. B. Fanning. 1989. SOIL Morphology, Genesis, and Classification. John Wiley and Sons. 395p.
Foth,
H. D. and L. M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science. Fifth Edition. Wiley international Edition. John Wiley and Sons, Inc. 454p.
Rini
Wudianto. 2000. Mencegah Erosi. Penebar Swadaya. 31p.
Sanchez,
P. A. 1976. Properties and Management of
Soils in the Tropics. John Wiley and
Sons, New York.618p.
Suripin. 2002.
Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air.
Penerbit NADI Yogyakarta. 208p.
Tisdale,
S. and W. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Third
edition. Macmillan Publishing Co.,
Inc. New York. 694p.
Belum ada tanggapan untuk "ILMU TANAH DAN KAITANNYA DENGAN ILMU LAIN"
Post a Comment