Pages

Saturday, June 30, 2012

Tips Membuat Titik-Titik Pada Halaman Daftar Isi Secara Rapih


Daftar Isi merupakan halaman penting dalam suatu karya tulis ilmiah, baik berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, buku, dan karya tulis ilmiah lainnya, karena dengan adanya halaman ini, memudahkan bagi pembaca untuk menemukan topik tertentu dalam sebuah karya tulis ilmiah. Selain itu, dengan Daftar Isi pula, memudahkan pembaca untuk mempelajari pokok-pokok bahasan dari sebuah karya tulis yang akan dibacanya. Namun demikian, mungkin Anda adalah salah satu dari sekian banyak orang yang kebingungan ketika harus membuat sebuah daftar isi yang baik dan rapi, terlebih harus merapikan posisi titik-titik dalam sebuah halaman daftar isi.
Pada tulisan ini, saya akan mencoba memberikan tips cara membuat titik-titik pada daftar isi dengan rapi menggunakan Microsoft Office 2007.
Langkah pertama, bukalah program microsoft office sehingga muncul lembar kerja yang masih kosong. Lalu, pastikan batang “ruler” yang ada pada lembar kerja dalam keadaan aktif. Jika belum aktif, aktifkan dengan memilih menu “view” lalu beri centang pada “ruler”, seperti gambar di bawah :
Pada lembaran kerja yang masih kosong, pada baris pertama ketikkan “DAFTAR ISI”.
Pada baris kedua, ketikkan “KATA PENGANTAR”
Pada posisi kursor sebaris dengan KATA PENGANTAR, klik pada area batang ruler yang berwarna putih sehingga muncul tanda seperti huruf “L” berwarna hitam. Buatlah tanda tersebut sebanyak 2 buah, dan aturlah posisinya seperti gambar berikut:
Langkah selanjutnya adalah klik dua kali salahsatu tanda “L” yang berwarna hitam di atas hingga muncul jendela seperti di bawah ini:
Lalu aturlah hal-hal sebagai berikut :
Nilai pada tab stop position abaikan (seperti apa adanya)
Nilai pada default tab stops abaikan (seperti apa adanya)
Pada Alignment klik “Right”
Lalu Klik tombol Set
Nilai angka-angka yang lain abaikan
Lalu Klik OK
Setelah itu, perhatikan bahwa salah satu tanda “L” berganti posisi menjadi seperti “L” terbalik sebagaimana gambar berikut:
Langkah selanjutnya, masih pada posisi kursor sebaris dengan KATA PENGANTAR, pada papan keyboard tekan tombol Tab, sehingga posisi kursor meloncat pada tanda “L” terbalik, lalu tekan tombol titik pada keyboard sehingga titik-titik memenuhi tanda L terbalik menuju KATA PENGANTAR. Atur agar titik-titik tidak menabrak KATA PENGANTAR dan tidak berlebihan keluar dari tanda L terbalik sebagaimana gambar berikut :
Langkah selanjutnya adalah tekan sekali lagi tombol Tab pada papan keyboard, sehingga kursor meloncat pada tanda L yang kedua, lalu isikan angka halaman untuk KATA PENGANTAR (biasanya halaman i).
Selesai membuat titik-titik dan mengisi nomor halaman pada KATA PENGANTAR, selanjutnya tekan tombol enter, maka tanda L yang telah anda buat pada langkah sebelumnya akan terbawa pada baris selanjutnya. Artinya, Anda tidak perlu lagi mengulangi langkah di atas, yang diperlukan adalah melanjutkan mengetik elemen dari DAFTAR ISI, seperti DAFTAR ISI, ABSTRAK, dan lain-lain.
Perhatikan gambar di bawah ini:
Catatan : posisi tanda tab (L) di atas dapat anda atur dengan mendrag salah satu tanda tab (L) lalu geser sesuai posisi yang diinginkan.
Selamat mencoba
Oleh : Husnul Yakin Ali

 http://husnulyakin.wordpress.com/2012/02/09/tips-membuat-titik-titik-pada-halaman-daftar-isi-secara-rapih/

Monday, June 18, 2012

laporan praktikum mikroba


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semua makhluk hidup membutuhkan nutrien untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Nutrien merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun komponen-komponen seluler baru dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses kehidupan sel.
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut medium. Sedangkan medium itu sendiri sebelum digunakan haris dalam keadaan steril artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam medium, maka diperlukan persyaratan tertentu yaitu diantaranya bahwa di dalam medium harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba.
Oleh karena hal tersebut, maka diadakan praktikum ini guna menambah keterampilan dan pengetahuan kita mengenai cara pembuatan medium pertumbuhan mikroba.
Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan medium seperti medium NA (Nutrien Agar), NB (Nutrien Broth), PDA (Potato Dekstrosa Agar), TEA (Tauge Ekstrak Agar), TEB (Tauge Ekstrak Broth), dan LB (Lactose Broth) serta mengetahui fungsi dari masing-masing medium tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi, karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan. Enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila makanan tersebut sudah ada (Kusnadi dkk, 2003).
Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan atau mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya pembiakan bakteri dan jamur dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan yang akan dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika sewaktu-waktu kita memerlukan bakteri dan jamur untuk suatu percobaan, maka bakteri dan jamur tersebut telah tersedia. Biakkan bakteri dan jamur tersebut dapat disimpan di dalam lemari es untuk waktu yang lama tanpa ada kerusakan.
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat (Hadioetomo, 1993).
Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Pertumbuhan ketahanan bakteri bergantung pada pengaruh luar seperti makanan (nutrisi), atmosfer, suhu, lengas, konsentrasi ion hidrogen, cahaya, dan berbagai zat kimia yang dapat menghambat atau membunuh.
Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah sebagai berikut:
Sumber energi yang diperlukan untuk reaksi-reaksi sintesis yang membutuhkan energi dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan keseimbangan cairan, gerak, dan sebagainya
Sumber karbon.
Sumber nitrogen sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat.
Sumber garam-garam anorganik, khususnya fosfat dan sulfat sebagai anion; dan potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.
Berdasarkan komposisi/susunan kimia bahan penyusunnya, media yang digunakan untuk menumbuhkan mikrobia dibagi atas 5 yaitu:
Medium organik; yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan organik.
Medium anorganik; yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan anorganik
Medium sintetik, yaitu media yang tersusun atas senyawa yang tidak diketahui komposisi kimianya secara tepat. Media tersebut berisi garam anorganik misalnya asam amino, asam lemak, alkohol, karbohidrat atau senyawa organik serta serta vitamin-vitamin.
Media nonsintetik, adalah media yang tidak diketahui komposisi kimianya secara pasti. Beberapa dari komposisi yang ditambahkan misalnya ekstak beef, ekstrak yeast, pepton, darah, serum dan casein hidrolisat. Contoh media non sintesis NA, NB, PDA.
Menurut Dwidjoseputro , selanjutnya medium buatan manusia itu dapat berupa:
Medium Cair
Medium cair yang biasa dipakai ialah air kaldu yang disiapkan sebagai berikut. Kepada 1 liter air murni ditambahkan 3 gr kaldu daging lembu dan 5 gr pepton. Pepton ialah protein yang terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai, dan pada putih telur. Pepton mengandung banyak N2, sedang kaldu berisi garam-garam mineral dan lain-lainnya lagi. Medium ini kemudian ditentukan pHnya 6,8 sampai 7, jadi sedikit asam atau netral; keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti tersebut diatas masih perlu disaring untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi. Penyaringan dapat dilakukan dengan kertas saring. Setelah tabung berisi medium kaldu tersebut disumbat dengan kapas, dan dapatlah dimasukkan ke dalam alat pensteril.
Medium kental (padat)
Dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang dipotong-potong serupa silinder untuk medium.silinder kentang mentah dibuat dengan pipa besi, lalu potongan-potongan itu dimaksudkan untuk ke dalam tabung reaksi. Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan setelah itu disterilkan di dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali,permukaan atas dari silinder kentang dapat ditanami bakteri
Suatu penemuan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar, dan kemudian dibiarkan mendingin, maka diperolehlah medium padat. Agar-agar ialah sekedar zat pengental, dan bukan zat makanan bagi bakteri.
Medium yang diperkaya
Kebanyakan bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti disebut di atas. Tetapi bakteri patogen seperti Brucella abortus, Mycobacterium tuberculosis, Diplococcus pneumoniae, dan Neisseria gonorrhoeae memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak mengandung fibrinogen lagi. Fibrinogen adalah zat yang menyebabkan darah menjadi kental, apabila keluar di luka. Serum atau darah itu dicampurkan ke dalam medium yang sudah disterilkan. Jika pencampuran ini dilakukan sebelum sterilisasi, maka serum atau darah tersebut akan mengental akibat pemanasan. Pada medium buatan Loeffler, serum dicampurkan di dalam dasar makanan sebelum sterilisasi. Medium ini baik sekali untuk memelihara basil-basil dipteri. Juga medium yang memerlukan tambahan putih telur dibuat dengan cara demikian. Seringkali orang menambahkan susu atau air tomat kepada dasar makanan untuk menumbuhkan Lactobacillus dan beberapa spesies lainnya.
Medium yang kering
Pekerjaan laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan telah adanya bermacam-macam medium yang tersedia dalam bentuk serbuk kering. Untuk menyiapkan medium tersebut, cukuplah orang mengambil sekian gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan dalam sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilkan. Penentuan pH tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada pembuatan serbuk. Periksalah “Difco Manual of dehyclinical culture media and reagents for microbiological and clinical laboratory procedures”.

BAB III
METODE PRATIKUM
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada:
Hari/tanggal : Kamis/14 November 2009
Waktu : Pukul 15.00 s.d. 19.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Gedung B Lt. III
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar, Samata Gowa.
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah otoklaf, erlenmeyer, gelas kimia, pisau, batang pengaduk, corong, neraca analitik, lemari pendingin, dan kompor.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu alkohol, kapas, kertas koran, tissu, kertas saring, dan aluminium foil.

Medium Nutrien Agar (NA)
Ekstrak daging (beef) : 1,5 gram
Pepton : 2,5 gram
Bacto Agar : 7,5 gram
Air Suling : 500 ml
Medium Nutrien Broth (NB)
Ekstrak daging (beef) : 1,5 gram
Pepton : 2,5 gram
Air Suling : 500 ml
Potato Dekstrosa Agar (PDA)
Kentang : 50 gram
Dekstrosa : 3,75 gram
Bacto Agar : 3,75 gram
Air Suling : 250 ml
Tauge Ekstrak agar (TEA)
Tauge : 5 gram
Sukrosa : 3 gram
Bacto Agar : 0,75 gram
Air Suling : 50 ml
Tauge Ekstrak Broth (TEB)
Tauge : 5 gram
Sukrosa : 3 gram
Air Suling : 50 ml
Lactose Broth (LB)
Ekstrak daging (beef) : 1,5 gram
Pepton : 2,5 gram
Lactosa : 2,5 gram
Air Suling : 500 ml
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja praktikum ini yaitu:
Medium Nutrien Agar (NA)
Menimbang dengan teliti masing-masing bahan, melarutkan dalam air suling 500 ml, melakukan pemanasan sambil mengaduk hingga homogen.
Menutup wadah dengan baik menggunakah kapas dan aluminium foil, mensterilkan dengan menggunakan otoklaf pada tekanan 2 atm, suhu 121°C selama 15 menit.
Medium Nutrien Broth (NB)
Menimbang dengan teliti masing-masing bahan, melarutkan dalam air suling 500 ml, melakukan pemanasan sambil mengaduk hingga homogen.
Menutup wadah dengan baik menggunakah kapas dan aluminium foil, mensterilkan dengan menggunakan otoklaf pada tekanan 2 atm, suhu 121°C selama 15 menit.
Potato Dekstrosa Agar (PDA)
Menimbang bahan dengan teliti, memotong dengan kecil kentang seperti dadu,
Merebus kentang dalam 250 ml air suling hingga mendidih selama ± 20 menit, lalu menyaring dengan kertas saring.
Menambahkan air hingga 250 ml.
Memasukkan dekstrosa dan bacto agar kemudian mengaduk hingga homogen.
Menutup mulut tabung dengan menyumbatnya dengan kapas lalu membungkus dengan aluminium foil. Mensterilkan dalam otoklaf.
Tauge Ekstrak agar (TEA)
Menimbang bahan dengan teliti, merebus tauge dalam air suling 50 ml hingga mendidih selama ± 15 menit, menyaring dengan kertas saring.
Memasukkan sukrosa dan bacto agar, mengaduk hingga homogen kemudian menutup wadah dan selanjutnya mensterilkan dalam otoklaf.
Tauge Ekstrak Broth (TEB)
Menimbang bahan dengan teliti, merebus tauge dalam air suling 50 ml hingga mendidih selama ± 15 menit, menyaring dengan kertas saring.
Memasukkan sukrosa, mengaduk hingga homogen kemudian menutup wadah dan selanjutnya mensterilkan dalam otoklaf.
Lactose Broth (LB)
Menimbang seluruh bahan dengan teliti kemudian melarutkan dalam aquadest 500 ml. mengaduk hingga homogen (melakukan pemansan bila perlu).
Menutup wadah dengan kapas dan aluminium foil, lalu mensterilkan dalam otoklaf.
Analisis Data
Medium Nutrien Agar (NA) (Air suling = 500 ml)
Ekstrak daging (beef) : (1,5 )/500 ×500 =1,5 gram
Pepton : (2,5 )/500 ×500 =2,5 gram
Bacto Agar : (7,5 )/500 ×500 =7,5 gram
Air Suling : 500/500 ×500 =500 ml
Medium Nutrien Broth (NB) (Air suling = 500 ml)
Ekstrak daging (beef) : (1,5 )/500 ×500 =1,5 gram
Pepton : (2,5 )/500 ×500 =2,5 gram
Air Suling : 500/500 ×500 =500 ml
Potato Dekstrosa Agar (PDA) (Air suling = 250 ml)
Kentang : 100/500 ×250 =50 gram
Dekstrosa : 7,5/500 ×250 =3,75 gram
Bacto Agar : 7,5/500 ×250 =3,75 gram
Air Suling : 500/500 ×250 =250 ml
Tauge Ekstrak agar (TEA) (Air Suling = 50 ml)
Tauge : 50/500 ×50 =5 gram
Sukrosa : 30/500 ×50 =3 gram
Bacto Agar : 7,5/500 ×50 =0,75 gram
Air Suling : 500/500 ×50 =50 ml
Tauge Ekstrak Broth (TEB) (Air Suling = 50 ml)
Tauge : 50/500 ×50 =5 gram
Sukrosa : 30/500 ×50 =3 gram
Air Suling : 500/500 ×50 =50 ml

Lactose Broth (LB) (Air suling = 500 ml)
Ekstrak daging (beef) : (1,5 )/500 ×500 =1,5 gram
Pepton : (2,5 )/500 ×500 =2,5 gram
Lactose : (2,5 )/500 ×500 =2,5 gram
Air Suling : 500/500 ×500 =500 ml
Pembahasan
Nutrien Agar (NA)
Medium NA berdasarkan susunan kimianya merupakan medium non sintetik/semi ilamiah, berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat. Medium ini digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Komposisi NA yang terdiri dari:
Ekstrak beef berfungsi sebagai sumber karbohidrat, mengandung senyawa nitrogen organik yang dibutuhkan mikroba.
Pepton merupakan sumber protein dan penghasil nitrogen.
Bacto agar berfungsi sebagai pemadat medium
Aquadest berfungsi sebagai pelarut.
Nutrien Broth (NB)
Medium NB berdasarkan konsistensinya termasuk medium cair. Dikatakan medium cair karena pada komposisinya tidak terdapat bacto agar sebagai pemadat medium. Berdasarkan susunan kimianya termasuk medium non sintetik/ semi alamiah. Medium NB ini digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Komposisinya adalah:
Ekstrak beef sebagai sumber karbohidrat, mengandung nitrogen dan bermacam-macam vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba.
Pepton merupakan sumber protein dan mengandung unsur nitrogen dan karbohidrat.
Aquadest selain berfungsi sebagai sumber oksigen, juga berfungsi sebagai pelarut sehingga memberi konsistensi cair pada mdium.
Potato Dekstrosa Agar (PDA)
Medium ini menurut konsistensinya termasuk medium padat, berdasarkan susunan kimianya termasuk non sintetik/semi alamiah. Medium PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur (kapang). Komposisinya terdiri dari:
Dekstrosa berfungsi sebagai sumber karbon.
Kentang sebagai sumber karbohidrat.
Bacto agar berfungsi memadatkan medium
Aquadest berfungsi sebagai pelarut dan sumber oksigen.
Tauge Ekstrak Agar (TEA)
Medium ini berdasarkan konsistensinya termasuk medium padat karena terdapat agar sebagai bahan penyusunnya. Sedangkan berdasarkan susunan kimianya termasuk medium non sintetik/semi alamiah. Medium ini digunakan untuk pertumbuhan dan pembiakan khamir. Komposisinya terdiri dari:
Tauge yang berfungsi sebagai sumber-sumber zat organik yang dibutuhkan oleh khamir.
Sukrosa merupakan sumber karbohidrat bagi khamir, dimana setelah mengalami fermentasi, sukrosa akan berubah menjadi glukosa dan fruktosa yang juga dibutuhkan oleh khamir.
Bacto agar berfungsi memadatkan medium
Aquadest digunakan untuk melarutkan bahan pada medium tersebut.
Tauge Ekstrak Broth (TEB)
Medium Tauge Ekstrak Broth merupakan medium yang bersifat non sintetik. Sedangkan berdasarkan konsistensinya, termasuk medium cair. Medium ini juga digunakan untuk pertumbuhan dan pembiakan khamir. Komposisinya sama dengan medium TEA, hanya saja pada medium ini, tidah ada penambahan agar untuk konsistensinya. oleh karena pada komposisinya tidak terdapat agar sehingga medium ini disebut medium cair
Lactose Broth (LB)
Medium Lactose Broth merupakan medium yng konsistensinya termasuk medium cair. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini termasuk medium non sintetik dan berdasarkan fungsinya termasuk medium diperkaya karena pada medium ini ditambahkan za-zat tertentu, seperti lactose. Medium ini digunakan untuk memperbanyak bakteri Coliform. Komposisinya terdiri dari
Ekstrak beef yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat dan nitrogen yang dibutuhkan oleh bakteri.
Pepton merupakan sumber protein dan nitrogen serta karbohidrat.
Lactose merupakan sumber energi dan juga karbohidrat.
Aquadest sebagai sumber oksigen juga sebagai pelarut yang memberikan konsistensi cair pada medium.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa medium berdasarkan konsistensinya dibedakan menjadi 3, yaitu:
Medium padat yaitu medium yang konsistensinya bersifat padat. Medium yang tergolong medium padat yaitu Nutrien Agar (NA) yang berfungsi untuk pertumbuhan bakteri, Potato Ekstrak Dekstrosa (PDA) yang berfungsi menumbuhkan mikroba dari jamur (kapang), dan Tauge Ekstrak Agar (TEA) yang berfungsi untuk menumbuhkan khamir.
Medium cair yaitu medium yang konsistensinya bersifat cair. Medium yang tergolong medium cair yaitu NB (Nutrien Broth), TEB (Tauge Ekstrak Broth), dan LB (Lactose Broth). NB berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, TEB berfungsi untuk menumbuhkan khamir, dan LB berfungsi untuk memperbanyak bakteri Coliform.
Medium padat yang dapat dicairkan yaitu medium yang jika berada pada suhu rendah akan memadat dan jika ditempatkan pada kondisi yang panas maka akan mencair. Medium yang termasuk dalam medium ini adalah medium yang pada komposisinya terdapat bakto agar yang berfungsi sebagai pemadat medium, yaitu Nutrien Agar (NA), PDA (Potato Dekstrosa Agar), dan TEA (Tauge Ekstrak Agar).
Saran
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu, praktikan harus aktif dalam melakukan praktikum, harus teliti dalam menimbang bahan-bahan yang akan digunakan serta selalu memperhatikan kesterilan alat dan bahan yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1998.
Hafsah. Bahan Ajar Mikrobiologi Umum. Makassar: Program Studi Biologi UIN Alauddin Makassar, 2009.
Irianto, Koes. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung: Yrama Widya, 2006
“Mengenal Media Pertumbuhan Mikrobial”. http://rachdie.blogsome.com/2006/10/18/mengenal-media-pertumbuhan-mikrobial/ (Diakses tanggal 14 November 2009).
“Pembuatan Media Agar dan Sterilisasi dan Pembiakan Bakteri dan Jamur”. http:/makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/08/pembuatan-media-agar-dan-sterilisasi-dan.html (Diakses tanggal 14 November 2009).
“Pembuatan Media n Sterilisasi, http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/pembuatan-media-n-sterilisasi/ (Diakses tanggal 07 November 2009).
Unus, Sunarwiria. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: PT. Angkasa, 1985.
Valarine, Keanekaragaman Mikroorganisme pada Media Agar. http://beibsblogg.blogspot.com/2009/06/keanekaragaman-mikroorganisme-pada.html (Diakses tanggal 14 November 2009).

Tinggalkan Balasan

Ikuti

Get every new post delivered to your Inbox.

PEMANFAATAN MIKROORGANISME DALAM BIDANG PERTANIAN

PENDAHULUAN
Kondisi pertanian di Indonesia kian memprihatinkan. Banyak petani yang mengeluh karena harga beras turun, sementara mereka telah keluar modal sangat banyak sekali saat produksi, hal ini yg menyebabkan banyak petani yg tidak mau lagi menggarap sawahnya selain itu disebabkan pula oleh tekanan ekonomi, budaya dan   kebijakan pemerintah yang menyebabkan mereka makin terpuruk.

Banyak sekali ladang, Sawah yang tidak digarap. Petani mengeluhkan harga Pupuk yang mahal dan kondisi tanah yang rusak akibat penggunaan pestisida  kimia sementara ketika panen gabah dan hasil pertanian lainnya mereka hanya dihargai murah. Ribuan hektar sawah dan ladang menganggur, semangat petani pun berkurang karena tidak ada modal lagi untuk bertani sehingga mereka hanya bertahan untuk hidup dengan hasil pertanian seadanya. Nasib petani terpuruk karena penentuan harga pembelian sarana produksi pertanian serta harga jual hasil pertanian banyak ditentukan oleh perusahaan.
Petani harus segera menghilangkan ketergantungannya pada penggunaan sarana produksi pertanian yang dibuat pabrik. Potensi sumberdaya alam yang tersedia disekitar lahan pertanian perlu dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk serta pestisida. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu caranya adalah dengan pemanfaatan mikroorganisme yang berperan di sektor pertanian, contohnya seperti  pemanfaatan biofertilizer dalam pertanian organik, sebagai bioinsektisida dan sebagai agen biocontrol yang saat ini di dunia telah berkembang pesat. Berbagai negara seperti India, Thailand, Jepang, Cina, Brazil, Taiwan dan Negara maju lainnya telah lama beralih dari pupuk kimia ke arah pupuk biologi sebagai hasil penerapan pertanian organik.
Biofertilizer pada Pertanian Organik
Pertanian organik semakin berkembang dengan sejalan dengan timbulnya kesadaran akan petingnya menjaga kelestarian lingkungan dan kebutuhan bahan makanan yang relatif lebih sehat.dalam pertanian organik yang tidak meggunakan bahan kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida, biofertilizer atau pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan. Beberapa mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaosprillium, Azotobacter mikoriza perombak sellulosa dan efektif mikroorgnisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada pertanian organik, biofertilizer tersebut fungsinya antara lain membantu penyediaan hara pada tanaman, mempermudah penyediaan hara bagi tanaman membantu dekomposisi bahan organik, meyediakan lingkungn rhizosfer sehingga pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan dan produksi peningkatan tanaman.
Pemanfaatan Bakteri Rhizobium leguminosarum. sebagai biofertilizer
Klasifikasi ilmiah Rhizobium leguminosarum
Kingdom : Monera
Kelas : Psilopsida
Ordo : Psilotales
Family : Psilotaceae
Genus : Rhizobium
Species : Rhizobium leguminosarum
Bakteri Rhizobium bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Akar tanaman tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
Pemanfaatan Rhizobium dalam Produksi Pertanian Dilakukan Melalui:
  1. Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan mikrobia yang berperan dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen, mikrobia amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut fosfat), Sulfur (Mikrobia pengoksidasi sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan Al),
  2. Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan organisma pengganggu tanaman (OPT),
  3. Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi / penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),
  4. Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil fitohormon.
                                                       Skema Bakteri Rhizobium leguminasarum.  dalam mengikat nitrogen
Biopeptisida pada pertanian organik
Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi belum banyak dipakai.
Beberapa bakteri sekarang telah dikembangkan menjadi biopestisida. Secara ekologi, penggunaan biopestisida ini sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Hal ini dikarenakan adanya efek residu pestisida terhadap lingkungan termasuk manusia. Bakteri-bakteri tertentu dapat menghasilkan endotoksin yang dapat meracuni serangga hama tanaman tertentu. Sebagai contoh, di Amerika telah dikembangkan bakteri yang potensial menjadi biopestisida pada skala komersial, antara lain adalah Bacillus popilliae dengan merk dagang Doom or Japidemik, Bacillus thuringiensis dengan merk dagang Dipel, Thuricide, dan Agritol. Di Canada, pada tahun 1980 penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai biopestisida mencapai 4%, dan meningkat menjadi 63 % pada tahun 1990. Endotoksin yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensis aktif mematikan sebagian besar serangga yang termasuk dalam kelas Lepidoptera, Diptera, dan Coleoptera.
Pemanfaatan Bakteri Bacillus thuringiensis sebagai biopeptisida
Klasifikasi ilmiah Bacillus thuringiensis
Kerajaan          : Eubacteria
Filum                : Firmicutes
Kelas                 : Bacilli
Ordo                  : Bacillales
Famili               : Bacillaceae
Genus               : Bacillus
Spesies             : Bacillus thuringiensis
B. thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan kristal protein yang  bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses  sporulasinya. Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering disebut dengan σ- endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan protoksin yang jika larut  dalam usus serangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek (27- 149 kd) serta mempunyai sifat insektisi-dal. Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena ada-nya aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga dapat mengubah Bt-protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin. Toksin yang telah aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di midgut serangga. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya pori-pori (lubang yang sangat kecil) di sel membrane di saluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan osmotik dari sel –sel tersebut. Karena keseimbangan osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah dan menyebabkan matinya serangga.
Pemanfaatan Bacillus thuringiensis dalam Pertanian:
  1. Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang kentang colorado dan larva kumbang daun.
  2. Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis ulat tanaman pertanian.n
  3. Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan lalat hitam.
  4. Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat dan berbagai ulat, terutama ulat ngengat diamondback.
Skema Bt dalam membunuh serangga
Agen Biokontrol Pada pertanian Organik
Agen biokontrol ialah suatu mikroorganisme yang digunakan untuk menekan populasi serangga hama serendah mungkin hingga dapat mencegah kerugian yang di timbulkan tanpa mengganggu keseimbangan ekologis yang ada. Biokontrol dapat bersifat antagonis atau bahkan sebagai parasit.
Ditemukannya penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani saat ini, jamur ini banyak menyerang tanaman kentang, pisang, tomat, ubi jalar, strawberry dan bawang daun. Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik yang menyerang tanaman mulai dari perakaran sampai titik tumbuh. Salah satu alternatif untuk  menanggulangi hal tersebut yaitu dengan pengendalian untuk menekan populasi jamur Fusarium  dengan mengembangkan pengendalian secara hayati.
Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens Sebagai Agen Biokontrol Pada Pertanian Organik
Klasifikasi ilmiah Pseudomonas fluorescens
Kingdom         : Bacteria
Filum               : Proteobacteria
Kelas               : Gamma Proteobacteria
Ordo                : Pseudomonadales
Famili              : Pseudomonadaceae
Genus              : Pseudomonas
Species            : P. fluorescens
Pemanfaatan rhizobakteria di Jawa Barat dikembangkan sebagai biofungisida khususnya antara lain: Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus thuringiensis, Bacillus pantotkenticus , Burkholderia cepacia dan Pseudomonas fluorescens.
Bakteri Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri gram negative yang berbentuk batang yang menghuni tanah, tanaman dan air, bakteri ini dapat mengeluarkan senyawa antibiotik (antifungal), siderofor, dan metabolit sekunder lainnya yang sifatnya dapat menghambat aktivitas jamur Fusarium oxysporum. Senyawa siderofor, seperti pyoverdin atau pseudobacin diproduksi pada kondisi lingkungan tumbuh yang miskin ion Fe. Senyawa ini menghelat ion Fe sehingga tidak tersedia bagi mikroorganisme lain. Ion Fe sangat diperlukan oleh spora F. oxysporum untuk berkecambah. Dengan tidak tersedianya ion Fe maka infeksi F. oxysporum ke tanaman berkurang. Sementara senyawa antibiotik yang dihasilkan antara lain : phenazine-1-carboxylate, pyoluteorin, pyrrolnitrin, 2,4-diacetylphloroglucinol, phenazine-1-carboxyamide, pyocyanine, hidrogen cyanide dan viscosinamide. Produk yang telah dikomersialkan dari biofungisida antara lain: Bio-FOB, Bio-TRIBA, Mitol 20 EC dan Organo-TRIBA.
                                                                                                   Gambar 1. Produk FOB
                                                                                                                                   Gambar 2. Produk TRIBA
Pemanfaatan bakteri pseudomonas fluorescens dalam produk pertanian dilakukan melalui:
1. Pemberian Kultur Cair
2. Pemberian zat aktif biofungisida nabati
3. Pencampuran agen dalam proses pengomposan
Kajian Islam Tentang Mikrobiologi Pertanian
Surat Al-baqarah 164

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Makna ayat tersebut: Kandungan yang terdapat diatas menjelaskan bahwa bahwa semua jenis bakteri yang berasal dari mikrobiologi pertanian itu semua adalah ciptaan Allah Maha Kuasa. Dan juga dari penggalan bukti ayat-ayat Al-quran tersebut telah jelas bahwa kita sebagai orang yang beriman, yang yakin akan adanya sang Khalik harus percaya bahwa seluruh makhluk baik di langit dan di bumi, baik berukuran besar maupun kecil, bahkan sampai mikroorganisme (jasad renik) yang tidak dapat terlihat dengan mata telanjang adalah makhluk ciptaan Allah SWT, sehingga dengan mengetahui dengan adanya mikrobiologi lingkungan, pertanian maupun peternakan. Secara tidak langsung pengetahuan tentang aqidah kitapun semakin bertambah. Sesungguhnya manusia hanyalah sedikit pengetahuannya, jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT yang maha luas dan tak terbatas.
Surat An-Nahl 13
Artinya: dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
Makna ayat tersebut: Allah telah menciptakan berbagai macam makhluk hidup di bumi ini mulai dari yang bisa dilihat dengan mata sampai yang kasat mata. Itu merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Misalnya saja bakteri Bacillus thuringiensis  yang merupakan makhluk hidup mikroskopis yang diciptakan oleh Allah yang tidak hanya memberikan dampak negatif yaitu menghasilkan racun bagi serangga tetapi juga memberikan dampak positif dalam pertanian organik.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, A.K.2002. Mikrobiologi Terapan.Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.
Prihatini, T, A. Kentjanasari dan Subowo 1996. Pemanfaatan biofertilizer untuk peningkatan produktivitas lahan pertanian.
Anonymous.2011. Agen Biokontrol.www.google.com.http://210488.blogspot.com/2009/02/jamur-sebagai-agen-biokontrol-hama.html.Diakses tanggal 1 Januari  2011
Anonymous.2011.Bakteri Bacillus thuringiensis.www.wikipedia.org_Bacillus.Diakses tanggal 1 Januari 2011
Anonymous.2011. Agen Biofungisida.http://www.beswandjarum.com/article_download_pdf/article_pdf_21.pdf. Diakses tanggal 1 Januari 2011
Anonymous.2011. Bakteri Pseudomonas fluorescens.www.wikipedia.org_Pseudomona
 http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/05/pemanfaatan-mikroorganisme-dalam-bidang-pertanian/

Friday, June 15, 2012

Membuat Masker Sendiri



1.      Masker Tomat Dan Putih Telur
Hancurkan sebuah tomat, tambahkan 1 sdm putih telur. Oleskan pada wajah dan diamkan selama 15 – 30 menit. Cuci bersih wajah. Lakukan setiap minggu untuk mendapatkan kulit wajah yang halus. Lakukan 1 – 2 kali dalam seminggu.



2.      Masker Mengkudu
Kupas sebuah mengkudu, lalu hancurkan. Campur dengan 1 – 2 sdm madu dan 1 sdm putih telur. Aduk rata. Oleskan pada wajah. Diamkan selama 30 menit hingga masker mengering dan kulit terasa kencang. Bersihkan dengan air hangat dilanjutkan dengan air dingin. Lakukan 1 – 2 kali dalam seminggu. Tidak dianjurkan untuk mereka yang berkulit cenderung kering.

3.      Masker Bengkuang
Kupas sebuah bengkuang (yang kecil saja) lalu parut. Oleskan kewajah lalu diamkan 20 menit. Bersihkan dengan air. Lakukan satu kali dalam seminggu. Baik untuk mereka yang sering melakukan aktifitas diluar ruangan.



4.      Masker Jeruk Nipis
Cuci bersih sebuah jeruk nipis lalu iris. Ambil airnya untuk diminum. Gosokan kulit bagian dalam ke wajah yang sudah bersih. Diamkan 10 menit lalu bilas dengan air bersih. Baik digunakan untuk mengotrol minyak berlebih pada wajah.




5.      Masker Madu
Tim 3 sdm madu murni. Campur dengan 4 sdm mentimun parut dan 2 sdm putih telur. Oleskan pada wajah yang sudah dibersihkan. Diamkan ±15 menit. Bilas dengan air bersih. Lakukan seminggu sekali. Untuk kulit kering, cukup oleskan madu hangat ke wajah, kecuali mata tentunya.



6.      Masker Havermut
Ambil 3 sdm havermut. Tumbuk sebentar lalu campur dengan 2 sdm madu murni. Oleskan pada wajah, leher dan bagian tubuh lainnya yang sudah dibersihkan terlebih dulu. Diamkan ± 20 menit. Bersihkan dengan handuk bersih yang lembab dengan cara ditepuk hingga masker mulai rontok. Bilas dengan air bersih. Lakukan seminggu sekali untuk mendapatkan kulit mulus.



7.      Masker Coklat
Siapkan coklat batangan tanpa gula dengan kadar 70%. Tim hingga leleh. Diamkan hingga coklat agak hangat lalu oleskan pada wajah. Diamkan hingga coklat mengeras diwajah. Lalu bilas dengan air hangat.



8.      Masker Wortel
Kupas bersih sebuah wortel. Cuci lalu parut (blender lebih baik). Oleskan pada wajah. Diamkan hingga wortel mengering. Bilas dengan air hingga bersih. Masker ini dapat membantu menghaluskan kulit.



9.      Masker Minyak Zaitun
Oleskan langsung ke seluruh kulit sebelum tidur malam hari. Hindari pemakaian pada kulit yang sedang terluka. Baik digunakan bagi mereka yang kulitnya cenderung kering.



10.    Masker Mentimun
Sebuah mentimun ukuran kecil dan masih segar dicuci bersih. Parut mentimun lalu campur dengan 1 butir putih telur, aduk rata. Oleskan pada wajah, leher dan bagian tubuh lainnya. Diamkan ± 15 menit atau hingga mengering. Bilas dengan air hingga bersih. Lakukan seminggu sekali.



11.    Masker Teh
Seduh teh celup pada sore hari. Diamkan air teh tersebut hingga pagi keesokan hari. Gunakan air teh basi untuk mencuci wajah. Diamkan sebentar lalu bilas dengan air bersih. Jangan buang kantung teh. Taruh diatas mata yang terpejam. Dengan cara ini, dapat membantu menyegarkan mata.



Sunday, June 10, 2012

kadar air tanah

Latar Belakang
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang
menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.
Tinjauan Pustaka
Air terdapat di dalam tanah Alfisol ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat. (Hakim, dkk., 1986).
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat dan isi. Begitupula pada tanah Alfisol pada umunya, dasar penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat dari suatu contoh tanah yang lebih lembab setelah dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Kehilangan berat sama dengan berat air yang terdapat dalam contoh tanah. Kadar air (0) dihitung secara gravimetrik dengan satuan g / g, yaitu berat air yang terdapat di dalam suatu massa tanah kering (0 = tanah lembab-berat kering oven). (Pairunan, dkk., 1985)
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. (Hardjowigeno, S., 1992).
Daya pengikat butir-butir tanah Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan. (Syarief, 1998).
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. (Buckman dan Brady, 1982).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S., 1992).
 http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/kadar-air-tanah/

Saturday, June 9, 2012

unsur unsur isi proposal

Proposal Penelitian—1
UNSUR-UNSUR
PROPOSAL
PENELITIAN
Daftar Acuan:
Amirin, Tatang M. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktek. Penerbit Rineka Cipta,
Yogyakarta.
Castetter, William B. dan Heisler, Richard S. 1984. Developing and Defending A Dissertation Proposal.
Fourth Edition. Graduate School of Education, University of Pennsylvania, Philadelphia,
Pennsylvania.
Program Pasca Sarjana UGM. 1997. Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis. Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Digabung, diterjemahkan, disingkat dan dimodifikasi untuk kepentingan kuliah Metodologi Penelitian di
tingkat program pascasarjana oleh:
Achmad Djunaedi (2000).
Daftar Isi Bab ini: Halaman:
Unsur-unsur Isi Proposal & Keterkaitannya 2
Judul, Latar belakang, dan Rumusan permasalahan 3
Tujuan dan Lingkup penelitian 5
Tinjauan Pustaka 5
Landasan teori dan Hipotesis 6
Cara penelitian dan Jadwal penelitian 7
Daftar pustaka dan Lampiran 7
Hubungan antara Proposal dan Laporan penelitian 8
roposal atau usulan penelitian diperlukan untuk mengawali suatu kegiatan penelitian.
Propsoal tersebut perlu dikaji atau dievaluasi oleh pembimbing penelitian atau evaluator dari
pihak sponsor pemberi dana. Untuk memperlancar evaluasi atau kajian, proposal perlu
mengikuti format tertentu dalam hal susunan isi, pengetikan, dan pengesahan (yang diminta
oleh pembimbing atau evaluator). Dalam bab ini hanya format susunan isi yang dibahas,
sedangkan untuk format pengetikan dan pengesahan silahkan mengacu pada pedoman yang
berlaku.
P
2— Proposal Penelitian
Untuk membahas format susunan isi proposal penelitian, pertama dibahas unsurunsur
proposal beserta keterkaitan antar unsur tersebut. Bahasan selanjutnya menyangkut
tiap unsur, tetapi dibahas secara singkat dan dalam keterkaitannya dengan unsur -unsur
lainnya. Bahasan yang lebih panjang lebar dan terfokus hanya pada unsur-unsur—yang
dianggap terpenting—diberikan pada bab-bab tersendiri.
Unsur-unsur Isi Proposal dan Keterkaitannya
Secara umum, isi proposal penelitian meliputi.unsur-unsur sebagai berikut (menurut
pedoman penulisan tesis yang dikeluarkan oleh Program Pascasacrajan UGM, 1997):
1) Judul
2) Latar belakang & perumusan permasalahan (& keaslian penelitian, dan faedah yang
dapat diharapkan)
3) Tujuan dan Lingkup penelitian
4) Tinjauan Pustaka
5) Landasan Teori
6) Hipotesis
7) Cara penelitian
8) Jadwal penelitian
9) Daftar Pustaka
10) Lampiran
Keterkaitan antar unsur tersebut terlihat seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar Prop-1: Keterkaitan antar unsur proposal penelitian
(sumber: Castetter dan Heisler, 1984: 2, Fig. 1)
Latar belakang
Rumusan
permasalahan
Judul
Tinjauan
Pustaka
Daftar
Pustaka
Jadwal
Penelitian
Cara
Penelitian
Tujuan &
Lingkup
Catatan:
Utama
Pendukung
Proposal Penelitian—3
Dari gambar di atas terlihat bahwa ada tiga unsur yang menjadi “sentral” keterkaitan
unsur-unsur proposal, yaitu: (a) rumusan permasalahan, (b) tinjauan pustaka, dan (c) cara
penelitian. Rumusan masalah berfungsi mengarahkan fokus penelitian, sedangkan tinjauan
pustaka merupakan dialog dengan khazanah ilmu pengetahuan, dan cara (metode)
penelitian menjadi cetak biru (rancangan) untuk pelaksanaan penelitian. Karena ketiga unsur
ini menjadi sentral dari isi proposal penelitian, maka bahasan dimulai dari ketiga unusr
tersebut. Bahasan di bawah ini bersifat singkat, sedangkan bahasan yang lebih panjang lebar
diberikan dalam bab-bab tersendiri.
Judul, Latar belakang, dan Rumusan Permasalahan
Bagian pertama atau awal sebuah proposal dimulai dengan (1) judul, disusul dengan
(2) latar belakang, (3) rumusan masalah, (4) keaslian penelitian, dan (5) faedah atau manfaat
penelitian.
Judul proposal penelitian
Judul merupakan gerbang pertama seseorang membaca sebuah proposal penelitian.
karena merupakan gerbang pertama, maka judul proposal penelitian perlu dapat menarik
minat orang lain untuk membaca. Judul perlu singkat tapi bermakna dan tentu saja harus
jelas terkait dengan isinya. Judul karya ilmiah berbeda dengan judul novel atau semacamnya
dalam hal kejelasan kaitannya dengan isi. Judul novel cenderung menarik minat pembaca
dengan mencerminkan suatu “misteri” tentang isinya sehingga pembaca tergelitik ingin tahu
isinya. Contoh judul novel: “Di Balik Kegelapan Malam”. Judul penelitian ilmiah biasanya
tidak perlu dimulai dengan kata “Studi…”, “Penelitian…”, “Kajian..” dan sebagainya
karena hal itu terlalu berlebihan. Demikian pula contohnya dalam dunia novel, tidak ada
judul yang berbunyi “Novel tentang di balik kegelapan malam”.
Judul sering berubah-ubah, makin singkat, dan makin tajam (sejalan dengan makin
tajamnya rumusan permasalahan). Bila memang tidak dapat dipersingkat, meskipun tetap
panjang, maka judul dapat dibuat bertingkat, yaitu judul utama, dan anak judul. Penghalusan
atau perubahan judul juga perlu mempertimbangkan bahwa judul tersebut akan diakses
(dicari) dengan komputer, sehingga pakailah kata atau istilah yang umum dalam bidang
ilmunya.
4— Proposal Penelitian
Latar belakang
Dua pertanyaan perlu dijawab dalam rangka mengisi bagian latar belakang ini, yaitu:
Mengapa kita memilih permasalahan ini? Apakah ada opini independen yang menunjang
diperlukannya penelitian ini?
Untuk menjawab pertanyaan “mengapa kita memilih permasalahan ini?”, maka
langkah pertama, kita perlu memilih bidang keilmuan yang kita ingin lakukan penelitiannya.
Pemilihan bidang tersebut diteruskan ke sub-bidang dan seterusnya hingga sampai pada
topik tertentu yang kita minati. Langkah kedua, kita perlu melakukan kajian terhadap
pustaka berkaitan .kemajuan terakhir ilmu pengetahuan dalam topik tersebut—untuk
mencari peluang pengembangan atau pemantapan teori.
Minar maupun peluang tersebut seringkali didorong oleh isu nyata dan aktual—yang
muncul di jurnal ilmiah terbaru atau artikel koran bermutu atau pidato penting dan aktual,
atau direkomendasikan oleh penelitian sebelumnya.. Ini semua merupakan opini independen
yang menunjang diperlukannya penelitian yang diusulkan tersebut.
Rumusan pe rmasalahan
Rumusan permasalahan perlu dituliskan secara singkat, jelas, mudah dipahami dan
mudah dipertahankan. Rumusan yang tersamar terkandung dalam alinea tidak diharapkan
karena memaksa pembaca untuk mencari sendiri dan menginterpretasikan sendiri bagianbagian
dari alinea atau kalimat-kalaimat yang bersifat rumusan permasalahan. Tuliskanlah
rumusan permasalahan sebagai kalimat terakhir dari bagian ini agar mudah dibaca (dan
mudah dicari)—bahasan lebih panjang lebar tentang cara-cara merumuskan permasalahan
termuat di bab tersendiri.
Keaslian penelitian
Dalam bagian ini, pada dasarnya, perlu kita tunjukkan (dengan dasar kajian
pustaka) bahwa permasalahan yang akan kita teliti belum pernah diteliti sebelumnya. Tapi
bila sudah pernah diteliti, maka perlu kita tunjukkan bahwa teori yang ada belum mantap
dan perlu diuji kembali. Kondisi sebaliknya juga berlaku, yaitu bila permasalahan tersebut
sudah pernah diteliti dan teori yang ada telah dianggap mantap, maka kita perlu mengganti
permasalahan (dalam arti: mencari judul lain).
Faedah yang diharapkan
Dalam bagian ini perlu ditunjukkan manfaat atau faedah yang diharapkan dari
penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan atau pembangunan negara.
Manfaat bagi ilmu pengetahuan dapat berupa penemuan/pengembangan teori baru atau
pemantapan teori yang telah ada. Bagi pembangunan negara, apakah hasil penelitian ini
Proposal Penelitian—5
dapat diterapkan langsung ke praktek nyata? atau bila tidak langsung, jalur atau batu-batu
loncatannya apa saja?
Tujuan dan Lingkup Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan dengan kedudukan permasalahan penelitian dalam
khazanah ilmu pengetahuan (yang tercermin dalam tinjauan pustaka). Kedudukan
permasalahan—dilihat dari pandangan tertentu—mempunyai lima macam kemungkinan,
yaitu; ekplorasi (masih “meraba-raba”), deskripsi (menjelaskan lebih lanjut), eksplanasi
(mengkonfirmasikan teori), prediksi (menjelaskan hubungan sebab-akibat), dan aksi
(aplikasi ke tindakan). Pandangan yang lain (Castetter dan Heisler, 1984: 9) membedakan
tujuan penelitian (purpose of study) menjadi sembilan, yaitu:
1) mengkaji (examine), mendeskripsikan (describe), atau menjelaskan (explain) suatu
fenomena unik;
2) meluaskan generalisasi suatu temuan tertentu;
3) menguji validitas suatu teori;
4) menutup kesenjangan antar teori (penjelasan, explanasions) yang ada;
5) memberikan penjelasan terhadap bukti-bukti yang bertentangan;
6) memperbaiki metodologi yang keliru;
7) memperbaiki interpretasi yang keliru;
8) mengatasi kesulitan dalam praktek;
9) memperbarui informasi, mengembangkan bukti longitudinal (dari masa ke masa).
Seringkali untuk mencapai tujuan memerlukan waktu yang “terlalu” lama atau
memerlukan tenaga yang “terlalu” besar. Agar penelitian dapat dikelola dengan baik, maka
perlu dilakukan pembatasan terhadap pencapaian tujuan. Pembatasan tersebut dilakukan
dengan membatasi lingkup penelitian. Pernyataan batasan lingkup ini juga berfungsi untuk
lebih mempertajam rumusan permasalahan.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis dan bersifat diskusi tentang hasil-hasil
penelitian sebelumnya dan terkait serta ilmu pengetahuan mutakhir (berupa pustaka) yang
terkait dengan permasalahan. Tinjauan pustaka berbeda dengan resensi pustaka. Resensi
pustaka membahas pustaka satu demi satu, sedangkan tinjauan pustaka membahas
pustaka-pustaka per topik (bukan per pustaka), dalam bentuk debat atau diskusi antar
pustaka tentang suatu topik tertentu. Urutan topik diatur secara sitematis, dalam arti
6— Proposal Penelitian
terdapat suatu kerangka yang jelas dalam merangkai topik-topik tersebut dalam suatu
sistem.
Menurut Castetter dan Heisler (1984), tinjauan pustaka berfungsi:
1) untuk mempelajari sejarah permasalahan penelitian (sehingga dapat ditunjukkan
bahwa permasalahan tersebut belum pernah diteliti atau bila sudah pernah, teori yang
ada belum mantap);
2) untuk membantu pemilihan cara penelitian (dengan belajar dari pengalaman penelitian
sebelumnya);
3) untuk memahami kerangka atau latar belakang teoritis dari permasalahan yang diteliti
(hasil pemahaman tersebut dituliskan tersendiri sebagai “Landasan Teori”);
4) untuk memahami kelebihan atau kekurangan studi-studi terdahulu (tidak semua
penelitian menghasilkan temuan yang mantap);
5) untuk menghindarkan duplikasi yang tidak perlu (hasil fungsi ini dituliskan sebagai
“Keaslian penelitian”);
6) untuk memberi penalaran atau alasan pemilihan permasalahan (hasil fungsi ini
dituliskan sebagai “latar belakang”).
Catatan: Pustaka-pustaka yang diacu dalam tinjauan pustaka harus termuat informasinya
dalam “Daftar Pustaka”. Cara pengacuan secara konsisten perlu mengikuti corak (style)
tertentu.yang dianjurkan dalam pedoman penulisan tesis atau proposal penelitian.
Landasan Teori dan Hipotesis
Seperti diterangkan di bagian “Tinjauan Pustaka”, landasan teori diangkat
(disarikan) dari tinjauan pustaka tentang kerangka teori yang melatarbelakangi (menjadi
landasan) bagi permasalahan yang diteliti. Landasan teori merupakan satu set teori yang
dipilih oleh peneliti sebagai tuntunan untuk mengerjakan penelitian lebih lanjut dan juga
termasuk untuk menulis hipotesis. Landasan teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model
matematis, atau persamaan-persamaan. Catatan: untuk beberapa macam penelitian (misal
penelitian yang berbasis paradigma fenomenologi) tidak boleh atau tidak perlu mempunyai
landasan teori dan hipotesis..
Hipotesis memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori atau
tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara (dugaan) terhadap permasalahan yang
diteliti. Karena diangkat dari landasan teori, maka hipotesis merupakan “kesimpulan
teoritik” (hasil perenungan teoritis) yang perlu diuji dengan kenyataan empirik. Hipotesis
masih perlu diuji kebenarannya, maka isi hipotesis harus bersifat dapat diuji atau dapat
dikonformasikan.
Proposal Penelitian—7
Menurut Borg dan Gall (dalam Arikunto, 1998: 70), penulisan hipotesis perlu
mengikuti persayaratan sebagai berikut:
a) dirumuskan secara singkat tapi jelas;
b) dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih;
c) didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau peneliti yang terkait
(tercantum dalam landasan teori atau tinjauan pustaka).
Cara Penelitian dan Jadwal Penelitian
Secara umum, dalam cara penelitian perlu dijelaskan:
1) ragam penelitian yang dianut (Amirin, 1986: 89, menyebutkannya sebagai “corak”
penelitian)—lihat bab “Ragam Penelitian”;
2) variabel-variabel yang diteliti;
3) sumber data (tempat variabel berada; populasi dan sampelnya);
4) instrumen atau alat yang dipakai dalam pengumpulan data/survei (termasuk antara lain:
kuesioner);
5) cara pengumpulan data atau survei;
6) cara pengolahan dan analisis data.
Butir ke 5 dan 6 di atas juga dicerminkan dalam bentuk jadwal penelitian. Jadwal
penelitian menguraikan kegiatan dan waktu yang direncanakan dalam: (a) tahap-tahap
penelitian, (b) rincian kegiatan pada setiap tahap, dan (c) waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan tiap tahap. Jadwal dapat dipresentasikan dalam bentuk
tabel/matriks atau uraian narasi.
Daftar Pustaka dan Lampiran
Daftar Pustaka memuat informasi pustaka-pustaka yang diacu dalam proposal
penelitian. Kadangkala untuk menunjukkan bahwa peneliti membaca banyak pustaka, maka
dalam daftar pustaka dituliskan juga pustaka-pustaka yang nyatanya tidak diacu dalam
narasi proposal. Hal ini tidak dianjurkan untuk dilakukan, karena sudah umum bahwa
peneliti tentu membaca banyak pustaka dalam rangka penelitiannya.
Dalam daftar pustaka, biasanya, buku dan majalah tidak dipisahkan dalam daftar
sendiri-sendiri. Untuk penulisan daftar pustaka terdapat banyak corak tata penulisan—
ikutilah petunjuk yang berlaku dan terapkan corak tersebut secara konsisten.
Lampiran dapat diisi dengan materi yang “kurang penting” dalam arti “boleh dibaca
atau tidak dibaca”. Biasanya lampiran memuat antara lain: kuesioner dan daftar sumber data
8— Proposal Penelitian
yang akan dikunjungi atau diambil datanya. Sebaiknya jumlah halaman lampiran tidak terlalu
banyak agar tidak terasa lebih penting dibanding dengan isi utamanya.
Hubungan antara Proposal dan Laporan Penelitian
Penyusunan proposal sebenarnya merupakan kegiatan yang menerus, meskipun
pada saat yang telah ditetapkan kita harus memasukkan proposal untuk dievaluasi. Proposal
yang telah selesai dievaluasi dan diterima untuk dilaksanakan tetap harus dikembangkan
penulisannya. Isi proposal akan menjadi bahan awal bagi penulisan laporan penelitian, yaitu
terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Prop-1: Hubungan antara isi proposal dengan isi laporan penelitian
Isi Laporan penelitian Isi Proposal sebagai bahan awal*
laporan penelitian
Bab I. Pendahuluan - Latar belakang, rumusan permasalahan,
keaslian penelitian dan faedah yang
diharapkan
- Tujuan dan lingkup penelitian
Bab II Tinjauan Pustaka - Tinjauan Pustaka
- Landasan Teori
- Hipotesis
Bab III Metode Penelitian - Cara penelitian
- Jadwal penelitian
Lampiran - Lampiran
Catatan: * Bahan awal tersebut perlu dikembangkan terus sejalan dengan berjalannya
penelitian.

Friday, June 8, 2012

tekstur tanah

TEKSTUR TANAH
I.  ABSTRAKSI
Praktikum Penentuan Tekstur Tanah kali ini dilaksanakan pada hari Senin, 20 November 2005 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Pada praktikum ini digunakan lima jenis sampel tanah yang akan diuji dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Tanah-tanah tersebut adalah entisol, vertisol, alfisol, ultisol, dan rendzina. Metode analisis kualitatif silakukan untuk menentukan jenis sampel-sampel tanah tersebut termasuk kategori tanah lempung, pasir, liat. Metode ini dilakukan dengan pemberian air pada masing-masing jenis tanah dan dilakukan secara manual, lalu dibemtuk atau dirasakan tingkat kekasaran dari sampel-sampel tanah tersebut. Tujuan dari perlakuan ini untuk mengetahui unsur dominan penyusun tanah. Diperoleh hasil pengamatan berupa bahan tanah entisol bertekstur kasar berupa pasir lempung debuan dan rendzina bertekstur lempung debuan.
II.          PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuannya yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi keras dan menyangga kapasitas drainase, dan kapasitas untuk melakukan drainase dengan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur-unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah.
Tanah juga digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman, ada sebagai penopang jalan raya serta pondasi bangunan. Oleh karena itu tekstur tanah merupakan sifat tanah yang lebih permanen dan terpenting dan akan dibahas.
Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tekstur tanah yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat memacu dan memperkuat tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik, sehinnga segala sesuatu yang diperlukan karena faktor tanah dapat diperoleh. Tekstur tanah juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mendirikan suatu bangunan, apakah suatu bangunan tersebut dapat berdiri kokoh atau tidak di wilayah tersebut, sehingga perlu adanya suatu analisis untuk menentukan jenis tekstur tanah suatu area atau wilayah tertentu.
Penentuan tekstur tanah dapat ditentukan dengan metode analisis kualitatif, dengan merasakan tanah langsung dengan menggunakan jari tangan sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan dan kekasarannya. Hal ini disebabkan karena penentuan tekstur tanah merupakan perbandingan fraksi tanah yang meliputi kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah yang memiliki bentuk partikel yang berbeda-beda. Bila terasa halus maka tanah memiliki kandungan liat yang dominan dan bila kasar maka kandungan pasirnya dominan.
B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menetapkan tekstur tanah secara kualitatif dalam keadaan basah.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan kasar-halusnya suatu tanah, yaitu perbandingan pasir, liat, debu serta pertikel-partikel yang ukurannya lebih kecil daripada kerikil. Partikel-partikel tersebut dapat berupa bahan-bahan induk yang belum terurai sempurna (Tan, 1991).
V.   HASIL PENGAMATAN
Kelompok
Nama Tanah
Tekstur
I
Entisol
Pasir Geluhan
II
Vertisol
Lempung debuan
III
Alfisol
Lempung pasiran
IV
Ultisol
Lempung debuan
V
Rendzina
Lempung debuan
VI. PEMBAHASAN
Tekstur tanah merupakan sifat menggambarkan kasar halusnya tanah dalam perabaan yang ditentukan oleh perbandingan berat fraksi-fraksi penyusunnya. Suatu fraksi yang dominan pada suatu tanah akan menentukan ciri dan jenis yang bersangkutan. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyimpan atau menyerap air dan unsur hara. Tanah yang bertekstur lempung atau liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara sangat tinggi. Tekstur tanah ringan yaitu tanah yang didominasi fraksi pasiran lebih mudah diolah dibandingkan dengan tekstur berat yang didominasi fraksi lempung.
Apabila dirasai, partikel pasir di jari terasa keras dan tajam. Debu kering terasa seperti talk atau bedak, apabila lembab terasa agak licin seperti sabun. Sedangkan lempung apabila kering terasa menepung dan dalam keadaan basah melekat di jari dan liat.
Tekstur tanah dapat digolongkan :
1.      Apabila terasa kasar, berarti pasir, pasir geluhan
2.      Apabila terasa agak kasar, berarti geluh pasiran, geluh pasiran halus
3.      Apabila terasa sedang, berari geluh pasiran sangat halus, geluh, geluh debuan, debu
4.      Agak halus, berarti geluh lempungan, geluh lempung pasiran, geluh lempung debuan
5.      Halus, berari lempung pasiran, lempung debuan, lempung.
Dalam praktikum ini ada lima jenis tanah yang kita amati :
  • Tanah Entisol
Tanah cukup mengandung debu dan lempung untuk membuat tanah bersifat kohesi dan dapat dibentuk bola yang mudah retak. Sebagian besar terdiri dari pasir, tetapi ada cukup lempung utuk menimbulkan konsistensi agak liat. Dalam keadaan lembab setelah penambahan air bersifat kohesi dan meninggalkan selaput tanah. Oleh karena itu, entisol digolongkan pada pasir geluhan.
  • Tanah alfisol
Tanah alfisol dari hasil percobaan termasuk tanah bertekstur pasiran karena saat tanah dibuat bubur lalu digosok-gosokkan dengan jari terasa kasar merajai dan pita tanah dapat ditekan sehingga ujungnya melampui beratnya sendiri sejauh > 5 cm. tanah berkonsistensi liat dan lekat apabila dalam keadaan lembab, fraksi pasir dapat dirasakan dominan merajai.
  • Tanah Vertisol, Ultisol, dan Rendzina termasuk tanah lempung debuan dengan klasifikasi lempung debuan,  maka pada kondisi lempung strukturnya berupa gumpal dan konsistensinya teguh. Hampir deluruhnya terdiri dari bahan-bahan sangat halus, sifat licin dari debu sampai tingkat tertentu dapat menutupi sifat lekat lempung.
Tekstur tanah sangat mempengaruhi sifat fisik tanah seperti daya serap atau daya simpan air, permeabilitas aerasi, drainase, plasitas dan kelekatan.
VII.          KESIMPULAN
  1. Penentuan  tekstur tanah dapat menggunakan metode analisis kualitatif.
  2. Tanah entisol dapat digolongkan ke pasir geluhan.
  3. Tanah alfisol digolongkan tanah bertekstur lempung pasiran.
  4. Tanah vertisol, ultisol, dan rendzina termasuk tanah lempung debuan.
  5. Tekstur tanah mempengaruhi sifat fisika tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Foth, H. D. 1998. Fundamentals of Soil Science ( Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Alih Bahasa : Ir. Endang Dwi Purbanti, M. S., Ir. Dwi Retno Lukiwati, M. S., dan Ir. Rahayuning trimulatsih ). Ed. Ir. Sri Andani B. Hudoyo, M. S. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas lampung. Lampung.
Notohadipranoto, R. M. Tejoyuwono. 1978. Asas-Asas Pedologi. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sarief, S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Tan, K. H. 1991. Principles of Soil Chemistry ( Dasar-Dasar Kimia Tanah, Alih Bahasa : Ir. Didiek Hadjar Goenadi, Msc. Phd. ). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.