analisis p tanah dan jerapan

Sejarah Ringkas Analisis Jerapan P Tanah:
Kapasitas Jerapan P tanah merupakan pengukuran khusus dengan melakukan percobaan kesetimbangan yang biasanya digunakan dalam metode Jerapan P Isoterm. Jerapan P Isoterm dihasilkan dari memplotkan antara jumlah P yang diadsorb tanah dari pemberian larutan P dalam berbagai konsentrasi P yang telah diketahui dengan konsentrasi P pada kondisi kesetimbangan.

Tinjauan Teori:
Sebagai contoh, Nair et al. (1984) mengusulkan berdasarkan penelitian antar laboratorium, pendekatan standar untuk menghasilkan Jerapan P Isoterm dengan menggunakan rasio tanah : larutan sebesar 1 : 25 (bobot : volume), enam deret konsentrasi P yang diketahui menggunakan KH2PO4 dalam 0,01 M CaCl2 matrik, dan waktu pencapaian kesetimbangan selama 24 jam. Hasil dari pengukuran Jerapan P Isoterm ini dapat digunakan untuk menghitung ”Jerapan P Maksimum” tanah dan besarnya ”Energi Ikatan P Tanah” dari berbagai tanah dengan sifat yang berbeda atau dari pengaruh berbagai aktivitas petani, seperti perbedaan: pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang, dan pola tanam.

Meskipun nilai Kapasitas Jerapan P sangat berguna baik pertanian maupun lingkungan, penetapan Jerapan P Isoterm ini butuh waktu lebih lama, rumit, dan mahal jika digunakan sebagai analisis rutin tanah. Dalam upaya mengatasi kendala tersebut, Bache dan Williams (1971) mengembangkan analisis P yang disebut sebagai ”P Sorption Index” yang disingkat PSI atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ”Indeks Jerapan P” yang disingkat IJP. IJP dapat mengukur Kapasitas Jerapan P tanah lebih cepat.

Hasil dari evaluasi para peneliti tersebut dengan 12 pendekatan, ternyata diperoleh nilai IJP yang dihasilkan dari titik tunggal larutan dengan konsentrasi P sebesar 50 mmol P/gram tanah. Cara ini jauh lebih mudah dengan hasil korelasi yang erat terhadap nilai kapasitas jerapan P tanah dari penelitian terhadap 42 sampel tanah yang mencakup tanah asam dan tanah berkapur dari Skotlandia, dengan nilai r = 0,97**.

Hasil tersebut diperoleh pula dari beberapa penelitian lain yang menggunakan metode IJP atau versi modifikasinya. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut diketahui bahwa hasil pengukuran nilai IJP tanah berkorelasi erat dengan hasil pengukuran nilai kapasitas jerapan P tanah dari metode Jerapan P Isoterm yang lengkap yang dilakukan terhadap beberapa tanah dengan sifat fisika dan kimia tanah yang beragam (Mozaffari dan Sims, 1994; Sharpley et al., 1984; Simard et al., 1994).

Sebagian besar peneliti menggunakan perbandingan antara P yang ditambahkan dengan tanah sebesar 1,5 gram P/kg tanah, dan hanya berbeda pada rasio tanah dengan larutan yang digunakan, jenis elektronik yang digunakan, dan lamanya waktu pengocokan. Sebagian besar versi modifikasi tersebut kurang ekektif terhadap nilai korelasi antara nilai kapasitas jerapan P tanah yang diprediksi dengan nilai IJP yang ditetapkan dari metode jerapan P lengkap.

Prosedur kerja yang disajikan dalam tulisan ini berdasarkan Bache dan Williams (1971). Uraian yang lebih rinci dan lengkap dengan berbagai pendekatan tentang ini tersaji dalam pustaka.


Alat-alat yang digunakan:
(1) Sentrifius dan tabung plastik setrifius ukuran 50 ml.
(2) Pengocok (yang dapat mengocok secara keseluruhan terhadap tanah dan larutannya).
(3) Kertas saring dengan pori kecil (ukuran pori penyaring 0,45 mm). Dan tabung vakum.
(4) Tabung Uji ukuran 50 ml yang atasnya dapat ditutup.



Pereaksi yang digunakan:
(1) Larutan Jerapan Fosfor (75 mg P per liter). Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 0,3295 gram Mono Kalium Fosfat (KH2PO4) dalam 1 liter air bebas ion. Larutan ini disimpan dalam kulkas sampai saat digunakan.

(2) Toluena atau Kloroform.



Prosedur Kerja:

(1) Ditimbang 1 gram tanah kering udara yang ukuran 2 mm, lalu dimasukkan ke dalam tabung sentrifius ukuran 50 ml.

(2) Ditambahkan sebanyak 20 ml Larutan Jerapan P (75 mg P per liter) ke dalam tabung setrifius tersebut (Ini mencapai rasio 1,5 gram P/kg tanah). Selanjutnya ditambahkan 2 tetes Toluena atau Kloroform untuk menghambat aktivitas mikrobia.

(3) Tabung tersebut diletakkan pada alat pengocok dan dilakukan pengocokan selama 18 jam pada suhu kamar 25oC s/d 27oC.

(4) Disentrifius selama 30 menit dengan kecepatan 2000 putaran per menit (rpm).

(5) Disaring menggunakan kertas saring berpori halus (ukuran pori 0,45 mm).

(6) Larutan yang sudah disaring dipindahkan dalam tabung berpenutup.

(7) Dilakukan pengukuran konsentrasi P dengan prinsip colorimetri dengan menggunakan alat Spektofotometer.


Perhitungan:






Daftar Pustaka:


(A) Pustaka Utama:

Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods. University of Delaware. dalam Kovar J. L. And G. M. Pierzynski. 2009. Methods of Phosphorus Analysis for Soils, Sediments, Residuals, and Waters. Second Edition. Southern Cooperative Series Bulletin No. 408. USDA-ARS National Soil Tilth Laboratory 2110 University Blvd. Ames, IA 50011-3120 and Department of Agronomy 2004 Throckmorton Plant Sciences Ctr. Kansas State University Manhattan, KS 66506-55


(B) Pustaka Tambahan:

Bache, B.W., and E.G. Williams. 1971. A phosphate sorption index for soils. J. Soil Sci. 22:289-301.

Mozaffari, P.M., and J.T. Sims. 1994. Phosphorus availability and sorption in an Atlantic Coastal Plain watershed dominated by intensive, animal-based agriculture. Soil Sci. 157:97-107.

Nair, P.S., T.J. Logan, A.N. Sharpley, L.E. Sommers, M.A. Tabatabai, and T.L. Yuan. 1984. Interlaboratory comparison of a standardized phosphorus adsorption procedure. J. Environ. Qual. 13:591-595.

Sharpley, A.N., S.J. Smith, B.A. Stewart, and A.C. Mathers. 1984. Forms of phosphorus in soils receiving cattle feedlot waste. J. Environ. Qual. 13:211-215.

Simard, R.R., D. Cluis, G. Gangbazo, and A. Pesant. 1994. Phosphorus sorption and desorption indices for soils. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 25:1483-1494.

07:25

Analisis P Tanah Metode Mehlich 3



Analisis P Tanah Metode Mehlich 3

Sejarah Ringkas Metode Mehlich 3:
Analisis P tanah metode Mehlich 3 dikembangkan oleh Mehlich pada tahun 1984 sebagai prosedur perbaikan untuk ekstraksi multi elemen, meliputi: P, K, Ca, Mg, Cu, Fe, Mn, dan Zn (Mehlich, 1984). Saat ini, analisis P tanah metode Mehlich 3 digunakan diseluruh Amerika Serikat dan Kanada, sebab metode ini sangat sesuai untuk tanah dengan keragaman yang luas, baik tanah yang bersifat asam maupun tanah yang bersifat basa. Larutan ekstraksi Mehlich 3 dipilih oleh para pekerja laboratorium di wilayah selatan dan dijadikan sebagai prosedur referensi standar untuk pengukuran analisis P tanah (Tucker, 1992).

Tinjauan Teoritis:
Prinsip yang diterapkan dalam analisis P tanah metode Mehlich 3 adalah sama dengan prinsip dari analisis P tanah metode Bray dan Kurtz P-1, yaitu menggunakan larutan asam yang mengandung ammonium florida. Selain itu, pada analisis P tanah metode Mehlich 3 digunakan asam asetat yang berperanan juga dalam pelepasan P-tersedia dari sebagian besar tanah. Analisis P tanah metode Mehlich 3 ini lebih efektip daripada analisis P tanah metode Mehlich 1 untuk memprediksi respon tanaman terhadap P dari tanah netral sampai tanah alkalin. Hal ini disebabkan karena sifat asam dari larutan ekstraksi yang digunakan hanya sedikit yang dinetralkan akibat karbonat tanah tersebut (Tran dan Simard, 1993).
Beberpa penelitian mengungkapkan bahwa analisis P tanah metode Mehlich 3 lebih berkorelasi erat terhadap P yang terekstraksi dibandingkan dengan metode Bray dan Kurtz P-1, metode Mehlich 1 dan metode P-Olsen (Sims, 1989; Tran et al., 1990; Wolf dan Baker, 1985).

Nilai Optimum:
Hasil pengukuran analisis P tanah dengan metode Mehlich 3 dengan nilai sebesar 45 mg P/ kg tanah s/d 50 mg P/kg tanah dijadikan sebagai nilai optimum bagi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kritis dari hasil pengukuran analisis P tanah dengan metode Bray dan Kurtz P-1, metode Mehlich 1, dan metode P-Olsen.

Alat-alat yang digunakan:
(1) Ayakan No. 10 untuik menghasilkan sampel tanah berukuran 2 mm.
(2) Sendok stainlis steel dengan standar 2 cm3 atau 1 cm3.
(3) Dispenser otomatis untuk ekstraktan yang berkapasitas 25 ml.
(4) Tabung erlenmeyer kapasitas 50 ml.
(5) Corong untuk proses penyaringan (ukuran 9 dan 11 cm).
(6) Rak tabung reaksi.
(7) Mesin pengocok dengan kecepatan kocok 200 gerakan per menit.
(8) Kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.

Larutan Pengekstraksi yang digunakan:
Larutan ekstraksi Mehlich 3
(0,2 M CH3COOH, 0,25 M NH4NO3, 0,015 M NH4F, 0,013 M HNO3; 0,001 M EDTA [(HOOCCH2)2NCH2CH2N(CH2COOH)2]. Larutan ini dibuat sebagai berikut:

Pembuatan Larutan Stok NH4F - EDTA:
Larutan stok: Ammonium Florida (NH4F) dan EDTA (3,75 M NH4F; 0,25 M EDTA) dibuat dengan cara sbb:
(1) Ditambahkan 1200 ml air destilasi ke dalam labu ukur volume 2 liter.
(2) Ditambahkan 277,8 gram NH4F lalu diaduk agar tercampur merata.
(3) Ditambahkan 146,1 gram EDTA ke dalam larutan tersebut.
(4) Buat volume larutan menjadi 2 liter dengan cara menambahkan air destilasi, lalu diaduk agar tercampur merata dan disimpan dalam botol plastik sebagai larutan stok untuk digunakan terhadap 10.000 sampel tanah yang akan dianalsis.

Pembuatan Larutan Pengekstrak Metode Mehlich 3:
(1) Ditambahkan 8 liter air destilasi ke dalam tabung gelas ukuran 10 liter.
(2) Dilarutkan 200 gram Ammonium Nitrat (NH4NO3) ke dalam air destilasi tersebut.
(3) Ditambahkan 40 ml Larutan Stok NH4F-EDTA, lalu dicampur merata.
(4) Ditambahkan 115 ml asam asetat glacial (99,5%, 17,4 M).
(5) Ditambahkan 8,2 ml asam nitrat pekat (HNO3 68 s/d 70%, 15,5 M).
(6) Ditambahkan air destilasi sehingga volume larutan menjadi 2 liter, lalu dicampur merata, dan pH larutan harus tercapai pH 2,5. Larutan pengkestrak ini bisa digunakan untuk 400 sampel tanah yang akan dianalisis.


Cara Kerja:
(1) Diambil sampel tanah yang akan dianalisis dengan sendok stenlis steel, lalu ditimbang tanahnya seberat 2 gram. Lalu dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer ukuran 50 ml.

(2) Ditambahkan sebanyak 20 ml Larutan Pengekstrak ke dalam tabung Erlenmeyer tersebut, lalu dikocok dengan mesin pengocok dengan kecepatan kocok 200 gerakan per menit selama 5 menit pada suhu kamar 24oC s/d 27oC. (Rasio berat tanah dengan larutan pengekstraki adalah 1: 10).

(3) Jika diperlukan agar hasil penyaringan nanti jernih (tidak berwarna) bisa ditambahkan sebanyak 200 mg arang aktif DARCO G60.

(4) Dilakukan penyaringan terhadap larutan ekstrak tersebut dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 42 atau kertas saring yang serupa. Jika filtrat hasil saringan belum jernih bisa dilakukan penyaringan ulang.

(5) Dilakukan analisis pengukuran P dengan prinsip Colorimetry (perbedaan warna). Dilakukan juga terhadap Blanko dan terhadap Larutan Standard. Hasil perhitungan nilai analisis P dilakukan melalui kalibrasi terhadap kurva yang dihasilkan dari hasil pengukuran terhadap larutan standar.



Perhitungan:
P terekstrak Mehlich 3 (mg P/kg tanah) = { (Cp x 0,020 Liter) / (0,002 kg tanah) }

Keterangan:
Cp = Hasil perhitungan dari analisis P tanah sample setelah dikalibrasi dengan kurva hasil pengukuran deret larutan standard.


Daftar Pustaka:

(A) Pustaka Utama:

Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods. University of Delaware. dalam Kovar J. L. And G. M. Pierzynski. 2009. Methods of Phosphorus Analysis for Soils, Sediments, Residuals, and Waters. Second Edition. Southern Cooperative Series Bulletin No. 408. USDA-ARS National Soil Tilth Laboratory 2110 University Blvd. Ames, IA 50011-3120 and Department of Agronomy 2004 Throckmorton Plant Sciences Ctr. Kansas State University Manhattan, KS 66506-55


(B) Pustaka Tambahan:

Mehlich, A. 1984. Mehlich 3 soil test extractant: A modification of the Mehlich 2 extractant. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 15:1409-1416.

Tucker, M.R., 1992. Determination of phosphorus by Mehlich 3 extractant. In Donohue, S.J. (ed.) Reference Soil and Media Diagnostic procedure for the southern region of the United States. So. Coop. Series Bulletin 374. Va. Agric. Exp. Station, Blacksburg, VA. p. 9-12.

Sims, J. T. 1989. Comparison of Mehlich 1 and Mehlich 3 extractants for P, K, Ca, Mg, Mn, Cu, and Zn in Atlantic Coastal Plain soils. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 20:1707-1726.

Tran, T. Sen and R.R. Simard. 1993. Mehlich 3 extractable elements. p. 43-49. In M.R. Carter (ed.) Soil Sampling and Methods of Analysis. Can. Soc. Soil Sci., Ottawa, Ontario.

Tran, T. Sen, M. Giroux, J. Guilbeault, and P. Audesse. 1990. Evaluation of Mehlich 3 extractant to estimate available P in Quebec soils. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 21:1-28.

Wolf, A.M. and D.E. Baker. 1985. Comparison of soil test phosphorus by the Olsen, Bray P1, Mehlich 1 and Mehlich 3 methods. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 16:467-48.
19:28

Analisis P Tanah Metode Mehlich 1



Analisis P Tanah Metode Mehlich 1

Sejarah Metode Mehlich:
Analisis P tanah metode Mehlich 1 dikenal sebagai “Pelarut Asam Ganda” atau “Ekstrak North Carolina”, dikembangkan pada awal tahun 1950 oleh Mehlich dan rekan kerjanya (Mehlich, 1953; Nelson et al., 1953). Di Amerika Serikat, analisis P tanah dengan metode Mehlich 1 merupakan prosedur analisis utama yang digunakan di Atlantik Tengah dan Tenggara. Metode Mehlich 1 merupakan salah satu prosedur pengekstrak multi elemen seperti untuk element P, K, Ca, Mg, Cu, Fe, Mn, dan Zn. Metode Mehlich 1 dapat mengekstraksi P dari bentuk Aluminium Fosfat, Besi Fosfat dan Kalsium Fosfat.

Teori:
Analisis P tanah metode Mehlich 1 sangat sesuai untuk menganalisis tanah asam (pH <>
Berdasarkan hasil penelitian Kuo (1996) dilaporkan bahwa metode Mehlich 1 kurang tepat jika digunakan pada tanah berkapur atau tanah alkalin, sebab pada tanah tersebut akan terekstrak sebagian besar P-non labil tanah pada pH > 6,5 , tanah tersebut mengandung batuan fosfat, kapasitas tukar kation (KTK) tanah tersebut tinggi dan juga berkejenuhan basa tinggi. Pada tanah berkapur atau tanah alkalin tersebut, proses pengasaman akibat larutan ekstraksi dari metode Mehlich 1 menjadi ternetralkan, sehingga menurunkan kemampuan larutan asam tersebut dalam mengekstraksi P. Hal yang sama terjadi juga dalam penurunan efisiensi ekstraksi P yang disebabkan liat, aluminium hidrokisida, dan besi oksida (Nelson et al., 1953; Lins & Cox, 1989).

Nilai Optimum:
Nilai hasil analisis P tanah dengan metode Mehlich 1 sebesar 20 mg P/kg tanah s/d 25 mg P/kg tanah merupakan nilai optimum untuk pertumbuhan tanaman. Nilai ini bervariasi tergantung dari perbedaan tipe tanah dan perbedaan sistem budidaya tanaman. Seperti yang disampaikan oleh Kamprath dan Watson (1980) bahwa untuk tanah berpasir hasil analisis P tanah dengan metode Mehlich1 sebesar 20 mg P/kg tanah s/d 25 mg P/kg tanah merupakan nilai optimum untuk pertumbuhan tanaman. Akan tetapi untuk tanah bertekstur lebih halus hasil analisis P tanah sebesar 10 mg P/kg tanah sudah mencukupi kebutuhan tanaman. Nilai yang diperoleh tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Lin dan Cox (1989).

Alat-alat yang digunakan:
(1) Ayakan No. 10 untuik menghasilkan sampel tanah berukuran 2 mm.
(2) Sendok stainlis steel dengan standar 5 cm3 dan 1 cm3.
(3) Dispenser otomatis untuk ekstraktan yang berkapasitas 25 ml.
(4) Tabung erlenmeyer kapasitas 50 ml.
(5) Corong untuk proses penyaringan (ukuran 9 dan 11 cm).
(6) Rak tabung reaksi.
(7) Mesin pengocok dengan kecepatan kocok 180 gerakan per menit.
(8) Kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.

Larutan yang digunakan:
Larutan ekstraksi Mehlich 1 (0,0125 M H2SO4 + 0,05 M HCl). Larutan ini disebut juga sebagai ”Pelarut Asam Ganda” atau ”Ekstrak North Carolina”. Digunakan tabung gelas silinder dan ditambahkan kedalamnya 167 ml HCL 12 M,dan ditambahkan 28 ml H2SO4 18 M, lalu valumenya dijadikan 35 liter dengan menambahkan air bebas ion, dan selanjutnya volume dijadikan 40 liter dengan menambahkan air bebas ion. Diaduk agar tercampur secara merata dan terbebaskan gelembung udara, dan biarkan selama 3 jam.

Cara Kerja:
(1) Digunakan sendok steenlis steel untuk mengambil sampel tanah yang berukuran 2 mm untuk ditimbang seberat 5 gram.
(2) Tanah yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer ukuran 50 ml.
(3) Jika diperlukan agar hasil filtrasi jernih (tidak berwarna) dapat ditambahkan 1 cm3 (200 mg) arang DARCO G60.
(4) Ditambahkan 20 ml larutan ekstraksi Mehlich 1, lalu dikocok selama 5 menit dengan mesin pengocok berkecepatan minimal 180 gerakan per menit pada suhu kamar (24oC s/d 27oC).
(5) Selanjutnya larutan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.
(6) Diukur kandungan P larutan dengan prinsip kolorimetri (perbedaan warna) dengan menggunakan alat spektrofotometer.
(7) Dilakukan juga pengukuran terhadap Blanko dan Deret Larutan Standar.


Perhitungan:
P-terkekstrak metode Mehlich (mg P/kg tanah) = {(Cp x 0,020 liter)/(0,005 kg tanah)}

Keterangan:
Cp = hasil pengukuran konsentrasi P dari setiap sampel tanah yang telah dikalibrasi dengan kurva larutan standar.


Daftar Pustaka:

(A) Pustaka Utama:
Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods. University of Delaware. dalam Kovar J. L. And G. M. Pierzynski. 2009. Methods of Phosphorus Analysis for Soils, Sediments, Residuals, and Waters. Second Edition. Southern Cooperative Series Bulletin No. 408. USDA-ARS National Soil Tilth Laboratory 2110 University Blvd. Ames, IA 50011-3120 and Department of Agronomy 2004 Throckmorton Plant Sciences Ctr. Kansas State University Manhattan, KS 66506-55

(B) Pustaka Tambahan:
Kamprath, E.J. and M.E. Watson. 1980. Conventional soil and tissue tests for assessing the phosphorus status of soils. p. 433-469. In F. E. Khasawneh et al. (ed.) The role of phosphorus in agriculture. ASA, CSSA, and SSSA, Madison, WI.
Kuo, S. 1996. Phosphorus. p. 869-919. In D. L. Sparks. (ed.) Methods of Soil Analysis: Part 3- Chemical Methods. SSSA, Madison, WI.
Lins, I.D.G. and F.R. Cox. 1989. Effects of extractant and selected soil properties on predicting the optimum phosphorus fertilizer rate for growing soybeans under field conditions. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 20:310-333.
Mehlich, A. 1953. Determination of P, Ca, Mg, K, Na, and NH4. North Carolina Soil Test Division (Mimeo). Raleigh, NC.
08:29

Analisis P Tanah Metode P Olsen



Analisis P Tanah Metode P Olsen

Sejarah dari Metode P Olsen:
Metode analisis P tanah “P Olsen” atau metode Natrium Bikarbonat dikembangkan oleh Sterling R Olsen dan rekan kerjanya pada tahun 1954 (Olsen et al., 1954). Metode analisis P tanah ini bertujuan untuk memprediksi respons tanaman terhadap input pupuk P pada tanah berkapur. Metode ini digunakan terutama di Amerika Serikat bagian utara dan barat.

Teori Singkat:
Analisis P Olsen merupakan metode yang paling sesuai untuk tanah berkapur, terutama pada tanah-tanah dengan kandungan kalsium karbonat > 2%. Akan tetapi, dari beberapa hasil penelitian lain dilaporkan pula bahwa metode P Olsen cukup efektif juga untuk tanah asam (Fixen dan Grove, 1990).
Metode P Olsen berlandaskan penggunaan HCO3-, CO3-2, dan OH- pada pH 8,5. Larutan 0,5 M NaHCO3 yang digunakan akan menurunkan konsentrasi larutan dari Ca2+ terlarut dengan terbentuk endapan CaCO3. Larutan 0,5 M NaHCO3 ini juga akan menurunkan kelarutan dari Al+3 dan Fe+3 dengan terbentuknya senyawa Al dan Fe Oksihidroksida. Reaksi-reaksi tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan kelarutan P tanah. Reaksi tersebut juga meningkatkan muatan negatif permukaan dan atau menurunkan jumlah sisi jerapan pada permukaan oksida Al dan Fe pada level pH yang tinggi dan terjadi pula pelepasan (desorption) P tersedia ke larutan tanah.

Nilai Optimum P Olsen:
Nilai P Olsen sebesar 10 mg P / kg merupakan nilai optimal bagi pertumbuhan tanaman. Nilai ini lebih rendah daripada nilai kritis yang digunakan pada nilai analisis P menggunakan metode Bray dan Kurtz P-1, metode Mehlich 1, dan metode Mehlich 3. Kondisi tersebut disebabkan karena larutan ekstrasi pada metode P Olsen membebaskan P tersedia dari berbagai tanah lebih sedikit dibandingkan dengan larutan ekstraksi asam yang digunakan pada metode analisis P lainnya.

Interpretasi Data Hasil Pengukuran:
Menurut Kuo (1996) bahwa untuk memperoleh hasil interpretasi yang lebih tepat terhadap hasil penetapan P menggunakan metode P Olsen dari berbagai tanah dengan sifat beragam memerlukan beberapa informasi tentang Kapasitas Serapan P tanah. Hal serupa juga disampaikan oleh Schoenau dan Karamanos (1993) bahwa hasil pengukuran P dari metode P Olsen perlu dibandingkan dengan ketersediaan P tanah dari tanah-tanah dengan sifat kimia P yang lebih beragam.

Alat-alat yang digunakan:
(1) Ayakan No. 10 untuik menghasilkan sampel tanah berukuran 2 mm.
(2) Sendok stainlis steel dengan standar 2 gram.
(3) Dispenser otomatis untuk ekstraktan yang berkapasitas 25 ml.
(4) Tabung erlenmeyer kapasitas 50 ml.
(5) Corong untuk proses penyaringan (ukuran 9 dan 11 cm).
(6) Rak tabung reaksi.
(7) Mesin pengocok dengan kecepatan kocok 200 gerakan per menit.
(8) Kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2 atau yang serupa.

Larutan Ekstraksi yang digunakan:
Larutan ekstraksi P Olsen (0,5 M NaHCO3 pH 8,5) dibuat dengan cara melarutkan 420 gram Natrium Bikarbonat atau NaHCO3 (grade komersial) dalam air destilasi dan dijadikan volume 10 liter. Pelarutan NaHCO3 ini dapat menggunakan mixer listrik. Digunakan NaOH 50% untuk menjadikan pH larutan ekstraksi mencapai pH 8,5.

Prosedur Kerja:
(1) Diambil sampel tanah dengan sendok stenlis steel untuk ditimbang tanah seberat 1 gram dan dimasukkan dalam tabung erlenmeyer 50 ml.
(2) Ditambahkan 20 ml larutan ekstraksi P Olsen ke dalam tabung erlenmeyer, kemudian dikocok selama 30 menit pada suhu ruangan 24oC s/d 27oC.
(3) Jika diperlukan agar larutan menjadi jernih (tidak berwarna) ditambahkan 1 cm3 (200 mg) arang aktif (DARCO G60).
(4) Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 40 atau yang serupa ini. Penyaringan dapat dilakukan berulang jika hasil penyaringan masih belum jernih.
(5) Dilakukan pengukuran P dengan prinsip kolorimetri (perbedaan warna biru) dengan menggunakan alat spektrofotometer.

Perhitungan:
P-Olsen (mg P/Kg tanah) = { (Cp x 0,020 liter) / (0,001 kg tanah)}

Keterangan:
Cp = Nilai hasil perngukuran P yang telah dikalibrasi dari kurva larutan standar. Satuan dari nilai Cp adalkah mg per liter.


Daftar Pustaka

(A) Pustaka Utama:
Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods. University of Delaware. dalam Kovar J. L. And G. M. Pierzynski. 2009. Methods of Phosphorus Analysis for Soils, Sediments, Residuals, and Waters. Second Edition. Southern Cooperative Series Bulletin No. 408. USDA-ARS National Soil Tilth Laboratory 2110 University Blvd. Ames, IA 50011-3120 and Department of Agronomy 2004 Throckmorton Plant Sciences Ctr. Kansas State University Manhattan, KS 66506-55

(B) Pustaka Tambahan:
Fixen, P.E. and J.H. Grove. 1990. Testing soils for phosphorus. p. 141-180. In R.L. Westerman (ed.) Soil Testing and Plant Analysis. SSSA, Madison, WI.
Kuo, S. 1996. Phosphorus. p. 869-919. In D.L. Sparks. (ed.). Methods of Soil Analysis: Part 3- Chemical Methods. SSSA, Madison, WI.
Olsen, S.R., C.V. Cole, F.S. Watanabe, and L.A. Dean. 1954. Estimation of available phosphorus in soils by extraction with sodium bicarbonate. USDA Circular 939. U.S. Government Printing Office, Washington D.C.
Schoenau, J.J. and R.E. Karamanos. 1993. Sodium bicarbonate extractable P, K, and N. p. 51-58. In M. R. Carter (ed.) Soil Sampling and Methods of Analysis. Can. Soc. Soil Sci., Ottawa, Ontario.
18:53

Metode dan Prinsip Analisis P Tanah


Prinsip dan Metode Analisis P Tanah

Analisis P tanah telah resmi digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1940-an dan sekarang telah menjadi analisis rutin di bidang pertanian. Tujuan utama dari analisis P tanah adalah untuk mengidentifikasi hasil uji konsentrasi P tanah yang optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang meliputi fase vegetatif tanaman dan fase generatif tanaman. Kebutuhan akan penambahan pupuk P ke dalam tanah atau pemupukan P, dan besarnya nilai keuntungan yang didapat secara ekonomi dari investasi berupa penambahan pupuk P akan dapat diprediksi.

Menurut Sims et al., (1998) bahwa tujuan lain dari dilakukannya analisis P tanah adalah:
(1) untuk mengetahui nilai Indeks kapasitas penyediaan P tanah, sehingga dapat memperkirakan waktu diperlukannya pemberian pupuk P.
(2) untuk mengelompokkan tanah berdasarkan sifat fisik dan kimia tanah dengan respons tanaman terhadap pemupukan P.
(3) untuk mengidentifikasi level kelebihan P yang akan berkontribusi terhadap polusi pada air permukaan.


Selain itu, Bray (1948) mengusulkan bahwa suatu analisis P tanah bisa diterima apabila memiliki karakterisitki berikut:
(1) Analisis P tanah harus dapat mengekstrak secara keseluruhan atau secara proporsional dari P tersedia untuk tanaman dari tanah yang berbeda sifat kimia dan mineraloginya.
(2) Analisis P tanah harus akurat dan cepat.
(3) Hasil ekstraksi P dari analisis P tanah tersebut harus berkorelasi erat dengan: (a) konsentrasi P tanaman, (b) pertumbuhan tanaman, dan (c) respons tanaman akibat penambahan pupuk P (Pupuk P Anorganik dan Pupuk P Organik).
(4) Analisis P tanah harus dapat secara akurat mendeteksi perbedaan konsentrasi P tanah yang disebabkan perbedaan taraf pupuk P yang diberikan.

Beberapa langkah utama yang tercakup dalam Program Analisis P Tanah disajikan dalam Tabel 1 (Sims et al., 1998). Berdasarkan perpestif bidang ilmu pertanian, jika langkah-langkah ini diikuti, maka Pengelolaan P Tanah akan berhasil dengan baik (sukses) dan menguntungkan secara ekonomi.

Selain hal diatas, jika tujuan dari Analisis P Tanah adalah untuk melakukan penilaian terhadap potensi dampak P tanah terhadap lingkungan, maka diperlukan analisis ulang secara menyeluruh terhadap setiap langkah dalam proses analisis P tanah tersebut dari koleksi sample tanah yang ada, sehingga dapat dilakukan interpretasi terhadap hasil tersebut.

Beberapa tulisan terbaru yang membahas tentang prinsisp-prinsip dan cara kerjanya yang berhubungan dengan analisis P tanah dan kaitannya dengan lingkungan disampaikan dalam tulisan berikut: Sibbesen and Sharpley (1997), Sims (1993), Sims (1997), Sims (1998), Sims et al. (2000). Selain itu, tulisan yang membahas tentang cara pengambilan sample tanah untuk analisis P tanah disajikan dalam tulisan Coale (2008).

Tujuan dari tulisan ini untuk memberikan gambaran dari 4 (empat) metode analisis P tanah yang paling umum digunakan di Amerika Serikat dan Kanada sampai dengan saat ini, yaitu:
(1) Metode Bray dan Kurtz P-1,
(2) Metode Mehlich 1,
(3) Metode Mehlich 3, dan
(4) Metode P Olsen.

Deskripsi rinci dari metode laboratorium dan prosedur kerja yang dilakukan untuk menentukan konsentrasi P tanah dari keempat metode disajikan dalam tulisan: (a) Carter dan Gregorich (2007), (b) Frank et al. (1998), (c) Kuo (1996), (d) SERA-IEG-6 (1992), (e) Sims dan Wolf (1995), (f) SPAC (1992).
Metode analisis P tanah yang lainnya yang sekarang juga digunakan di Amerika Serikat dan negara lain disajikan dalam Tabel 2. Tabel ini juga menyajikan referensi dari setiap metode tersebut.

Tabel 1.

Tabel 2.


Pustaka Utama:

Sims, T. J. 2009. Soil Test Phosphorus: Principles and Methods. University of Delaware. dalam Kovar J. L. And G. M. Pierzynski. 2009. Methods of Phosphorus Analysis for Soils, Sediments, Residuals, and Waters. Second Edition. Southern Cooperative Series Bulletin No. 408. USDA-ARS National Soil Tilth Laboratory 2110 University Blvd. Ames, IA 50011-3120 and Department of Agronomy 2004 Throckmorton Plant Sciences Ctr. Kansas State University Manhattan, KS 66506-5501.
02:17

Analisis P Tanah Metode Bray dan Kurtz P-1

Analisis P Tanah Metode Bray dan Kurtz P-1

Sejarah Penemuan Metode
Analisis P-tanah metode Bray dan Kurtz P-1 diperkenalkan oleh Roger Bray dan Touby Kurtz dari Stasiun Percobaan Pertanian Illionis pada tahun 1945 dan sampai sekarang banyak digunakan di Midwestern dan Utara Sentral Amerika Serikat (Bray and Kurtz, 1945; Frank et al., 1998).

Teori Singkat
Fosfor hasil ekstraksi dengan metode Bray dan Kurtz P-1 telah terbukti berkorelsi erat dengan respon hasil tanaman pada tanah sangat asam sampai netral di wilayah tersebut. Pada tanah asam, florida larutan ekstraksi Bray dan Kurtz P-1 dapat meningkatkan pelarutan P dari Aluminium Fosfat dengan cara menurunkan aktivitas Al dalam larutan melalui pembentukan berbagai kompleks Al-F. Florida juga efektif menekan terjadinya adsorpsi P lagi oleh koloid tanah. Sifat asam dari larutan ekstraktan (pH=2,6) juga memberikan kontribusi dalam pelarutan P-tersedia dari berbagai bentuk ikatan dengan Al, Ca dan Fe.
Analisis P-tanah metode Bray dan Kurtz P-1 tidak cocok digunakan untuk:
  1. Tanah bertekstur Liat dengan tingkat kejenuhan basa tinggi.
  2. Tanah bertekstur Lempung Liat Berdebu atau tanah bertekstur lebih halus yang berkapur atau memiliki nilai pH tinggi (pH > 6,8) atau memiliki nilai tingkat kejenuhan basa tinggi.
  3. Tanah dengan kandungan setara kalsium karbonat > 7% dari kejenuhan basa, atau
  4. Tanah dengan kandungan kapur tinggi ( > 2% CaCO3).
Pada tanah seperti diatas, terjadi dua reaksi yaitu: reaksi pertama adalah keasaman larutan ekstraksi bisa dinetralkan, kecuali rasio antara larutan ekstraksi dengan tanah ditingkatkan. Reaksi kedua, CaF2 yang terbentuk dari reaksi antara Ca+2 dalam tanah dengan F- yang ditambahkan dari larutan ekstraksi, dapat bereaksi dengan P-tanah dan terbentuk P-tanah immobile.
Kedua jenis reaksi tersebut mengurangi efisiensi ekstraksi P, sehingga menghasilkan nilai uji P tanah yang rendah. Selain itu, larutan ekstraksi Bray dan Kurtz P-1 dapat melarutkan P dari batuan fosfat, sehingga tidak dianjurkan penggunaan metode ini pada tanah yang tinggi kadungan batuan fosfatnya, karena akan diperoleh hasil pengukuran P tanah yang terlalu tinggi.
Nilai hasil pengukuran P tanah dengan metode Bray dan Kurtz P-1 sebesar 25 mg P/kg tanah sampai dengan 30 mg P/kg tanah sering dianggap ”Optimal” untuk pertumbuhan tanaman. Meskipun Holford (1980) melaporkan bahwa nilai kritis yang lebih rendah untuk tanah yang bersifat sangat buffer.


Alat-alat yang diperlukan:
  1. Ayakan tanah No. 10 untuk menghasilkan partikel tanah ukuran kurang dari 2 mm.
  2. Sendok stainles steel untuk menyendok sampel tanah seberat 2 gram.
  3. Ekstraktan dispenser otomatis yang berkapasitas 25 ml.
  4. Tabung erlenmeyer 50 ml, corong penyaring dan rak tabung reaksi.
  5. Mesin pengocok dengan kemampuan 200 gerakan permenit.
  6. Kertas saring yang tahan kondisi asam, seperti kertas saring Whatman No. 42 atau No. 2.


Larutan Yang akan digunakan:
Larutan ekstrasi Bray dan Kurtz P-1 (0,025 M HCl dalam 0,03 M NH4F). Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 11,11 g reagen grade Amonium Florida (NH4F) ke dalam 9 liter air suling. Berikutnya ditambahkan 250 ml dari larutan standar 1 M HCl dan selanjutnya volumenya dibuat menjadi 10 liter dengan ditambahkan air suling. Aduk secara merata. Selanjutnya, pH larutan yang dihasilkan harus pH 2,6 + 0,05. Penyesuaian terhadap pH yang dibuat tersebut menggunakan HCL atau Amonium Hidroksida (NH4OH). Larutan ekstraksi Bray dan Kurtz P-1 ini disimpan dalam Guci polietilen sampai digunakan.

Prosedur Kerja:
  1. Diambil sampel tanah dengan sendok stenlis steel dan ditimbang seberat 2 gram, lalu dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer ukuran 50 ml.
  2. Ditambahkan 20 ml larutan ekstraksi Bray dan Kurtz P-1 (0,025 M HCl dalam 0,03 M NH4F), lalu dikocok dengan mesin pengocok dengan kecepatan kocok 200 gerakan per menit selama 5 (lima) menit pada suhu kamar (24oC s/d 27oC).
  3. Jika diperlukan agar diperoleh hasil saringan yang tidak berwarna (jernih) ditambahkan 1 cm3 ( sekitar 200 mg) arang atau karbon aktif (Darco G60).
  4. Disaring larutan yang telah dikocok tersebut dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 42. Apabila larutan hasil penyaringan belum jernih maka dapat dilakukan penyaringan ulang.
  5. Dilakukan pengukuran P tanah tersebut dengan sistem kolorimeter menggunakan alat spektrofotometer. Pengukuran P dilakukan juga terhadap larutan Blanko dan larutan Standar yang telah disiapkan.





Keterangan:
Cp = Konsentrasi P berdasarkan pembacaan pada spektrofotometer yang telah dikalibrasi dengan kurva hasil penetapan P dari deret larutan standar.


Daftar Pustaka:

(A) Pustaka Utama:
Kovar J. L. And G. M. Pierzynski. 2009. Methods of Phosphorus Analysis for Soils, Sediments, Residuals, and Waters. Second Edition. Southern Cooperative Series Bulletin No. 408. USDA-ARS National Soil Tilth Laboratory 2110 University Blvd. Ames, IA 50011-3120 and Department of Agronomy 2004 Throckmorton Plant Sciences Ctr. Kansas State University Manhattan, KS 66506-5501.

(B) Pustaka Tambahan:
Bray R.H., and L.T. Kurtz. 1945. Determination of total, organic and available forms of phosphorus in soils. Soil Sci. 59:39-45.
Frank, K.D. Beegle, and J. Denning. 1998. Phosphorus. p. 21-30. In J. R. Brown (ed.) Recommended Chemical Soil Test Procedures for the North Central Region. North Central Reg. Res. Publ. No. 221 (revised).
Holford, I.C.R. 1980. Greenhouse evaluation of four phosphorus soil tests in relation to phosphate buffering and labile phosphate in soils. Soil Sci. Soc. Am. J. 44:555-559.

 http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/bahan-organik-tanah.html

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "analisis p tanah dan jerapan"