hama tanaman

Uraian
Organisme golongan binatang merupakan salah satu pengganggu tumbuhan, selain oleh patogen dan gulma. Pengganggu golongan binatang sangat beranekaragam, sehingga perlu digolong-golongkan dengan cara tertentu, lazimnya dengan merujuk pada taksonomi binatang. Vertebrata merupakan sub-filum dalam filum Chordata. Vertebrata terdiri atas kelas Mamalia (hewan menyusui), Aves (burung), Reptilia (hewan melata), Amphibia, dan Pisces (ikan). Di antara kelas-kelas tersebut, yang mempunyai anggota yang berpotensi sebagai hama adalah Mamalia dan Aves.
Mamalia terdiri atas sejumlah ordo yang mempunyai anggota yang berpotensi sebagai hama, yaitu Chiroptera (kalong, kelelawar), Primata (kera, monyet), dan Rodentia (tikus, tupai, landak), Suidae (babi, babi hutan), Cervidae (rusa), dan Bovidae (sapi, kerbau, kambing). Ordo Chiroptera merupakan kalong pemakan buah. Spesies kalong yang suka menghisap cairan buah mangga, rambutan, pepaya, pisang, dan sebagainya selain juga nektar adalah kalong besar (Pteropus vampyrus) dan kalong kecil (Pteropus hypomelanus). Ordo Primata terdiri atas beberapa famili dan famili yang mempunyai warga yang berpotensi sebagai hama adalah Cercopithecidae (lutung, bekantan, monyet). Rodentia merupakan ordo yang paling berpotensi sebagai hama, contoh famili Sciuridae (bajing), Muridae (tikus besar, mencit), dan Hystricidae (landak). Anggota ordo Suidae yang sangat berpotensi sebagai hama adalah babi hutan (Sus scrofa) yang biasa menyerang berbagai jenis tanaman pangan. Rusa (Cervus timorensis) kadang-kadang dapat merusakan tanaman, sedangkan sapi (Bos javanicus, Bos taurus), kerbau (Bubalus bubalis), dan kambing (Capra hircus) menjadi hama yang sangat merusak bila dilepas.
(a)
(b)
(c)
(d)
(c)
Gambar 2.1. Berbagai Spesies Mamalia Hama: (a) Kalong besar, (b) Bajing kelapa, (c) Tikus Sawah, (d) Tikus Ladang, dan (e) Monyet (gambar tidak menurut skala)
Aves yang berpotensi besar sebagai hama adalah warga famili Ploceidae. Spesies yang penting adalah Ploceus spp (burung manyar), Padda oryzivora (gelatik), dan Lonchura spp. (emprit dan bondol) yang biasanya menyerang tanaman serealia secara berkelompok sehingga dapat menimbulkan kerusakan berat.
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 22
(b)
(a)
(c)
Gambar 2.2. Berbagai Spesies Burung Hama: (a) Bondol, (b) Gelatik jawa, dan (c) Manyar
Moluska merupakan binatang bertubuh lunak yang tidak berkaki dan tubuhnya tidak dapat dibedakan menjadi kepala, dada, dan perut. Moluska bergerak dengan menggunakan struktur otot untuk memindahkan bagian kepala yang kemudian diikuti dengan bagian tubuh lainnya. Moluska hama terdiri atas keong bercangkang (snail) dan tidak bercangkang (slug) yang tergolong ordo Pulmonata dan sub-ordo Stylomatophora. Cangkang digunakan sebagai tempat menyembunyikan tubuh lunaknya bila terjadi gangguan. Keong berbiak dengan telur yang diletakkannya dalam jumlah besar pada celah-celah tanah, di bawah serasah, atau di tempat-tempat tersembunyi lainnya. Telur menetas sebagai larva akuatik atau semi-akuatik yang disebut trokofora (trochophore). Trokofora selanjutnya berkembang menjadi veliger yang pada keong bercangkang ditandai dengan mulai terbentuknya cangkang. Moluska berkembang menjadi hama terutama karena lingkungan pertanian kurang mendukung perkembangan musuh alami, terutama predator yang biasanya memangsa keong seperti burung pencari makan di permukaan tanah, mamalia tertentu, dan kumbang tanah (karabid). Moluska hama yang penting adalah bekicot (Achatina fulica) pada tanaman di darat dan siput murbei pada tanaman di persawahan yang menimbulkan kerusakan meningkat pada musim hujan.
Arthropoda (arthropods) merupakan filum hewan dengan tubuh dan kaki beruas-ruas. Bagian luar tubuh mengeras oleh lapisan kitin yang berdungsi sebagai rangka luar (eksoskleton). Ruang tubuh merupakan rongga darah (haemocoele) yang di dalamnya terdapat alat pencernaan berbentuk tabung. Pernapasan dengan menggunakan permukaan tubuh, insang, atau trakea. Mulut terdiri atas beberapa tipe yang disesuaikan dengan cara makan. Daur hidup terdiri atas fase atau instar yang masing-masing berlangsung dalam waktu tertentu. Filum Arthropoda terdiri atas sub-filum Trilobita, Chelicerata, dan Mandibulata dan setiap sub-filum terdiri atas sejumlah kelas. Kelas yang mempunyai anggota yang dapat berperan sebagai hama adalah Arachnida (sub-filum Chelicherata) dan Insecta/Hexapoda (serangga) dari sub-filum Mandibulata. Insecta/Hexapoda merupakan kelas yang fase dewasanya mempunyai tiga pasang kaki beruas-ruas dan tubuhnya dapat dibedakan menjadi bagian kepala, dada, dan perut. Daur hidup serangga dibedakan menjadi yang mengalami metamorfosis tidak sempurna (telur, nimfa, imago) dan yang mengalami metamorfosis sempurna (telur, larva, pupa, imago).
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 23
Salah satu ordo dalam famili Aracnida yang mempunyai anggota potensial sebagai hama adalah Acarina (tungau), khususnya famili Eriophyidae, Tetranichidae dan Tarsonemiidae. Eriopyidae merupakan tungau berbadan memanjang berwarna krem dengan dua pasang kaki dan dikenal sebagai tungau puru, tungau karat, atau tungau perunggu. Tetranichidae dan Tarsonemiidae berbadan lonjong atau bulat yang larvanya mempunyai tiga pasang sedangkan dewasanya mempunyai empat pasang kaki. Tungau Tetranichidae mempunyai tubuh berwarna merah dengan seta dorsal yang nyata, membentuk anyaman sutra ketika menyerang tanaman, sehingga dikenal sebagai tungau laba-laba merah (red spider mite), sedangkan tungau Tarsonemiidae tidak mempunyai seta yang jelas, berwarna kuning, tidak membentuk anyaman sutra ketika menyerang tanaman, dan dikenal sebagai tungau kuning atau tungau bulat. Tungau mempunyai alat mulut pencucuk-penghisap (piercing-sucking mouth part) untuk mengambil cairan sel tanaman yang diserangnya. Secara umum, serangan tungau menimbulkan gejala pemutihan daun yang kemudian menguning dan gugur. Spesies tungau eriopyid tertentu menimbulkan gejala hipertropi berupa pembengkakan jaringan tanaman secara lokal yang disertai dengan pertumbuhan tunas berlebihan sehingga menimbulkan gejala sapu (witches brooms). Tungau ada yang bersifat monofagus atau polifagus. Beberapa tungau monofagus adalah tungau puru jeruk (Panonychus spp.) dan tungau karat jeruk (Phyllocoptruta spp.), sedangkan tungau polifagus adalah tunagu berbintik dua dan tungau kuning teh (Hemitarsonemus spp.).
Kelas insekta terdiri atas banyak ordo dan ordo-ordo yang berpotensi penting sebagai hama tumbuhan meliputi Orthoptera, Isoptera, Thysanoptera, Hemiptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera. Ciri-ciri penting ordo serangga tersebut adalah sebagai berikut:
1) Orthoptera. Ukuran tubuh sedang sampai besar, fase dewasa bersayap atau tidak bersayap. Yang bersayap mempunyai dua pasang sayap, sayap depan panjang menyempit, menebal, banyak vena, seperti kertas perkamen, sayap belakang berupa membran, melebar, dan juga mempunyai banyak vena. Alat mulut penggigit-pengunyah. Betina mempunyai ovipositor yang berkembang baik, jantan ada yang mempunyai alat penghasil suara. Metamorfosis terdiri atas fase telur, nimfa, dan imago.
2) Isoptera. Fase dewasa ada yang bersayap dan ada pula yang tidak bersayap, sayap dua pasang berupa membran yang berbentuk dan berukuran sama antara sayap depan dan sayap belakang. Alat mulut penggigit-pengunyah. Merupakan serangga sosial yang terdiri atas kelas ratu, pejantan, pekerja (jantan dan betina steril), dan tentara (jantan dan betina steril dengan rahang yang kuat).
3) Thysanoptera. Tubuh berukuran kecil dan ramping dengan antena pendek pada kepala. Fase dewasa ada yang bersayap atau tidak bersayap. Sayap berjumlah dua pasang, berumbai-rumbai dengan rambut yang panjang. Metamorfosis terdiri atas telur, nimfa, dan imago. Nimfa berwarna putih, kuning, atau merah pucat, dewasa berwarna gelap.
4) Hemiptera. Tubuh berbentuk pipih dengan ukuran sangat kecil sampai sedang. Fase dewasa ada yang bersayap atau tidak bersayap. Sayap terdiri atas bagian pangkal yang menebal dan bagian ujung yang berupa membran. Alat mulut merupakan tipe pencucuk-penghisap dan tidak mempunyai sersi (cerci). Metamorfosis terdiri atas telur, nimfa, dan imago.
5) Homoptera. Tubuh berukuran sangat kecil sampai besar. Fase dewasa ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Sayap berjumlah dua pasang yang seragam,
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 24
sayap depan berupa membran yang agak transparan, sayap belakang berupa membran yang transparan, yang jika dalam keadaan istirahat tampak seperti susunan genting. Alat mulut bertipe pencucuk-penghisap dan tanpa sersi. Metamorfosis terdiri atas telur, nimfa, dan imago.
6) Coleoptera. Ukuran tubuh kecil sampai besar. Sayap depan keras, tebal, dan menanduk, tanpa vena, dan berfungsi sebagai pelindung. Sayap belakang berupa membran yang melipat ketika sedang istirahat. Larva dan dewasa bertipe alat mulut penggigit-pengunyah atau ada yang mempunyai alat mulut seperti cucuk (rostrum) untuk penetrasi ke dalam jaringan tanaman. Larva tidak mempunyai kaki abdominal, tetapi umumnya mempunyai tiga pasang kaki toraksal. Metamorfosis terdiri atas fase telur, larva, pupa, dan imago.
7) Lepidoptera. Tubuh berukuran kecil sampai besar, mempunyai dua pasang sayap yang permukaannya bersisik. Larva mempunyai alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, sedangkan imago bertipe penghisap. Terdiri atas dua tipe, ngengat (moth) dengan sayap yang kurang menarik dan kupu-kupu (buterfly) dengan sayap yang menarik.
8) Diptera. Tubuh berukuran sangat kecil sampai sedang dengan sepasang sayap yang merupakan sayap depan. Sayap belakang mereduksi menjadi halter yang merupakan alat keseimbangan. Alat mulut bertipe penjilat atau pencucuk-penghisap. Larvanya berkepala kecil dan tidak berkaki, disebut set atau singgat (magot). Metamorfosis terdiri atas fase telur, larva, nimfa, dan imago.
9) Hymenoptera. Tubuh berukuran sangat kecil sampai besar. Sayap berjumlah dua pasang yang berupa selapot yang bervena sedikit (yang berukuran kecil hampir tanpa vena), sayap depan lebih besar daripada sayap belakang. Tipe alat mulut adalah penggigit-penghisap. Srangga betina mempunyai ovipositor yang berkembang baik.
Serangga menyerang berbagai bagian tanaman, mulai dari akar, batang dan cabang, daun, bunga, buah, dan sampai biji dalam simpanan. Kerusakan yang ditimbulkan tergantung pada spesies serangga yang menyerang, padat populasi serangga, tingkat ketahanan tanaman atau bagian tanaman, dan keadaan lingkungan. Contoh serangga hama pada bagian-bagian tanaman sebagaimana disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
1) Akar dan umbi. Kerusakan akar menimbulkan gejala layu, sedangkan kerusakan pada umbi dapat menimbulkan gejala busuk bila kerusakan sudah sedemikian parah. Kerusakan pada akar biasa disebabkan oleh kumbang dari famili Scarabidae (skarabid) yang menyerang akar serabut serta ngengat famili Cossidae (kosid) dan famili Hepialidae (hepialid) yang menyerang akar berkayu. Contoh serangga hama umbi adalah Cylas formicarius yang menyerang umbi ubi jalar.
2) Batang dan cabang. Serangga merusakkan batang dan cabang dengan cara memotong, menggerek, menggorok, menghisap cairan, atau membentuk puru. Batang tanaman muda biasa dipotong oleh ulat tanah Spodoptera litura. Batang tanaman berkayu sering digerek hanya pada bagian kulit atau sampai ke bagian kayunya. Pada tanaman famili Poaceae, penggerek masuk dan merusak bagian dalam batang seperti yang dilakukan oleh penggerek padi yang terdiri atas Chillo suppresasalis (penggerek-padi bergaris), Chilo polychrysus (penggerek-padi kepala-hitam) Scirpophaga innotata (penggerek-padi putih), Scirpophaga incertulas (penggerek-padi kuning), dan Sesamia inferens (penggerek-padi merah-jambu). Penggerek padi menimbulkan gejala sundep bila menyerang tanaman
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 25
sebelum membentuk malai dan beluk bila menyerang tanaman setelah membentuk malai.
3) Daun dan tunas. Berbagai spesies serangga menjadi hama dengan menimbulkan kerusakan pada daun dan tunas. Kerusakan terjadi dengan cara menggerek, menggorok, menghisap cairan, atau membentuk puru. Contoh hama penggerek daun adalah belalang kembara Locusta migratoria manilensis, penghisap daun adalah Aspidiotus destructor pada daun kelapa, dan penghisap pucuk adalah kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana). Wereng merupakan hama penting tanaman padi yang menyerang dengan menghisap daun (leaf hopper) atau batang muda (plant hopper). Wereng yang merupakan penghisap daun adalah wereng hijau (Nephotettix spp.) dan wereng zigzag (Recilia dorsalis), sedangkan yang merupakan penghisap batang muda adalah wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng kecil (Laodelphax striatellus), dan wereng padi (Sogatodes oryzicola).
4) Bunga dan buah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga hama pada bunga dengan menggerek, sedangkan pada buah dengan menggerek, menggorok, menghisap cairan, dan membentuk puru. Contoh serangga hama penggerek buah adalah penggerek buah tomat [Plusia chalcites dan Heliothis armigera] dan buah mangga (Cryptorrhynchus spp.).
5) Biji. Biji diserang hama sejak masih sebelum panen maupun setelah dalam simpanan. Serangga hama merusak biji dengan cara menghisap atau menggigit. Walang sangit (Leptocorisa oratorius) menghisap cairan biji padi pada fase masak susu, bubuk beras (Sithopilus orizae) merusak beras dan tepung dalam simpanan, dan bubuk biji jagung (Sitophilus zeamays) merudak biji jagung di lapangan maupun setelah dalam simpanan.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
Gambar 2.3. Beberapa Spesies Serangga Hama: (a) Wereng Punggung Putih, (b) Wereng zigzag, (c) Kutu Loncat Lamtoro, (d) Belalang Kembara, (e) Kutu perisai, (f) penggerek buah tomat, dan (g) walang sangit (gambar tidak menurut skala)
Nematoda merupakan jenis cacing tidak bersekat yang merupakan anggota filum Aschelminthes. Nematoda tumbuhan berukuran relatif kecil (0,3-4,0 mm panjang x 0,01-0,5 mm lebar) sehingga sulit dapat dilihat dengan mata telanjang. Tubuh nematoda
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 26
tumbuhan berbentuk silindris yang simetris secara bilateral, kecuali tubuh betina genus tertentu yang berbentuk bulat. Nematoda berbiak secara seksual, tetapi beberapa genus ada yang bersifat hermaproditik atau partenogenetik. Nematoda tumbuhan mempunyai stilet yang digunakan untuk mencucuk sel tanaman, kecuali nematoda bengkak akar yang mempunyai gigi melengkung. Daur hidup nematoda terdiri atas telur, larva, dan dewasa. Fase larva terdiri atas empat instar yang ditandai dengan pergantian kulit. Karena caranya menyerang tanaman dan gejala yang ditimbulkannya, nematoda juga dianggap sebagai patogen meskipun sebagai binatang nematoda merupakan hama dalam arti sempit.
Nematoda tumbuhan terdapat dalam sub-kelas Secernentea dan Adenophorea. Dalam sub-kelas Secernentea, nematoda tumbuhan trdapat dalam ordo Tylenchida, sedangkan dalam sub-kelas Adenophorea terdapat dalam ordo Dorylaimida. Tiap ordo terdiri atas beberapa famili yang mempunyai anggota sebagai hama tumbuhan. Berdasarkan cara menyerangnya dan bagian tanaman yang diserang, nematoda tumbuhan dipilahkan menjadi:
1) Endoparasit menetap
2) Endoparasit berpindah
3) Ektoparasit menetap
4) Ektoparasit berpindah
5) Nematoda batang dan umbi lapis (Ditylenchus)
6) Nematoda puru-biji (Anguina)
7) Nematoda pucuk dan daun (Aphelenchoides)
8) Nematoda yang menyerang fungi (Ditylenchus, Aphelenchoides, Aphelenchus, Paraphelenchus).
Latihan
Mahasiswa secara berkelompok (5 orang perkelompok) ditugaskan melakukan studi kepustakaan mengenai morfologi dan taksonomi, perkembangbiakan dan daur hidup, dan kisaran inang, untuk salah satu dari hama-hama sebagai berikut:
Setiap kelompok harus memilih spesies hama yang berbeda. Laporan harus diketik 1 spasi minimal 5 halaman kuarto dan terdiri atas bagian-bagian: (1) Pendahuluan, (2) Morfologi dan Taksonomi, (3) Perkembangbiakan dan Daur Hidup, (4) Kisaran Inang, dan (5) Penutup. Sertakan Daftar Pustaka untuk semua pustaka yang digunakan sebagai bahan rujukan.
Rangkuman
Vertebrata, moluska, arthropoda, dan nematoda masing-masing mempunyai anggota yang berpotensi menjadi hama tumbuhan. Vertebrata yang berpotensi menjadi hama berada dalam kelas mamalia dan aves, moluska berada dalam ordo Pulmonata dan sub-ordo Stylomatophora, artropoda dalam kelas Arachnida dan Insecta, dan nematoda dalam sub-kelas Secernentea dan Adenophorea. Di antara golongan binatang tersebut, yang mempunyai anggota paling besar adalah serangga sehingga tidak mengherankan bahwa sebagian besar binatang hama yang menyerang tanaman terdiri atas berbagai spesies serangga.
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 27
Glosarium
Taksonomi: Penyusunan yang teratur dan bernorma mengenai organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang tepat dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar
Vertebrata: Golongan hewan/binatang bertulang belakang yang berperan sebagai hama tanaman pertanian
Mamalia: Kelompok hewan menyusui dan merupakan binatang hama pada tanaman pertanian
Artropoda (arthropods) merupakan filum hewan dengan tubuh dan kaki beruas-ruas. Bagian luar tubuh mengeras oleh lapisan kitin yang berfungsi sebagai rangka luar.
Eksoskeleton: Kulit terluar dari tubuh serangga. Merupakan penguat dan sebagai tempat pelekatan otot-otot tubuh.
KEGIATAN BELAJAR 2:
OPT GOLONGAN PATOGEN
Uraian
Fungi, Prokaryiota dan virus terdiri atas organismee yang beberapa diantaranya dapat menyerang tumbuhan sehingga sebagaimana halnya dengan vertebrata, moluska, artropoda dan nematoda tertentu juga dapat berstatus sebagai hama. Namun berbeda dengan vertebrata, moluska, artropoda dan nematoda yang merupakan hewan, fungi, prokaryota dan virus merupakan organismee tingkat rendah yang menyerang tanaman melalui interaksi tertentu patogenik tertentu sehingga tanaman yang diserangnya menjadi sakit. Serangan fungi, prokaryota dan virus tertentu dapat dikategorikan sebagai hama dalam arti luas. Dalam hal interaksinya yang khas dengan tanaman yang diserangnya, fungi, prokaryota dan virus yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman dikaji sebagai bagian integral dari penyakit tumbuhan. Dalam kegiatan belajar ini akan diuraikan berbagai OPT golongan patogen, cara menganggu dan merusak tanaman serta gejala dan tanda penyakit yang ditimbulkan, prosedur identifikasi dan ketentuan penamaan.
Sebagian besar penyakit tumbuhan disebabkan oleh fungi. Telah diketahui sekitar 8000 spesies fungi dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Golongan fungi patogen memiliki anggota yang sangat beragam, oleh karena itu kehadiran fungi patogen perlu diwaspadai. Fungi merupakan kelompok organismee termasuk dalam kingdom tumbuh-tumbuhan tidak berhijau daun, berinti sejati, berspora dan umumnya berproduksi secara seksual dan aseksual. Fungi berukuran mikroskopik hingga makroskopik, bersel tunggal multiseluler, membentuk struktur negatif berbentuk benang (miselium) yang bersepta atau tidak bersepta, kadang-kadang membentuk talus yang uniseluler misalnya Synchytrium spp. dan Saccharamyces spp. atau membentuk plasmodium seperti Plasmodiophora brassica. Setiap tubuh fungi (spora, miselium, plasmodium dan badan buah) berpotensi untuk tumbuh membentuk fungi lengkap.
Fungi tidak mempunyai klorofil atau pigmen fotosintetik lainnya sehingga harus hidup sebagai heterotrof, yaitu memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan organik. Bahan organik yang diperlukannya tersebut diperoleh melalui dua cara hidup yaitu sebagai parasit, yaitu memperoleh makanan dari sel hidup mahluk lain sebagai inangnya
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 28
dan sebagai saprofit, yaitu memperoleh makanan dari sel yang terlebih dahulu dimatikan dengan menggunakan senyawa kimia tertentu yang dilepaskan pada inangnya. Kedua cara hidup tersebut tidak berkaitan langsung dengan status fungi sebagai patogen tumbuhan. Fungi parasitik tertentu yang derajat parasitasinya sangat lemah dapat tidak berstatus sebagai patogen tumbuhan. Sebaliknya, banyak fungi saprofitik yang derajat daprofitasinya sangat kuat berstatus sebagai patogen tumbuhan.
Fungi fitopatogenik pada umumnya mempunyai kemampuan melakukan adaptasi morfologis struktur tubuh dalam menghadapi keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Struktur adaptasi morfologis tersebut adalah:
1) Sklerotia (sclerotia), merupakan agregasi hifa yang cukup padat yang dibentuk dalam ukuran dan morfologi yang khas untuk spesies fungi tertentu di dalam tanah atau material tumbuhan yang telah mati.
2) Sklerotia semu (pseudosclerotia), merupakan agregasi hifa yang bercampur dengan masa mengeras dari jaringan tumbuhan yang telah mati.
3) Jalinan miselia (mycelial strand) dan rizomorf (rhizomorph). Jalinan miselia merupakan agregasi miselia secara lebih padat daripada biasanya, sedangkan rizomorf merupakan struktur padat yang terdiri atas agregat hifa tidak bercabang yang tersusun secara paralel.
4) Stromata, merupakan matriks hifa vegetatif, di dalam atau tanpa jaringan inang, yang kemudian di dalam atau di permukaannya dihasilkan spora.
Fungi berkembangbiak secara aseksual (tanpa perkawinan) maupun secara seksual (melalui perkawinan). Perkembangbiakan secara aseksual terjadi melalui:
1) Fragmentasi hifa, yaitu pemutusan hifa secara transfersal menghasilkan sel yang kemudian dapat berkembang menjadi hifa untuk membentuk miselium baru. Bila fragmentasi terjadi di tengah hifa tanpa disertai dengan penebalan dinding hifa maka fragmen hifa yang dihasilkan disebut oidia atau artrospora, bila terjadi secara terminal dan disertai dengan penebalan dinding hifa maka fragmen hifa yang dihasilkan disebut klamidospora.
2) Pembelahan talus uniseluler, yaitu melalui pembentuk sekat pemisah di bagian tengah sel yang membelah secara mitosis menjadi dua sel yang masing-masing berdiri sendiri.
3) Pertunasan, yaitu pembentukan sel melalui pembelahan mitosis tetapi sel baru yang dihasilkan tidak terpisah dari sel induknya.
4) Pembentukan spora aseksual, yaitu melalui pembentukan organ khusus yang terdiri atas dua tipe spora aseksual:
a) Sporangiospora, yang dibentuk di dalam organ menyerupai kantong (disebut sporangia) pada ujung hifa pendukung (disebut sporangiofora). Sporangiospora dapat tidak dilengkapi dengan alat gerak (aplanospora) atau dilengkapi dengan alat gerak (planospora).
b) Konidia, yang dibentuk melalui segmentasi hifa pendukung konidia atau berkembang secara eksogenus pada hifa pendukung konidia (konidiofora). Bila terbentuk melalui segmentasi maka yang ihasilkan adalah talospora dan bila secara eksogenus maka yang terbentuk adalah konidiospora.
Prokaryota merupakan organisme yang umumnya uniseluler yang mempunyai membran atau dinding sel tetapi tidak mempunyai membran yang memisahkan inti sel (nukleus) dari protoplasma. Dua golongan prokaryotik bersifat fitopatogenik, yaitu bakteria yang mempunyai membran dan dinding inti dan molikuta (MLO, mycoplasmalike
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 29
organisme) yang tidak mempunyai dinding sel. Prokaryota fitopatogenik diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Bagian I: Bakteria aerobik gram negatif berbentuk batang atau bulat, terdiri atas:
a) Famili Pseudomonadaceae, meliputi genus Pseudomonas (17 spesies), Xanthomonas (5 spesies), dan Xylela.
b) Famili Rhizobiaceae, meliputi genus Agrobacterium (3 spesies).
2) Bagian II: Bakteria anaerobik fakultatif gram negatif berbentuk batang, meliputi Famili Enterobacteriaceae dengan genus Erwinia (21 spesies)
3) Bagian III: Bakteria gram positif berbentuk batang tidak membentuk spora, meliputi genus Clavibacter (5 spesies) yang mencakup genus yang sebelumnya dikenal dengan nama Corynebacterium dan bakteria fastidius penghuni jaringan angkut yang sebelumnya dikenal sebagai rickettsialike organisme (RLO).
4) Bagian IV: Actinomycetes, bakteria pembentuk filamen bercagang. Mencakup genus Streptomyces (2 spesies).
5) Molilicute, prokaryota yang tidak mempunyai dinding sel, terdiri atas Mikoplasmataceae mencakup organismee menyerupai mikoplasma dan Spiroplasmataceae mencakup genus Spiroplasma yang berbentuk helik, dapat bergerak, tetapin tidak berflagela
Bakteri merupakan mikroorganismee uniseluler yang ukurannya jauh lebih kecil dari spora fungi, bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri, tidak memiliki inti sejati dan membran inti. Pembelahan inti dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat sehingga dalam 24 jam satu sel bakteri dapat berproduksi hingga 17 x 106 sel. Bentuk bakteri bulat, silindris/batang, spiral atau koma. Bakteri mempunyai struktur yang sangat kompleks bila dibandingkan dengan ukurannya, mempunyai dinding yang tipis, agak kaku dan keras kecuali membran sitoplasma yang berada di dalam sel. Beberapa jenis bakteri dapat membentuk spora yang tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan atau keadaan inang yang tidak menguntungkan bagi perkembangan bakteri. Spora bakteri berbeda dengan spora fungi yang dibentuk untuk perbanyakan. Spora bakteri dapat terbentuk di ujung, tengah atau subterminal dari sel. Beberapa bakteri memiliki flagel yang memungkinkannya untuk bergerak dalam film air. Jumlah dan posisi flagel ada beberapa macam yaitu monotrichous (satu flagel di ujung sel), lopotrichous (dua atau lebih flagel di satu ujung sel), amphitrichous (satu atau lebih flagel di kedua ujung sel), dan peritrichous (flagel tersebar di seluruh permukaan sel.
Bakteri yang patogenik terhadap tumbuhan umumnya berbentuk batang dan bersifat parasit fakultatif. Genus-genus bakteri yang patogenik tumbuhan yaitu Pseudomonas (saat ini dikenal sebagai Ralstonia), Xanthomonas, Erwinia, Corynebacterium, Agrobacterium, Streptomyces, dan Clostridium.
1) Pseudomonas/ Ralstonia
Gram negatif, tidak membentuk spora, mempunyai satu atau beberapa polar flagel atau kadang-kadang tidak berflagel, menghasilkan pigmen fluoresen hijau kekuningan (fluorescin) yang menyebar ke media. Umumnya menyebabkan penyakit pada parenkim dari bagian aerial tanaman tetapi beberapa spesies juga menyebabkan penyakit yang sistemik dan penyakit yang bersifat hyperplasia. Contohnya R. solanacearum penyebab layu bakteri atau busuk coklat pada tanaman solanaceae dan tanaman lain.
2) Xanthomonas
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 30
Gram negatif, tidak membentuk spora, monotrichous, koloninya menghasilkan pigmen kuning yang tidak larut dalam air. Hampir semua spesies Xanthomonas menyebabkan nekrotik jaringan pada parenkim, pembuluh/vascular, atau penyakit yang sistemik. Contohnya X. oryzae penyebab BLB pada padi, X. transculens penyebab bacterial streak pada padi, X. citri penyebab kanker pada jeruk dan X. albines penyebab scald pada daun tebu (penyakit blendok)
3) Erwinia
Gram negatif, tidak membentuk spora, peritrichous atau kadang-kadang tidak berflagel, beberapa spesies menyebabkan penyakit pada pembuluh parenkim dan spesies lainnya menyebabkan busuk lunak misalnya E. carotovora penyebab busuk lunak pada sayuran, E. amylovora penyebab hawar api pada apel dan pear.
4) Agrobacterium
Gram negatif, tidak membentuk spora, ukurannya relative pendek dengan satu atau empat peritrichous flagel, sering terdapat di tanah, akar dan batang tanaman serta menyebabkan hipertropi (pembesaran sel-sel) dari jaringan yang terinfeksi. Contohnya A. tumefaciens penyebab puru mahkota (crown gall) pada jeruk.
5) Corynebacterium
Gram positif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, yang patogenik tumbuhan mempunyai flagel, hyperplasia. Contohnya C. michiganense penyebab karat pada tomat.
6) Streptomyces
Memiliki sifat yang bukan sifat bakteri yaitu membentuk miselium dan spora, tetapi sifat inti sel dan sifat fisiologi yang lain merupakan sifat bakteri. Contohnya S. scabies penyebab kudis (common scab) pada tomat.
7) Clostridia
Aerobik, membentuk endospora, menyebabkan busuk lunak (soft rot) pada ketang, menimbulkan bau yang khas.
Mikoplasma adalah bakteri tanpa dinding sel yang terdapat dalam pembuluh tapis. Mikoplasma hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan tidak dapat dibiakkan dalam medium buatan kecuali genus spiroplasma. Gejala penyakit yang disebabkannya adalah kerdil, daun menguning atau memerah, proliferasi tunas dan akar, kemunduran pertumbuhan dan kematian tumbuhan.
Virus bukan sel ataupun terdiri dari sel-sel. Individu sel umumnya disebut partikel. Virus adalah partikel hidup yang ultra mikroskopik, obligat parasitik yang terdiri dari atas inti asam nukleat dan selubung protein. Secara umum asam nukleat dari virus tumbuhan adalah RNA, sedangkan bakteriofage (virus pada bakteri) dan virus pada binatang pada umumnya terdiri dari DNA. Bentuk partikel virus isometric (spherikel) atau anisometrik (dengan bagian yang tidak simetrik). Virus tumbuhan sangat berbeda dengan patogen tumbuhan yang lain yaitu dalam bentuk, ukuran, kesederhanaan konstitusi dan struktur fisiknya, cara infeksi, perbanyakan, translokasi di dalam inang, penyebaran, dan gejala yang dihasilkan pada inangnya. Oleh karena ukuran tubuhnya yang sangat kecil dan tembus cahaya maka virus tidak dapat dideteksi dengan cara yang biasa digunakan untuk patogen lain dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa tetapi biasanya dengan menggunakan mikroskop elektron.
Serangan fungi terhadap tanaman inang dapat dilakukan oleh organ somatik maupun organ hasil perkembangbiakan yang disebut inokulum. Satuan terkecil dari inokulum
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 31
yang dapat menimbulkan infeksi disebut satuan infeksi. Serangan fungi terhadap inangnya melalui beberapa tahapan yang disebut daur penyakit. Daur penyakit terdiri atas tahap infeksi, sporulasi, dan diseminasi. Infeksi terdiri atas tahap lebih kecil berupa perkecambahan inokulum, penetrasi jaringan inang, dan kolonisasi jaringan inang. Penetrasi jaringan inang dapat dilakukan secara langsung dengan menembus dinding sel, melalui stomata dan lubang alami lainnya, atau melalui luka. Untuk mempenetrasi secara langsung dan mengambil nutrisi dari dalam sel inang, spesies fungi tertentu mengembangkan organ khusus berupa haustoria, apresoria, atau hifopodia. Setelah mengkolonisasi jaringan inang, fungi memasuki tahap sporulasi dengan tahap lebih kecil berupa pembentukan sporofora, produksi spora, dan pematangan spora. Tahap selanjutnya adalah diseminasi yang meliputi tahapan lebih kecil berupa pelepasan spora, pemencaran spora, dan deposisi spora di permukaan tanaman inang.
Semua jenis tumbuhan dapat diserang oleh beberapa jenis fungi, dan setiap jenis fungi parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan. Beberapa jenis fungi dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap berhubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya (parasit obligat atau biotrof), jenis yang lain membutuhkan tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap dapat menyelesaikan daur hidupnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup (parasit nonobligat). Dalam hal menyerang berbagai spesies tanaman, tanaman tertentu merupakan inang utama (primary host) dan tanaman lainnya merupakan inang pengganti (alternative host). Fungi golongan tertentu memerlukan inang yang berbeda untuk fase tertentu dalam daur hidupnya dan berbagai spesies inang selain tanaman yang diperlukan untuk melengkapi daur hidup tersebut disebut inang penggilir (alternate host).
Virus tidak mengambil makanan dari atau melepaskan toksin terhadap inang, melainkan memanipulasi inang untuk memberikan ruang dan membantu perkembangbiakannya. Dengan demikian sel inang mengandung komponen asing yang akan mengganggu fungsi fisiologis normalnya. Infeksi oleh virus berlangsung melalui luka mekanik yang terjadi karena abrasi atau pelukaan oleh vektor. Virion, yaitu satuan virus, masuk melalui luka lalu melepaskan asam nukleat yang kemudian oleh inang ditranslasi untuk menghasilkan protein virus yang mula-mula berupa enzim, bukan protein struktural. Selanjutnya asam nukleat bereplikasi dan protein strukturak dibentuk. Hasil replikasi asam nukleat dan protein struktural kemudian bergabung untuk menghasilkan partikel virus baru. Dengan demikian, parasitisme oleh virus lebih dari bersifat obligat, tetapi merupakan parasitisme absolut. Virus yang dihasilkan menyebar dari sel terinfeksi ke sel di sekitarnya melalui hubungan sitoplasmik antar sel yang disebut plasmodesmata. Selanjutnya, partikel virus dapat mencapai pembuluh angkut untuk selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh tanaman. Tanaman yang telah terinfeksi virus biasanya menjadi tahan terhadap virus sejenis dari strain yang berbeda. Mekanisme ini disebut perlindungan silang (cross protection). Tanaman yang telah terinfeksi suatu kelompok virus masih dapat diinfeksi oleh kelompok virus lain yang tidak sekerabat. Hubungan antara dua virus yang menginfeksi satu tanaman dapat bersifat antagonistik (yang satu melemahkan yang lain), aditif (netral), atau sinergistik (yang satu menguatkan yang lain).
Hubungan antara virus dengan vektor dinyatakan sebagai persistensi, yaitu berapa lama partikel virus masih bersifat infektif setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi. Persistensi dibedakan menjadi:
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 32
1) Non-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama <10 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi.
2) Semi-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama 10-100 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi.
3) Persisten, yaitu bila virus masih infektif selama >100 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi, selama vektor hidup, dan bahkan sampai selama umur keturunan vektor.
Hubungan virus-vektor dalam bentuk persistensi dianggap kurang memuaskan sehingga digunakan cara lain:
1) Terbawa stilet (stylet-borne), bila virus menular karena terbawa pada stilet vektor.
2) Sirkulatif, virus masuk ke perut vektor, mencapai haemolimfa, dan akhirnya mencapai bagian mulut melalui saliva.
3) Propagatif, virus berkembangbiak di dalam tubuh vektor.
Infeksi menyebabkan tumbuhan mengalami perubahan fisiologis maupun anatomis sebagai tanggapan terhadap patogen. Perubahan fisiologis dan anatomis pada akhirnya dimanifestasikan sebagai perubahan morfologis yang kasat mata. Perubahan morfologis yang terjadi pada tumbuhan sebagani manifestasi atas tanggapan fisiologis dan anatomis terhadap infeksi yang dilakukan oleh patogen disebut gejala (symptom). Suatu gejala bermula dari gejala kecil yang bersifat lokal yang disebut lesi (lesion) yang meluas menghasilkan gejala. Suatu penyakit dapat menimbulkan beberapa gejala sekaligus dan rangkaian gejala yang timbul disebut sindrom (syndrom).
Gejala biasanya tidak langsung terjadi segera setelah terjadinya inokulasi, melainkan seringkali setelah selama beberapa waktu. Selang waktu antara saat inokulasi sampai terjadinya gejala disebut masa inkubasi. Gejala kadang-kadang tidak timbul, meskipun telah terjadi infeksi. Gejala yang tidak timbul tersebut disebut gejala laten. Gejala penyakit tumbuhan diberi nama berdasarkan perubahan yang tampak dialami oleh tumbuhan inang. Pada dasarnya, gejala dapat dikelompokkan menjadi nekrotik (kematian sel atau jaringan), hipoplastik (pertumbuhan sel atau jaringan terhambat atau terhenti), dan hiperplastik (pertumbuhan sel atau jaringan berlebihan). Daftar gejala penyakit tumbuhan yang penting disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Daftar Nama Gejala Penyakit Tumbuhan
Kelompok
Gejala
Nekrotik, kerusakan atau kematian sel atau bagian-bagiannya
a) Nekrose (necrose), rusak atau matinya sel secara lokal pada jaringan yang tipis:
a) Bercak (spot), jika meluas secara lambat
b) Hawar (blight), jika meluas secara cepat
c) Antraknose (antracnose), jika bagian yang mati menjadi cekung
d) Tepung (mildew), jika permukaan yang mengalami nekrose ditutupi oleh miselium atau badan buah fungi.
e) Karat (rust), jika nekrose berupa lesi kecil yang tersebar dan masing-masing berisi spora
2) Hidrosis (hydrosis), sel mati dan mengeluarkan cairannya
3) Klorotik (chlorotic), jaringan menguning karena rusaknya klorofil
4) Layu (wilt), sel kehilangan turgor sehingga organ terkulai
5) Terbakar, rusak atau matinya sel secara lokal karena penyebab abiotik
6) Mati pucuk (dieback), rusak atau matinya sel-sel dimulai dari jaringan yang lebih muda (pucuk) kemudian menyebar ke pangkal
7) Busuk (rot), rusak atau matinya sel-sel secara lokal pada jaringan yang tebal:
a) Busuk kering (dry rot), pada organ berkayu
b) Busuk basah (soft rot), pada organ berdaging
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 33
Kelompok
Gejala
8) Mati kecambah (damping off), rusak atau matinya sel-sel pada kecambah:
a) Mati pra-kecambah, mati sebelum kecambah muncul di permukaan tanah
b) Mati pasca-kecambah, mati setelah kecambah muncul di permukaan tanah.
9) Kanker (canker), rusak dan matinya organ yang berkayu yang kemudian pecah-pecah dan gugur diirngi dengan pertumbuhan kalus di sekelilingnya
10) Pendarahan, keluarnya cairan getah, lateks, gum, dan sejenisnya dari sel-sel yang mengalami kerusakan
Hipoplastik, terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel
1) Kerdil, terhambatnya pertumbuhan sel atau organ sehingga tanaman berukuran lebih kecil daripada ukuran normal
2) Perubahan simetri, penghambatan pada satu bagian tanpa disertai penghambatan pada bagian lain
3) Klorosis hipoplastik, menguning karena terhambatnya pertumbuhan klorofil
4) Etiolasi (etiolation), pertumbuhan memucat karena kurang mendapat cahaya matahari
5) Roset, terhambatnya pertumbuhan ruas sehingga buku tempat duduknya daun menjadi sangat berdekatan
6) Merana (decline), pertumbuhan lambat, daun berukuran lebih kecil, kaku, kekuningan atau kadang-kadang kemerahan, beberapa daun gugur dan ranting mengalami mati ujing
Hiperplastik,
pertumbuhan sel atau organ yang melebihi
normal
1) Sapu (witches’ broom), berkembangnya tunas-tunas ketiak yang seharusnya dorman
2) Prolepsis, pertumbuhan tunas air secara berlebihan akibat terganggunya bagian pucuk suatu cabang/batang
3) Sersidia, pembengkakan setempat yang terdiri atas:
a) Tumor, hanya jaringan tanaman
b) Puru (gall), jaringan tanaman yang dihuni patogen
c) Kutil (wart), pertumbuhan seperti kutil pada batang atau umbi
d) Gosong (smut), pembengkakan sel yang kemudian diisi dengan spora berwarna hitam
4) Busung, pembengkakan memanjang dan meluas pada organ tanaman, antara lain akar gada (club root), yaitu pembengkakan bagian-bagian akar sehingga menjadi menyerupai kumparan atau gada.
5) Erinose, pembentukan trikoma secara berlebihan sehingga permukaan organ (biasanya daun) menjadi seperti beledu
6) Keriting/kerupuk, pertumbuhan berlebihan secara tidak simetrik sehingga terjadi pertumbuhan menggulung pada organ yang sempit (keriting, curl) atau pada organ yang lebar (kerupuk)
7) Fasiasi, pertumbuhan memipih, melebar, atau membelok dari organ yang seharusnya berbentuk bulat dan tumbuh lurus
8) Pertumbuhan abnormal, pertumbuhan organ yang abnormal seperti perubahan kelopak bunga menjadi daun (antolisis) atau pertumbuhan anak daun pada helai daun (enasi)
9) Kudis (scab), pertumbuhan sel-sel gabus pada permukaan organ yang mengalami gangguan
10) Rontok, terbentuknya lapisan absisi secara lebih awal daripada seharusnya
11) Perubahan warna non-klorosis, yang terjadi karena terbentuknya pigmen warna secara abnormal.
Beberapa gejala yang biasanya muncul bila ada serangan fungi patogen antara lain sebagai berikut:
1) Nekrosis yang muncul akibat busuk akar, busuk pangkal batang, rebah kecambah, kanker, antraknosa, bercak daun, kudis, hawar, busuk lunak, dan busuk kering.
2) Hipertropi yang ditandai dengan bengkak akar/akar gada, puru, kudis, sapu setan dan daun keriting.
3) Layu, karat, penyakit embun (embun bulu, embun hitam, embun jelaga, embun tepung).
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 34
4) Hipoplasia ditandai dengan kerdil, rosetting, albino, mosaik, warna pucat, ukuran kecil.
Gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain :
1) Bercak daun : bakteri mengolonisasi substomatal dan sel parenkim daun sehingga menyebabkan nekrosis lokal yang ditampakkan dengan bercak lokal. Contohnya P.phaseolicola penyebab halo blight (hawar yang dikelilingi warna kekuningan) pada polong-polongan, X. Campestris pv. phaseoli penyebab bercak bakteri pada buncis dan kacang-kacangan.
2) Busuk lunak ; bakteri yang memproduksi enzim hidrolitik berfungsi mendegradasi lamella tengah dinding sel, contohnya E. carotovora.
3) Hawar : bakteri mengeluarkan toksin yang menyebabkan bercak nekrotik secara cepat dan meluas. Contohnya P. tabaci penyebab pada tobacco wild fire; E. amyilovora penyebab fire blight pada apel.
4) Puru : bakteri menyebabkan hiperplasia dan hipertropi pada sel meristematik dan jaringan parenkim. Contohnya A. tumefaciens penyebab crown gall pada pohon-pohonan.
5) Kanker : terjadi pada floem dan jaringan parenkim, contohnya P. syringae yaitu kanker pada buah batu.
6) Layu : terjadi pada pembuluh terutama xylem.
Beberapa di antara gejala tumbuhan sakit akibat virus patogenik berbentuk seperti pola daun oak dan bercak klorotik atau nekrotik cincin pada daun yang selalu dapat diperkirakan akibat serangan virus dengan tingkat kepastian tertentu. Kebanyakan gejala lain yang disebabkan oleh mutasi, kekhatan atau keracunan, sekresi serangga, patogen lain atau faktor lain. Oleh karena itu penentuan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh virus perlu dilakukan modifikasi postulat Koch dengan penularan virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat.
Fungi dapat ditemukan pada bagian tumbuhan yang terserang dari tumbuhan yang sakit. Untuk mengetahui apakah fungi yang terdapat pada bagian tumbuhan sakit tersebut maka perlu dilakukan identifikasi. Untuk identifikasi fungi perlu dipelajari tentang morfologi miselium, struktur badan buah, dan sporanya. Proses identifikasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan morfologi fungi tersebut dengan pedoman ataupun laporan di bidang mikologi dan ilmu penyakit tumbuhan untuk melihat apakah fungi tersebut pernah dilaporkan sebagai fungi patogen atau tidak. Jika fungi tersebut tidak dikenal sebagai penyebab penyakit terutama terhadap gejala yang sama dari buku yang dirujuk, maka fungi tersebut dapat dianggap sebagai saprofit, atau mungkin juga sebagai patogen tumbuhan yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Dalam mengidentifikasi fungi, telah tersedia beberapa medium biakan khusus untuk isolasi selektif, identifikasi, atau untuk merangsang sporulasi. Umumnya, struktur badan buah dan spora dapat dihasilkan pada jaringan inang yang sakit jika jaringan tersebut ditempatkan dalam wadah atau ruang yang lembab.
Dalam klasifikasi terkini menurut Agrios (1997) dan Alexopoulus, Mims dan Blackwell (1996), sebagian fungi patogenik yang sebelumnya masuk dalam fungi tingkat rendah, sekarang ditetapkan sebagai anggota kingdom protozoa (misalnya Myxomycetes dan Plasmodiophoromycetes) atau kingdom Chromista (misalnya Oomycetes). Fungi tingkat tinggi seperti anggota kelas Chytridiomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes,
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 35
Basidiomycetes dan Deuteromycetes termasuk kingdom fungi (sebelumnya disebut Eumycota atau Mycetae).
Cara mengidentifikasi fungi dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut :
1) Pada kingdom apa letak organisme tersebut?
 Bila membentuk plasmodium dan mikroorganismee seluler maka termasuk kingdom Protozoa
 Bila membentuk spora berflagel, filamentous, uniseluler/multiseluler, hifa asepta maka termasuk kingdom Chromista
 Bila membentuk miselium, dinding sel mengandung glukan dan kitin, tidak berkloroplas maka termasuk kingdom Fungi.
2) Apabila sudah dapat ditentukan kingdom fungi tersebut, kemudian tentukan termasuk dalam filum apa.
 Bila miselium asepta, membentuk zoospore, berflagel tunggal maka termasuk filum Chytridiomycota
 Bila miselium mempunyai septa maka fungi tersebut dapat termasuk dalam filum Ascomycota, Basidiomycota atau Deuteromycota
3) Langkah selanjutnya adalah membedakan miselium bersepta, apakah fungi tersebut menghasilkan :
 Ascospora (spora di dalam struktur kantung) maka termasuk filum Ascomycota
 Basidiospora (spora di luar basidium berbentuk gada) maka termasuk filum Basidiomycota
 Bila tidak kedua-duanya maka termasuk filum Deuteromycota (fungi imperfekti)
4) Bila diketahui fungi imperfekti kemudian tentukan form-kelasnya
 Bila membentuk tubuh buah yang mengandung spora maka termasuk form-kelas Coelomycetes
 Bila spora dibentuk pada tubuh buah yang telanjang atau aerial maka termasuk form-kelas Hypomycetes
 Bila sel yeast yang terbentuk maka termasuk form-kelas Blastomycetes.
5) Bila organisme yang diidentifikasi tidak termasuk dalam klasifikasi di atas maka lihat pada buku/buletin untuk klasifikasi kelas tertentu. Misalnya Hypomycetes (karangan Ellis, 1971), Coelomycetes (karangan Sutton, 1980).
6) Langkah identifikasi selanjutnya menuju kategori:
Ordo
Famili
Genus
Spesies
7) Kunci spesies biasanya juga terpisah. Setelah memperoleh genus tertentu, kemudian gunakan kunci untuk membedakan spesies.
8) Sebelum mengidebtifikasi suatu isolat, harus dilakukan isolasi untuk mendapatkan biakan murni, lalu konfirmasi dengan reisolasi spora tunggal atau ujung hifa dari sisi luar koloni.
9) Bila setelah mempelajari dan dapat mengidentifikasi suatu fungi maka harus dicantumkan pula genus, spesies dan nama authornya sesuai dengan kunci yang digunakan.
Penyakit karena serangan virus dan viroid diberi nama berdasarkan gejala mayor yang ditimbulkan pada inang pertama yang ditemukan. Gejala yang timbul akibat serangan
Menggunakan kunci
Bahan Ajar Mandiri
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman 36
virus dapat berupa mosaic seperti pada tobacco mosaic ringspot (bercak bercincin), percabangan yang berlebihan (witches broom/penyakit sapu), vein clearing, color breaking (striping of flowers), kerdil, klorosis, keriting, kerupuk dan menggulung daun. Gejala yang timbul karena adanya infeksi viroid pada tumbuhan yaitu kerdil seperti penyakit kerdil pada chrysanthemum, daun menggulung dan terpilin pada potato spindle tuber, motling dan klorosis pada khlorotik chrysanthemum, pecah vertical pada batang jeruk yang mengalami exocortis, menguning daun pada kelapa yang terkena penyakit cadang-cadang.
Banyak jenis virus dan viroid menyebabkan gejala yang berbeda pada inang-inangnya, sehingga penyakit dan virus dapat diidentifikasi berdasarkan gejala penyakitnya. Selain itu diagnosa penyakit dapat dilakukan dengan uji transmisi virus terhadap tumbuhan inang spesifik dengan inokulasi sap, penyambungan, dan serangga vektor. Jika tersedia antiserum khusus, maka diagnosa dapat dilakukan dengan uji serologi. Selain itu diagnosa juga dapat dilakukan dengan teknik mikroskop electron, pengujian mikroskopis sel-sel terinfeksi terhadap badan inklusi yang kadang-kadang didiagnosa ke dalam kelompok yang mencakup virus tersebut. Uji elektrophoresis dilakukan untuk deteksi viroid dan asam nukleat virus. Identifikasi penyebab penyakit virus juga dilakukan dengan hibridisasi DNA komplementer yang bersifat radioaktif terhadap RNA-viroid tertentu yang tersedia secara komersial dengan RNA viroid dalam sap tumbuhan

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "hama tanaman"